Disinilah Devin berada. Di rumah bekas keluarga Belanda di tengah hutan bersama seorang hantu cantik bernama Bunga. Dia hanya duduk diam di kursi ruang tamu seraya menatap kearah pintu besar yang tengah terbuka. Perasaannya campur aduk. Ia masih tidak percaya jika gadis yang bersamanya saat ini adalah hantu.
Devin menang merasakan aura aneh pada diri Bunga, namun, ia tak terlalu menanggapi itu. Karena di pikirannya mungkin itu hanya pikiran buruknya saja. Tapi setelah kejadian kemarin hari, membuatnya tersadar, dan tau jika pikirannya selama ini benar. Dan Bunga memanglah hantu. Dia tidaklah takut pada hantu, namun ia hanya tak menyukai auranya serta baunya. Namun, Bunga selalu memperlihatkan sisi baiknya pada Devin hingga membuat Devin tak mengetahui siapa dia sebenarnya.
Namun, disaat mata Devin tengah menatap kosong kedepan, dan dia pun melamun, tiba tiba dia di kejutkan oleh kedatangan Bunga dari arah luar. Dia datang dari arah pintu utama dengan membawa sekeranjang Buah dan aneka bunga indah di dalamnya. Senyuman manisnya mengiringi kedatangannya saat itu, ditambah auranya yang memikat juga wajahnya yang cantik semakin membuat Devin terpana dan jatuh cinta padanya, bahkan ia sampai lupa jika Bunga bukanlah manusia.
"Kamu dari mana, kok bawa buah sama bunga segala?" tanya Devin seraya menatap kearah keranjang yang Bunga bawa.
Mendengar itu Bunga pun tersenyum, ia menatap kearah keranjang yang dibawanya lalu mengambil sebuah apel merah dari dalamnya. Ia melihat itu sekilas lantas menyerahkannya pada Devin.
"Tadi aku jalan-jalan bentar keliling di daerah sini, eh nggak taunya aku ketemu sama bapak-bapak di jalan. Dia lagi kesusahan dorong motor sambil memegangi belanjanya agar tidak jatuh. Dan karena aku merasa kasihan makanya aku nawarin diri buat bantuin dia bawa belanjaannya. Awalnya dia nolak karena merasa nggak enak sama aku, tapi akhirnya dia mau juga aku tolong. Dan akhirnya akupun nolongin dia bawa belanjaannya dia ke rumahnya. Rumahnya emang jauh sih dari sini, tapi nggak papa deh, sekalian jalan-jalan juga. Tapi pas kita udah sampai rumahnya dan aku mau pamit, tetiba saja dia sodorin aku keranjang ini. Katanya sih buat ucapan terima kasih aja karena udah nolongin. Nih, ambil." jelas gadis itu.
Devin pun menerima apel pemberian Bunga. Dia lihat apel itu sekilas lalu menyimpannya diatas meja.
"Kamu baik banget sih, oh iya ngomong soal nolongin, kamu kan, ehm hantu yekan, trus gimana bapak itu bisa..." ucap Devin terputus.
"Bisa lihat aku maksud kamu?" tanya Bunga.
"Bapak itu juga bukan manusia. Dia hantu, sama sepertiku." lanjut Bunga kemudian.
Mata Devin pun membola. Dia tak paham dan tak percaya dengan apa yang Bunga katakan. Lebih tepatnya tentang Bunga yang menolong sesama jenisnya yang juga hantu. Bagaimana bisa hantu sesama hantu bisa saling menolong? Bukannya setahuku mereka cuek-cuek saja?
"Vin, aku mau minta sesuatu darimu, bisakah kamu memenuhinya?" ucap Bunga serius.
Alis Devin pun mengernyit.
"Apa itu? Katakan saja." balas Devin santai.
"Aku dapat sebuah misi, untuk mengungkap misteri dari kematian mereka yang tak terlihat. Dan membantu bila mereka meminta tolong. Namun, karena aku bukanlah manusia maka aku tak bisa melakukannya sendiri. Jadi bisakah kamu menemaniku untuk menyelesaikan misi ini? Kita akan menyelesaikannya bersama-sama. Tapi, jika kamu tidak mau juga tidak masalah. Aku tidak memaksanya." pinta Bunga.
Devin terlihat berpikir namun setelahnya ia pun tersenyum lalu menatap kembali kearah Bunga.
"Walau aku tidak tau kamu dapat misi ini darimana, tapi aku setuju dengan permintaanmu. Kita akan menyelesaikan misi ini. Ngomong-ngomong siapa orang pertama yang mau kamu tolong, err ... Hantu pertama." tanya Devin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...