Bab 39. Awal dendam tercipta

100 2 0
                                    

Semenjak Devan izin pulang pada Linda tuk sekedar mandi dan mengambil beberapa baju ganti untuknya, Linda sama sekali tak bergeming dan tetap memandang fokus ke atas langit langit ruangan. Setelah sebelumnya anaknya yang baru lahir itu di bawa suster ke ruangan bayi, Linda merasa sepi dan mengantuk. Dia Sedari tadi mencoba menutup kedua matanya namun, bukannya terlelap Linda justru tetap terjaga dan tak lagi mengantuk. Rasa mengantuk yang sedari tadi merasukinya kini hilang entah kemana.

Huufftt ...

Hanya helaan nafas dan rasa bosan yang kini Linda rasakan. Dia merasa bosan dengan apa yang dilakukannya sekarang. Dia sendirian dan tak ada yang dapat di lakukannya selain makan dan juga tidur.

Tapi, di sela sela tatapan kosongnya ke depan, Linda kembali teringat dengan momen momen dahulu. Momen seram yang membuatnya bisa seperti sekarang.

Dulu di saat Linda belum memaafkan Devin dan menyadari kesalahannya. Dia masih lah bersikap angkuh dan terus bermanja dengan Devan. Dia dan Devan masihlah berusaha mencari keberadaan Devin.

Namun, bukan seperti sekarang yang mencari keberadaan Devin karena menyadari kesalahannya, dulu Linda dan Devan mencari keberadaan Devin untuk sekedar melenyapkannya atau membuatnya sengsara. Devin yang merupakan saudara kembar' Devan dan keluarga mereka tak juga membuat Linda maupun Devan sadar dan melupakan dendamnya itu. Dendam yang sudah di peliharanya sejak keluarga mereka masih ada dulu.

Waktu telah sama sama sadar, Devan pun menceritakan semuanya pada linda, semua hal yang menjadikannya benci pada Devin. Dulu sewaktu orang tua mereka masih hidup Devan merasa jika kedua orang tuanya hanya sayang pada Devin dan juga adik mereka.

Rasa cemburu yang Devan rasakan terus menerus tumbuh dan mendarah daging sampai dia dewasa, dan sampai kedua orang tua serta adiknya meninggal karena kecelakaan. Bukannya merasa kasian dan melupakan dendamnya itu, Devan justru tetap memeliharanya sampai dirinya dan Devin pindah ke tempat kerabatnya.

Rasa dendam itu membuat Devan memikirkan segala cara untuk menyingkirkan Devin dari hidupnya. Dia berusaha melakukannya dengan cara kasar maupun halus. Namun, dari kedua cara itu Devan tak juga dapat melancarkan rencananya. Dia justru tetap di tempatnya dan mengolah dramanya semakin dalam.

Awalnya keadaan Devan maupun Devin baik baik saja dalam kehidupan barunya di rumah kerabatnya. Tak ada hal aneh, maupun sesuatu yang mereka rasakan sampai tibalah saat itu.

Yap, mereka tau jika Linda, tantenya di rumah itu memiliki seorang anak laki-laki yang masih berumur 3 bulan. Dia maupun suaminya sangat menjaga baik baik putra mereka itu, namun di saat suaminya yaitu Darto tengah keluar ke sebuah tempat, Linda pun mengasuh putranya itu sendirian di atas tangga.

Sedari tadi Linda meninabobokan putranya itu lalu menimangnnya dan menggendongnya kesana kemari. Dia cukup hati hati dengan tindakannya itu, tapi di saat tanpa sengaja Devin melewatinya ke bawah dengan setumpuk barang barang di tangannya, Linda sedikit tersentak dan mencoba untuk minggir sedikit lebih jauh. Tindakannya itu dilakukannya agar sang anak tak terkena barang bawaan Devin yang ujungnya runcing tersebut.

Tapi, entah itu karena apa atau mungkin karena pandangan Devin yang tak terlihat dengan tingginya bawaannya itu, dia pun oleng dan melepaskan barang bawaannya ke sembarang arah. Awalnya rasa tangannya sedikit keram dengan bawaannya yang lumayan berat itu namun, Devin mengabaikannya. Dia tak ingin bolak balik dengan membawa barang itu ke bawah yang ujungnya hanya membuatnya capek.

