Sudah hampir dua bulan sejak pertemuannya dengan bunga. Dan sejak saat Devin bertemu dengan bunga karena masalah citra hari itu, citra sudah tak pernah masuk sekolah kembali. Ia hilang bagai di telan bumi, dan keberadaannya pun tak dapat di temukan di manapun. Kontrakannya kosong dan ia pun tak dapat di hubungi.
Semua orang mencarinya, cemas dan khawatir akan kondisinya. Terlebih kedua orang tua citra, mereka rela datang jauh jauh dari Makasar demi turut mencari keberadaan Puteri mereka itu. Tapi nyatanya, hingga hampir dua bulan ini pun sosok citra tak pernah di temukan di manapun. Polisi, tim SAR semuanya sudah dikerahkan. Tapi hasilnya nihil.
Dan kini mereka hanya bisa menangis meratapi kepergian Puteri mereka itu, dan berharap suatu saat citra akan datang dan menemui mereka seperti biasa.
Pernah suatu pagi, dua polisi datang ke rumah Linda karena ingin menginterogasi Devin perihal hilangnya citra. Linda tentu terkejut akan hal itu, tapi polisi menjelaskannya dengan rinci berita itu dan meyakinkan Linda bahwa jika Devin tidak bersalah maka ia takkan mereka apa apakan. Lagipula para polisi hanya akan bertanya padanya saja sebagai orang yang terakhir kali citra temui.
"Memang saya pernah bertemu dengan beliau dua bulan yang lalu di cafe, tapi hanya sekedar itu, setelahnya saya tidak tau lagi beliau dimana dan sedang apa. Saya juga terkejut mendengar beliau hilang hingga tak diketemukan seperti ini."
Devin menyangkal segala bukti yang mengarah padanya. Ia mengakui jika ia memang mengenal citra, dan pernah bertemu dengannya. Tapi hubungan mereka hanya sebatas guru dan murid, tidak lebih. Dan mendengar berita dirinya hilang, ego Devin menurun. Ia iba pada citra. Tak tega, karena Devin merasa citra adalah korban. Selain hubungan mereka yang kurang baik, Devin tak pernah ada niat buruk padanya. Ia memang marah pada citra karena telah menuduhnya, tapi ia tak dendam, atau memiliki niat buruk tuk menyakitinya. Ia tak sampai hati melakukan itu.
Sampai suatu ketika, Devin bercengkerama dengan Linda di teras rumah. Suasana masih diliputi kasus hilangnya citra. Dan semenjak hari itu, Devin tak pernah ada di rumah, ia sering menghabiskan waktunya di pohon beringin tua di pinggir hutan bersama sesosok gadis misterius bernama bunga.
Dan semenjak hari itu, Devin tak pernah berbicara pada siapapun. Ia semakin diam, dan tak pernah pulang ke rumah. Ia hanya kadang kala pulang kerumah lalu pergi kembali.
Sampai di perbincangan dengan Linda itu, Devin tetap diam tanpa menatap sedikitpun kearah Linda.
"Devin, kamu kenapa diam aja, ngomong dong sama Tante, sayang. Kalau kamu gak salah, kenapa kamu diam aja, kenapa kamu pergi terus dari rumah. Harusnya kalau kamu gak salah, kamu santai aja dong, bersikap seperti biasanya. Gak kayak gini." Ucap Linda suatu hari.
Devin tak menyahut. Ia tetap diam dengan sorot dingin di wajahnya. Ia memang tidak salah tapi ia malas menanggapi orang orang yang terus menerus menuduhnya bersalah. Ia lelah terus di perguncingkan oleh tetangga dan juga teman temannya di sekolah.
Pernah suatu ketika Devin pulang dari suatu tempat, ia langsung di sambut oleh bisikkan tak mengenakkan dari mulut orang orang yang kebetulan berpapasan dengannya. Mereka memang tersenyum padanya, tapi setelahnya mereka langsung berbisik bisik satu sama lain, dan menjelek jelakkannya.
"Dia Devin kan? Masih berani pulang ke rumah dia?"
"Iya, padahal dia udah hilangin nyawa orang loh. Bisa ya ada orang gak tau malu gitu. Kalau aku jadi dia, pasti aku udah kabur, sembunyi di suatu tempat. Tapi amit amit deh, semoga keturunan kita gak ada yang kayak dia."
"Kasihan Tante sama kakaknya ya, mereka baik banget loh sama kita. Apalagi kakaknya, dia kelihatan baik, dan ramah banget. Pernah loh, suatu ketika saya di anterin pulang sama Devan dari pasar. Hari itu panas banget, dan suami saya gak bisa nganterin, eh di tengah jalan saya papasan sama Devan, dia kelihatan buru buru sih, tapi dia tetep kekeh mau nganterin saya, gak tega lihat saya jalan sendiri kepanasan katanya. Haduh, baik banget ya Devan, ibu ibu. Beda sama adiknya tuh si Devin." Ucap ibu ibu yang lain.
"Iya, Devan emang baik Bu, dia juga sopan anaknya. Saya jadi pengen deh jadiin dia mantu saya, haha."
"Tapi saya kasihan sama dia Bu, dia itu kan udah gak ada orang tua, terus yang tinggal cuma adiknya aja. Apalagi adiknya kayak gitu lagi sikapnya. Kasihan Devan ibu ibu, dia sekarang pasti terpukul banget lihat kelakuan adeknya kayak gitu."
Mereka terus sibuk ngerumpi, dan memuji kebaikan sang kakak, yakni Devan. Bahkan mereka terlihat sengaja mengencangkan volume suara mereka saat Devin berpapasan dengan mereka di jalan.
Kembali pada percakapannya dengan Linda. Sesaat hampir lima menit tak ada jawaban dari Devin, Linda pun bermaksud tuk beranjak dari sana, tapi sebelum itu, ia dikejutkan oleh ucapan Devin yang tiba tiba.
"Aku lelah Tan, pengen istirahat." Hanya itu, setelahnya Devin mendahului Linda masuk kedalam rumah.
Linda meneteskan air mata melihat wajah lesu Devin. Ia tau, Devin lelah karena sering di perguncingkan oleh orang orang. Ia pasti lelah mendengar semua tuduhan itu.
Memang polisi menyatakan Devin tidak bersalah, dan kasus citra masih dalam tahap penyelidikan. Tapi mulut orang orang julid tak pernah berhenti menuduh Devin pelakunya. Mereka terus melakukan itu, sampai membuat Linda enggan tuk kumpul dengan mereka seperti dahulu.
.........................
Di dalam kamar, Devin terlihat meringkuk di atas kasur dengan selimut menutupi setengah tubuhnya. Ia memang terlihat tegar, tapi ia juga menangis dalam hati. Ia sakit akan ucapan orang orang padanya. Dan disaat saat seperti inilah, ia begitu merindukan ibunya.
"Mommy, Devin rindu mommy. Devin pengen peluk mommy, dan ceritain semua ini ke mommy. Tapi, mom, kalian disana jangan khawatir, Devin akan baik baik aja kok, tidak ada yang bisa lukain Devin. Kalian ingat kan Devin itu kuat, Devin akan baik baik aja walau orang orang terus nuduh Devin pelakunya." Tangisnya pun pecah sembari memeluk bingkai foto kedua orang tuanya.
Linda kembali meneteskan air mata mendengar ucapan Devin dari dalam kamar. Ia sengaja berdiri diam di depan pintu kamar Devin guna memastikannya baik baik saja. Dan setelah mendengar Devin berbicara dengan almarhumah ibunya di foto, tangis Linda pun pecah. Ia kembali menangis. Ia bisa merasakan bagaimana sakitnya Devin, dan rindunya ia pada sang ibu yang telah tiada.
"Malang sekali nasibmu nak, Tante harap kamu baik baik aja kedepannya." Ucap Linda di sela sela tangisnya.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...