Bab 41. Menyesal atau mati

91 1 0
                                    

Beberapa tahun sebelumnya ...

Huaammppp ...

Sejak Devan pamit pada Linda tuk sekedar membeli barangnya di toko sejam yang lalu, tak ada apapun yang di lakukan Linda selain duduk dan menonton tv. Dia merasa bosan jika hanya tidur atau tak melakukan kegiatan apapun, dan satu satunya hal yang dapat di lakukannya kali ini adalah menonton tv sembari menunggu Devan kembali.

Sudah sejak tadi Linda menguap dan mengucek matanya yang mulai berair, dia mengantuk tapi dia tak ingin tidur, Linda ingin menunggu Devan agar saat tidur nanti, Linda dapat tidur bersamanya.

Ggrrtt ...

Ggrrtt ...

Suara itu menggema dalam ruang keluarga tempat linda berada, dia mengucek matanya dan menatap jam di atas dinding di hadapannya, saat itu jarum jam menunjukkan pukul 20.00 malam.

Ggrrtt ...

Lagi lagi suara itu terdengar, membuat Linda penasaran dan menuju ke arah datangnya suara yang datang dari kamarnya di lantai atas, suaranya seperti seseorang yang tengah mencakar-cakar tembok. Astaga, suara apa itu? Apa suara alarm ku ya, tapi seingatku alarm ku bukan begini suaranya, dan oh iya! Hp ku kan sedang ku bawa saat ini!  batin Linda saat itu.

Awalnya Linda tak ingin mempedulikan suara itu. Tapi rasa penasaran memaksanya untuk membuka pintu dan melongokkan kepala masuk kamarnya di lantai 2. Di sana, tepat di depan almari tempatnya menyimpan baju, seorang wanita muda sepertinya seumuran dengan Devan Tengah berdiri menghadap ke arah cermin besar di almari. Siapa dia? Bukannya Linda seorang diri di rumah sekarang? Linda terus memperhatikan sosok yang sedang berkaca itu, hingga ia membalikkan badan dan ...

Brak ...

"Hosh ... Hosh ... Hosh ..." Suara nafas yang tak beraturan membuat Linda sesak dan secara perlahan mulai menetralkan dan mengatur nafasnya agar kembali normal. Tapi, bayangan wanita tadi, apa tadi yang dilihatnya? Wajah penuh darah, sobekan besar di pipi kanan serta mata bolong sebelah. Ah tidak, ini pasti mimpi. Iya, ini pasti mimpi. Tidak mungkin ada hantu di sini, iya kan? Tapi kenapa terasa begitu nyata?

Di saat Linda membalikan badannya dengan maksud tuk turun kebawah, dia kaget dan jantungnya berdegup dengan kencang, matanya membola sempurna dan tubuhnya bergetar hebat. Sesuatu yang membuatnya kaget bukanlah sesuatu yang main main. Ya, wanita yang tadi di lihatnya di kamar sekarang sudah berdiri di hadapannya, berdiri dengan muka dan penampilan yang sama juga sorot murka yang begitu ketara dari matanya.

Karena kaget Linda sampai tak bisa berkata kata, sejak tadi dia hanya diam mematung dengan tatapannya tak beralih dari wanita itu.

Hoosshhhh ...

Helaan napas bercampur bau busuk menguar kuat. Wanita itu mengangkat sebelah tangannya kemudian mengarahkannya pada pundak Linda dengan maksud memegangnya. Tangannya itu sangatlah dingin, basah serta berlumuran darah.

"Menyesal atau mati?!" ucap wanita itu seraya berteriak dan juga mengencangkan pegangan tangannya pada pundak Linda.

Deg,

Linda membeku dan sama sekali tak dapat mengalihkan pandangannya dari wanita itu. Wanita yang tadi ada di dalam kamarnya. Bau bangkai menguar dari badannya yang tertutup dress selutut dan penuh darah.

"Maaf atau nyawa melayang?!" lagi wanita itu masih dengan posisinya semula.

Tangan dingin itu bergerak dari bahu Linda dan menuju leher. Mulai menekan dan menekan semakin kuat. Membuatnya sesak nafas. Tuhan, buatlah aku pingsan, ku mohon.

"Kau mau mati atau sengsara seumur hidup?!" suara wanita itu terdengar tegas dan juga keras di telinga Linda.

Nafasnya kembali tercekat. Perih, itu yang Linda rasakan di kulit lehernya. Tangan satunya melepas leher Linda dan meraih rambutnya yang terurai.