Tapi sekarang bagaimana jika semua barangnya sudah jatuh dan berserakan di mana mana. Barang itu adalah setumpuk besar kardus yang isinya berbagai barang milik Devin dari rumahnya lama. selain merasa barang itu tak terlalu berguna untuknya, Devin ingin memindahkannya ke gudang yang posisinya di dekat dapur. Di posisi itu memaksakannya untuk melewati tangga yang sialnya lumayan curam tersebut.

Ternyata barang itu tak hanya berserakan di lantai melainkan juga ada yang sampai di bawah tangga dan lantai bawah. Sungguh, melihat itu Devin menghela nafas kasar dan menepuk jidatnya kuat.

Dia merasa lelah dengan itu, namun, belum cukup rasa stresnya itu Devin kembali di kejutkan oleh tantenya yang tiba tiba berada di lantai bawah dengan posisi terlentang. Selain Linda yang terlihat pingsan rupanya anak yang di gendongnya pun terlontar sedikit jauh darinya.

Melihat hal itu Devin pun berpikir, apakah barangnya tadi jatuh dan mengenai Tante Linda? Memang barangnya tadi lumayan berat dan tinggi, walau Tante Linda sudah menyingkir jauh, tak menutup kemungkinan dia tetaplah kena bila barangnya itu lepas dari tangan Devin seperti sekarang ini.

Astaga, setelah berlalu turun ke bawah dan mengecek keadaan Tante linda, rupanya dia pingsan dan mengalami luka di jidat serata tangannya. Kedua bagian itu sedikit lecet dan mengeluarkan darah segar.

Tapi di saat Devin bergerak ke tempat di mana anak tantenya itu berada, dia dibuat syok sekaligus kaget di saat nafas hidung bayi itu sudah hilang dan tubuhnya yang mulai mendingin.

Astaga, bayi itu kenapa? Dia baik baik saja kan? Dia takkan mati hanya karena jatuh dari tangga itu, kan?

Devin sangat kaget dan tak percaya dengan kondisi bayi itu saat ini, selain dia khawatir, Devin takut dengan semua resiko yang akan di dapatnya bila bayi itu sampai meninggal, ataupun terluka sedikit saja.

"Semua ini salah gue, kalau aja gue nggak jadi bawa barang itu ke bawah, mungkin aja bayi ini masih hidup." Ujar Devin sembari meneteskan air mata.

"Semua orang pasti akan nyalahin gue sekarang. Mukul gue atau yang paling buruk ngusir gue dari rumah ini. Astaga, kenapa gue bodoh banget sih, kenapa gue bawa barang itu ke bawah, kenapa Tante Linda nggak pergi aja tadi waktu gue bawa barang itu dan mau turun tangga. Kenapa dia juga gendong bayinya tadi. Jika dia beneran meninggal, bisa habis gue. Bisa habis posisi gue di rumah ini." ucapnya lagi seraya menenggelamkan wajahnya di kedua kakinya dan tetap terisak, tangisannya semakin keras terdengar namun tak seorangpun yang dapat mendengarnya selain Devin sendiri, sebab selain Darto keluar, Devan pun juga tengah main ke tempat temannya sembari bekerja kelompok, jadi tangisan, kehancuran kali ini Devin timbulkan, rasakan dan selami semakin dalam hanya olehnya sendiri. Dia yang tak sengaja menimbulkan kehancuran ini, dan dia jugalah yang turut merasakannya.

Dalam tangisannya, Devin mengucap lirih, mungkinkah takdir menginginkan ini dariku? apakah ini memang sudah di gariskannya untukku? Dari yang dulu ku bahagia, dan keluargaku lengkap, kini beralih ke aku yang sekarang. Aku yang yatim piatu dan tak mempunyai siapapun selain Devan.

Pilu sekali nasibku, di tinggal pergi kedua orang tua serta adik kecilku, di musuhi Devan, karena walau dia bersikap baik, tetaplah sifat buruknya padaku tak dapat di tutupinya, dan sekarang, aku menghilangkan nyawa orang, menghancurkan banyak hati, dan menuliskan kehancuranku sendiri.

                       Bersambung ...

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang