Di saat kyai Rohmat mendapati Devin menutup matanya kembali sontak saja langsung bergegas mendekat kearahnya.
"Sebenarnya apa maumu, kenapa kau sampai berbuat hal sedemikian rupa kepada anak ini?" tanya kyai Rohmat seraya menatap tajam ke arah Bunga.
Lantas Bunga yang mendengar kyai Rohmat mengatakan itu langsung saja tersenyum lebar.
Sedari tadi atensinya sibuk mengamati Devan dan semuanya termasuk Linda. Apalagi setelah mengetahui jika Linda Tengah menatap takut kepadanya pun sontak membuatnya tertawa dalam hati.
"Aku mencintainya dan dia juga mencintaiku. Di saat keluarganya tak menginginkannya hanya aku yang ada untuknya. Jadi jika kau bertanya apa yang kuinginkan dari anak ini jawabanku cuma satu, yaitu bersamanya selamanya." ujar Bunga seraya tetap tersenyum, namun disaat mulut kyai Rohmat mulai bergerak-gerak, sontak Bunga pun menurunkan senyumnya itu.
"Berhenti berdoa atau selamanya aku tak akan membiarkan Devin menemui keluarganya dan memaafkan mereka. Devin bisa kembali ke dunia karena jeratan di tubuhnya sudah kulepas namun, dia tetaplah berada di genggamanku. Tak seorangpun dapat memisahkan kami termasuk kau." lagi Bunga seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat, menahan ledakan amarah yang pasti tengah membuncah dalam dadanya kali ini.
Devan tampak menundukkan kepalanya dan menangis tersedu-sedu, ia benar-benar merasa bersalah kepada Devin dan tak ingin kehilangannya.
Setelah keluarganya meninggalkannya, Devan tak ingin Devin juga pergi meninggalkannya. Namun jika sudah seperti ini bagaimana?
"Kau keras kepala sekali ya, memangnya jika kau dan Devin bersama, di alam selanjutnya nanti kalian akan bahagia? Memangnya dengan perlakuanmu ini yang di atas tidak menghukummu?" tanya kyai Rohmat seraya menampilkan senyuman sinis di bibirnya.
Lalu di alam bawah sadar Devin, ia pun saat ini tengah berada di dalam rumahnya yang lama, rumahnya bersama keluarganya yang dulu sesaat mereka belum meninggal.
Devin begitu kaget setelah melihat ini, namun teringat jika tadi Bunga sempat menepuk pundaknya pun membuat Devin berpikir jika semua ini adalah kerjaan Bunga.
Sebenarnya ia ingin memanggil Bunga dan menyuruhnya untuk mengeluarkannya dari sini, namun mengingat jika saat ini ia Tengah berada di rumah lamanya pun membuatnya tersenyum dan sontak saja langsung berjalan ke arah ruang tamu rumahnya yang samar-samar masih diingatnya.
Hahaha ...
Sesampainya di pintu masuk ruang tamu Devin begitu terkejut setelah mendapati ayah, ibu, dirinya dan Devan juga adik kecilnya tengah bersenda gurau di sana.
Tawa mereka terdengar begitu renyah dan terus menggema di telinga Devin.
Namun di saat ia ingin berjalan mendekat ke arah mereka ia pun tersentak di saat mendapati jika dirinya tidak bisa bergerak.
Ia bisa bernafas dan bisa mengalihkan pandangannya ke sana ke mari, namun jika untuk berjalan maju ataupun mundur ia sama sekali tidaklah mampu.
Lalu di saat Devin mengalihkan pandangannya ke arah keluarganya ia pun sedikit mengernyit disaat mendapati sorot kesal yang terpancar dari mata Devan yang ia arahkan ke dirinya.
Sorot itu terlihat begitu tajam dan tangannya juga sampai mengepal kuat. Astaga ini kan terjadi di saat mereka masih berumur 8 tahun.
Kenapa Devan sampai seperti itu, lalu di saat Devin masih fokus ke arah Devan kecil, ia pun sedikit tersentak di saat mendapati dirinya tiba-tiba telah berada di 2 tahun dari waktu itu.
Saat ini ia telah berada di dalam kamarnya dan tengah duduk di tepi ranjang.
Ia pun sempat tersenyum sewaktu memandangi ruangan kamarnya yang masih sama, ia begitu rindu dengan kamar ini, dengan suasana ini, dan semua yang berada di rumah ini.
Lalu sewaktu Devin mulai bangkit dari posisinya duduk dan mulai berjalan ke arah pintu, ia pun sedikit mengernyit di saat mendengar suaranya tengah bertengkar dengan Devan.
Suaranya terdengar begitu keras dari arah luar kamar, namun sewaktu ia ingin membuka pintu itu dan mengecek keluar, ia pun kembali tersentak di saat mendapati pintu itu tidak bisa dibuka.
"Van, kembaliin mainan aku, itu punyaku Van, tadi ibu memberikannya kepadaku." ucap Devin kecil seraya mencoba merebut mainan mobil-mobilan dari tangan Devan.
Devin kecil terus menerus merengek dan mencoba merebut mainannya yang direbut Devan, ia mencoba menggapai tangan Devan dan menarik kuat tangannya itu.
Namun Devan yang sudah begitu kesal langsung saja mendorong tubuh Devin hingga ia jatuh tersungkur di lantai.
"Ini punya gue bodoh! gue nggak punya apapun yang Lo punya, ayah sama ibu selalu manjain Lo daripada gue, gue selalu kena marah mereka, kena pukul. Sementara Lo apa, Lo selalu mereka sayang, dan mereka manja. Gue sedih liat ini Vin, sedih. Gue hancur liat mereka selalu giniin gue, udahlah gue mau cabut aja, capek gue ngomong sama bocah bodoh kayak Lo!" setelah selesai mengatakan itu Devan pun beranjak pergi dari sana. Ia tetaplah membawa mainan Devin itu dan sama sekali tak ingin mengembalikannya.
Wuusshhh ...
Keringat Devin langsung saja bercucuran selepas mendengar apa yang Devan katakan itu.
Jika di waktu sebelumnya ia berada di saat mereka masih berumur 8 tahun ini berarti sekarang ia berada di saat mereka sudah berumur 10 tahun.
Di umur segitu bagaimana Devan bisa berkata seperti itu?
Bagaimana kata-katanya bisa begitu ngena di hati Devin, tapi jika semua yang dikatakannya benar dan dia tidak mengada-ngada, itu tandanya Devan sudah membencinya sejak mereka masih kecil.
Terlebih ia tahu dan mengerti jika apa yang Devan rasakan itu adalah efek dari pilih kasih yang dialaminya.
Hmm, mengetahui ini Devin menjadi bingung sendiri. Rasa bencinya terhadap Devan dan Linda masih tetap sama namun, setelah mengetahui alasan dibalik kebencian Devan kepadanya sontak membuatnya kembali berfikir.
"Jika itu karena pilih kasih mengapa Devan sampai membenciku seperti ini? Dia sampai merencanakan untuk membunuhku dan membuatku menderita, membuatku dituduh atas pembunuhan Citra dan masih banyak hal besar lainnya. Kurasa sejak dulu ayah dan ibu tidak pernah pilih kasih terhadap kami semua anak-anaknya. Mereka selalu membagi adil kasih sayang mereka dan tak pernah sedikitpun membeda-bedakan kami."
"Sekarang aku harus bagaimana, setelah aku mendengar omongan Devan tadi rasa benci ku padanya sudah sedikit berkurang. Eum, apakah aku bisa memaafkannya?" ucap Devin seraya membalikkan badannya dan berpikir.
Sementara di ruangan ruqyah Devin itu suasana kembali hening selepas semuanya mengiyakan ucapan Bunga, dan membiarkannya melakukan sesuatu kepada Devin.
Sebenarnya kyai Rohmat ingin menghentikan Bunga, namun setelah Bunga mengatakan sesuatu pedas nan serius padanya sontak membuat kyai Rohmat terdiam seketika, ia pun lebih memilih untuk diam selama Bunga tidak melakukan sesuatu lebih kepada Devin.
Selama Devin masih baik-baik saja, ia akan tetap diam dan tak melakukan suatu apapun.
Karena saat ini Devin hanya menutup matanya saja dan terlihat seperti tertidur, namun dengan apa yang terjadi padanya kyai Rohmat sama sekali tidak tahu.
Ia tak melakukan penerawangan selama itu terjadi, ia lebih memilih diam dan menunggu sampai apa yang Bunga lakukan itu selesai.
Karena jika sampai ia ikut campur bisa-bisa semuanya akan menjadi semakin runyam dan kondisi Devin bisa kembali seperti semula.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...