Bab 34. Aku sudah mati??

126 3 0
                                    

Pertanyaan Bunga barusan berhasil membuat kedua alis Devin menyatu. Bingung, aneh. Laki-laki itu pun sontak menoleh ke arah Bunga dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa kamu nanya gitu?" heran Devin.

Bunga pun lantas berjalan sedikit ke depan dan berbalik menghadap Devin. Tatapannya tak lepas dari lelaki itu.

"Jawab aja. Kamu suka nggak tinggal di sini sama aku?" tanya Bunga sekali lagi.

Kini Bunga terlihat aneh. Tubuhnya semakin memucat, tak ada senyum di bibirnya, dan wajahnya begitu datar. Ada apa dengan gadis itu? apa dia sedang menyembunyikan sesuatu?

Devin pun terlihat berpikir kemudian menganggukkan kepala.

"Aku suka kok tinggal di sini. Walau aku tahu kamu bukan manusia sepertiku tapi setidaknya di sini aku merasa dicintai, dan disayangi. Ngomong-ngomong, tiba-tiba banget kamu nanya gitu sama aku, kenapa?" Devin pun lantas bangkit dari duduknya.

Menatap manik coklat gadis cantik di depannya, membuat Devin lagi-lagi tak bisa berkedip. Untuk kesekian kalinya dia dibuat terpesona oleh visual Bunga yang begitu cantik menawan. Memiliki tinggi sekitar 165 cm, kulit putih bersih, dan wajahnya khas perpaduan Indo-Belanda dengan alis sedikit tebal, juga bola matanya yang begitu indah berwarna coklat terang semakin membuat Devin terpana olehnya.

Sementara Bunga yang merasa aneh karena Devin terus menerus menatapnya tanpa berkedip, akhirnya ditepuknya pundak Devin sedikit keras hingga membuat lelaki itu sedikit tersentak.

"Eh, Bunga, kenapa?" Devin pun nampak gelagapan. Dia benar-benar terkejut atas pukulan Bunga pada pundaknya itu.

"Dari tadi kamu menatapku terus, ada apa?" tanya Bunga terus terang.

Tanpa sedikitpun rasa ragu Devin pun tersenyum.

"Kamu cantik."

Hanya dua patah kata sudah berhasil membuat hantu seperti Bunga tersenyum haru. Baru kali ini ada manusia yang menyebutnya cantik, karena kebanyakan dari mereka akan ketakutan dan lari tunggang langgang saat Bunga menampakan wujudnya pada mereka.

Bagaimana mereka tidak lari, jika bunga menampakkan wujud aslinya pada mereka. Wujudnya yang sekarang dilihat Devin bukanlah wujud asli bunga. Gadis itu sengaja tidak memperlihatkan wujud aslinya agar Devin tidak takut kepadanya.

Namun, beberapa hari lalu entah ilmu apa yang Devin pakai tapi dia dapat melihat wujud asli Bunga dan sangat terkejut. Awalnya Bunga mengira Devin akan meninggalkannya dan pergi begitu saja, namun dia sangat terkejut saat mendengar Devin mengatakan cinta padanya dan tidak peduli apapun keadaannya saat ini. Yang terpenting Bunga mencintai Devin dan Devin juga mencintai Bunga, itu sudah lebih dari cukup.

"Vin, jika seumpama sekarang kamu tak berada lagi di dunia, bagaimana?" tanya Bunga seraya menatap lekat kearah Devin.

Lelaki itu pun mengernyit.

"Maksud kamu, aku sudah mati?" tanya Devin dengan mata membola.

"Tidak, belum. Kamu belum mati, hanya saja rohmu kubawa kemari sementara ragamu masih berada di dunia." Ucap Bunga terlihat santai.

Mata Devin pun membola, dia kaget sekaligus tak percaya akan ucapan Bunga barusan.

Hoosshhhh ...

Tiba-tiba saja helaan nafas bercampur bau busuk menguar kuat. Baunya persis seperti bau bangkai yang sangat busuk namun juga ada aroma melati yang mendominasi. Baunya sangat menusuk hidung.

Namun, melihat dari ekspresi Bunga sepertinya gadis itu tak mencium apapun. Apakah hanya aku yang mencium bau busuk ini?

Lalu rasa penasaran memaksa Devin membalikan badan, matanya membelalak lebar menatap apa yang ada di depannya.