"Jika kau masih dengan keputusanmu untuk membunuh Devin, jangan salahkan aku untuk mendatangimu dan menyiksamu setiap hari."

Srasshhh ...

Setelahnya wanita itu menghilang pergi bersamaan dengan Linda yang terjatuh dan Devan yang kembali dari luar.

"Siapa wanita tadi? Kenapa dia mendatangiku dan menyiksaku seperti ini? Dan kalau nggak salah dengar tadi dia juga menyebutkan Devin. Apa hubungannya dia dengan Devin, astaga, leherku sakit sekali." ujar Linda seraya memegang lehernya yang terasa sakit itu.

Sesaat Devan berjalan di tangga dengan maksud ke kamarnya di lantai atas, dia kaget disaat melihat Linda tengah duduk di lantai seraya memegangi lehernya dan mengerang kesakitan.

"Sayang, kamu kenapa?"

Melihat Devan yang tiba tiba berada di sampingnya, Linda pun sempat mundur kebelakang dan kaget setengah mati.

"Sayang sayang, ini aku, Devan. Kamu kenapa sih, kok kayak takut gitu?" ucap Devan seraya menghampiri Linda dan merangkulnya dengan erat.

Huhuhuhu ...

Tangis Linda pun pecah bersamaan dengan tubuhnya yang bergetar hebat saking derasnya tangisannya itu.

"Sayang, tenang jangan nangis, ada aku disini."ucap Devan mencoba menenangkan Linda dan tangisannya yang tak kunjung berhenti.

"Aku takut, Van. Takut." Timpal Linda masih sembari menangis.

Setelah mengucap demikian, Linda pun menegakkan tubuhnya kembali. dihapusnya air matanya yang mengalir itu dan di sedotnya ingus yang turut mengalir dari hidungnya.

Astaga, penampilan Linda saat ini begitu berantakan, air matanya yang masih ada, rambut yang berantakan dan baju yang kucel. Sebenarnya Linda kenapa sih? Mengapa keadaannya buruk sekali, seperti habis di putusin pacar atau habis terkena sesuatu.

"Sayang, sebenarnya kamu kenapa? Kenapa kamu nangis?" tanya lembut Devan.

"Aku takut Van, takut." balas Linda masih dengan kata kata yang sama dan ekspresi yang sama.

Devan pun menghela nafas sejenak.

"Takut apa sayang? Ada apa?" lagi Devan seraya memegang bahu Linda.

Linda yang ingin mengatakannya tapi takut berujung pada dirinya yang kembali menangis, menangis seraya kembali memeluk tubuh Devan.

"Takut, tadi ada hantu, dia seram sekali sayang, seram. Dia nggak punya mata dan berdarah darah." ujar Linda seraya tetap menangis.

Bukannya kaget atau gimana, Devan justru tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

"Sayang, kamu mimpi buruk ya, udah nggak usah di pikirin, kan itu cuma mimpi." Devan mencoba menenangkan Linda namun yang di tenangkan justru semakin menangis.

"Itu beneran sayang, tadi hantu itu mendatangi ku, dia menakut nakuti ku dan menyakitiku. Dia menarik rambutku dan mencengkeram leherku begitu kuat, huhuhu." Linda masihlah menangis dan juga ketakutan.

Sejak lahir sampai sekarang, baru kali ini lah Linda di hantui dan di tampaki secara langsung oleh makhluk halus. Memang takut, dan enggan dengan segala sesuatu tentang mereka, namun baru kali ini lah dia di tampaki langsung dan dibuat takut sampai sekarang.

"Sayang, di dunia ini nggak ada yang namanya hantu hantuan kek gitu. Udah, mungkin kamu cuma mimpi, yuk kebawah aja, temenin aku makan." ucap Devan.

"Nggak percaya, yaudah itu terserah kamu, karena kan aku yang ngalami bukan kamu. Yang takut dan sakit itukan aku, jadi jika hari ini dia mendatangiku, jangan pernah kaget jika besok dia mendatangimu ataupun muncul di mimpimu, jangan harap kamu datang ke aku dan minta maaf karena udah nggak percaya sama semua omongan aku." ucap Linda di sela sela tangisannya.

"Oh ya, tadi hantu itu juga menyebutkan Devin, dia mengatakan jika dia akan terus mendatangiku jika aku masih dengan keputusanku untuk membunuh Devin. Hantu itu akan terus menyiksaku jika aku masih menaruh dendam padanya." lagi Linda seraya menegakkan tubuhnya kembali dan menatap serius kearah Devan.


                       Bersambung ...









My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang