"Aaaaarrrrggghhhh. Sakit sekali. Ngomong-ngomong, Bunga dimana, sudah sejak kemarin sore aku tak melihatnya, apa, dia sedang ada urusan, tapi diakan hantu."
Sejak pukul empat pagi Devin tak bisa lagi menutup matanya. Dia terjaga dan mulai mencium bau bauan aneh di sekitarnya. Bahkan saat ia berjalan pun bau aneh itu tetap ada dan seolah mengikutinya.
Karena tak bisa menemukan keberadaan Bunga, Devin pun keluar rumah dan berjalan di sekitar rumah itu. Dia berjalan tak terlalu jauh namun karena terlalu fokus mencari Bunga, dia sampai mengabaikan jika saat ini dia tak memakai sandal. Kakinya begitu kotor dan tersandung akar pohon sampai sedikit mengeluarkan darah. Lalu dari kejauhan ia melihat seorang gadis yang begitu mirip dengan Bunga. Gadis itu tengah membelakanginya namun Devin yakin jika gadis itu memang benar Bunga. Lantas Devin pun berjalan mengikutinya.
Jalan-jalan dan terus jalan sampai dia merasa jika dia sudah berada jauh dari rumah Bunga. Saat dia menoleh ke belakang, dia tak lagi melihat apapun kecuali pohon pohonan rimbun, tapi saat dia kembali melihat ke depan, sosok Bunga sudah tidak ada. Kosong, bahkan Devin sampai bingung dan berlari kearah Bunga semula berada. Namun tempat itu kosong, seolah tak pernah ada seorangpun di sana.
Lantas Devin pun mencoba untuk berjalan kembali ke rumah Bunga. Berharap jika gadis itu sudah pulang. Namun, dia tersesat. Tak tau arah pulang, dan jalan mana yang harus ia ambil. Sebab ia merasa hanya berputar putar saja di sana.
Lalu dalam hati ia pun menyerukan nama Bunga, berharap jika gadis itu bisa datang menemuinya, tapi hingga detik ini pun sosok Bunga belum juga muncul, sampai Devin dikejutkan oleh sesosok perempuan yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Bikin aku terkejut saja. Siapa kamu, dan bagaimana kamu bisa berada di sini?" tanya Devin pada perempuan itu.
Dia hanya perempuan biasa. Wajahnya tirus, rambutnya hitam lurus dan dia sedikit tinggi. Cantik, itu kata yang tepat untuk menggambarkannya. Wajahnya khas pribumi dengan alis tipis, dan bola mata berwarna hitam kecoklatan. Dia hanya mengenakan dress hitam tanpa lengan dengan motif bunga-bunga.
"Harusnya aku yang tanya begitu, siapa kamu dan bagaimana kamu bisa di tempat ini. Ini jauh dari perkampungan, dan berada di tengah hutan. Belum ada seorangpun yang kemari, tapi kamu bisa di sini. Sebenarnya siapa kamu?" tanya gadis itu.
"Aku Devin, dan aku memang tinggal di dekat sini. Memangnya siapa kamu? Dan bagaimana kamu juga bisa berada di tempat ini? Katamu jauh kan dari perkampungan, tapi buktinya kamu bisa berada di sini?" tanya Devin.
Wajah gadis itu berubah muram. Dia berbalik membelakangi Devin dan mulai menitikkan air mata.
"Aku Asri, dan rumahku di sini."
Devin sedikit mengernyitkan dahi mendengar penuturan gadis itu. Rasa rasanya begitu aneh mendengar dia tinggal di dekat sini, menimang dari sejauh ia memandang, tak ada satupun rumah kecuali rumah yang di tinggallinya, yakni rumah Bunga.
"Tapi disini tak ada rumah, kamu tinggal dimana?" tanya Devin penasaran.
Gadis itu pun berbalik, senyumnya kembali tersungging, dan kedua tangannya saling bertaut.
"Di manapun asal bisa selalu melihatmu." jawabnya sembari tersenyum manis.
..................................
POV ALVON
Jam 08.05 pagi, aku bangkit dari posisi rebahanku. Sedikit menyisir rambutku dan bangkit menuju kamar mandi.
Setelah aku memutuskan untuk kembali ke kampung halamanku di Jakarta, jujur saja aku merasa bimbang, karena keberangkatanku mendadak sekali dan tak memberi kabar. Bahkan sudah sejak dua tahun belakangan aku sama sekali tak berhubungan dengan orang rumah, tapi seminggu yang lalu aku mencoba untuk berdamai dengan keluargaku, dan pulang kemarin hari. Tapi, dibalik rasa bimbang ku, ibuku tetap menyambutku dengan hangat seperti biasa. Dia menghujaniku dengan pelukan serta ciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...