Seorang pria seumuran dengannya, wajahnya penuh darah dengan goresan luka lebar di pipi kanannya, dilengkapi dengan mata kirinya yang bolong dan terus mengeluarkan darah segar serta belatung. Pria itu mengenakan jas hitam, kemeja putih, celana hitam serta dasi kupu-kupu yang semuanya berlumuran darah. Bahkan dengan bibir yang juga robek pria itu terus tersenyum ke arah Devin seraya memamerkan giginya yang sudah membusuk.

Devin yang melihat itu merasa ingin muntah. Penampilan pria itu sangat-sangat mengerikan, dan membuatnya merasa takut. Lalu Bunga yang sepertinya tahu apa yang Devin rasakan, langsung menarik tangan Devin untuk mundur dan berdiri di belakangnya.

Dari sini Devin merasakan aura yang begitu mengerikan keluar dari diri Bunga. Tangannya terlihat mengepal kuat di bawah sana dan tatapannya yang menatap tajam ke arah pria itu.

"Hallo, mijn vrouw. Herinner je me nog?(hai, isteriku. Masih ingatkah kau denganku?)" Ucap pria itu yang dari bahasanya seperti bahasa Belanda.

Bunga masih menatap tajam pria itu.

"Ik ben je vrouw niet. Ga weg! val ons niet lastig!(Aku bukan isterimu. Pergi kau dari sini, jangan ganggu kami.)" Bunga pun turut membalas dengan bahasa Belanda juga.

Astaga!

Kenapa bisa lupa, Bunga kan blasteran Belanda, dia pasti jago lah bahasa Belanda, kenapa aku tadi meragukannya?! pikir Devin saat itu.

"Wie is deze mens, mijn liefste? Je bent toch niet van plan me te bedriegen?!(Siapa manusia ini, sayangku?kau tidak berniat menduakan ku kan?!)" Pria itu terdengar marah bersamaan dengan dilayangkannya tatapan tajamnya pada Devin.

"Dat gaat je niks aan. Ga nu, voordat ik terugkom om je te vernietigen zoals voorheen!(itu bukan urusanmu. Sekarang pergilah, sebelum aku kembali menghancurkanmu seperti dulu!)"

Devin tidak tahu apa yang Bunga dan pria itu katakan, karena mereka berbicara dalam bahasa Belanda yang tentu saja Devin tidak mengerti. Namun, dari wajah Bunga dan pria itu, sepertinya mereka sedang bersitegang? Hump ... Apa yang mereka bicarakan ya? Devin begitu penasaran.

Si pria Belanda itu merasa heran dengan Devin yang sama sekali tidak takut padanya ataupun Bunga. Dia malah terlihat penasaran dan tetap diam di tempatnya tanpa sedikitpun ingin menginterupsi.

Lalu sebuah senyuman devil pun terlukis di wajah hancur pria Belanda itu.

"Oké, oké. Ik zal gaan. Maar onthoud Elizabeth, ik zal niet opgeven. Op een dag kom ik terug en neem je mee!(Baiklah, baiklah. Aku akan pergi. Tapi, ingat ya Elizabeth. Aku tidak akan menyerah. Suatu saat aku akan kembali dan membawamu pergi bersamaku.)"

Woww! Pria Belanda itu terlihat melayang dan pergi menjauh. Namun, dia tak membalikkan badannya, dia tetap menatap ke arah kami dengan tatapan tajam dan penuh dendam. Terlebih itu kepada Devin.

"Bunga, siapa pria tadi? Sepertinya kamu dekat dengannya." setelah kepergian pria itu barulah Devin bisa bertanya.

Ekspresi Bunga tak berubah.

"Dia adalah calon suamiku, Hans William." balas Bunga masih dengan ekspresi yang sama.

Hah, calon suami! Devin tidak salah dengar, kan?!

"Maaf, jika kedatangannya tadi membuatmu takut. Aku juga terkejut melihatnya tiba-tiba kemari setelah sekian lamanya menghilang." ucap Bunga merasa bersalah.

"Vin, ada banyak hal yang mau ku bicarakan denganmu. Sebaiknya kita masuk ke dalam saja." lanjut Bunga seraya menarik lengan Devin untuk masuk kembali ke dalam rumah.

Di titik ini Devin sama sekali tak berbicara, dia terus diam bahkan di saat Bunga menarik lengannya begitu saja.


Bersambung ...



My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang