Sudah hampir setengah jam lamanya Devin duduk termenung seraya menunggu sang guru di garden cafe, tempat awal mereka janjian. Ia berulang kali melirik arloji di tangannya lantas berdecak kesal. Pikirnya, jika ada perlu harusnya guru itu dong yang menunggunya terlebih dahulu, tapi ini justru kebalikannya. Bahkan sudah hampir setengah jam tak ada tanda tanda kedatangan citra. Apakah citra sengaja membohonginya, atau ada kejadian mendadak yang menjadikannya tak bisa datang? Ah sudahlah.
Saat Devin benar benar akan beranjak, dilihatnya citra dari arah pintu masuk cafe tengah berjalan terburu buru menuju kearah mejanya. Ia sempat memalingkan wajahnya kesegala arah lalu semakin mempercepat langkahnya selepas dilihatnya posisi Devin.
Ia tersenyum lantas duduk di kursi di hadapan Devin.
"Ehm kamu udah nunggu lama ya, maaf ya tadi macet banget soalnya." Sesal citra.
Devin tak berekspresi, ia tetap pada sorot datarnya lantas menghela nafas.
"Anda pasti ada yang mau dikatakan kan, silakan." Ucapnya kemudian.
Citra sempat menundukkan wajahnya lantas mengangkatnya kembali dan beralih menatap sendu kearah Devin. Tak berselang lama setelah itu, citra pun meneteskan air mata, ia lantas merogoh Sling bag miliknya lantas mengeluarkan selembar kertas dari dalamnya.
Kertas itu nampak terlipat dan seperti kertas baru. Ya citra masih saja meneteskan air mata sembari memegang kertas itu.
Tanpa ba-bi-bu citra lantas menyerahkan kertas itu pada Devin. Ia lantas menyeka beberapa bulir air matanya kemudian menatap kearah Devin yang masih bingung. Devin terlihat menerima kertas itu walau ia juga terlihat bertanya tanya, dan memikirkan sesuatu.
Devin mulai membuka kertas itu, ia fokus pada kata demi kata yang dipaparkan di sana. Deretan kata disusun apik hingga sesaat kemudian kedua alis Devin pun berkerut. Ia menangkap suatu kata yang membuatnya terkejut. Ya kata kata di deretan paling ujung di surat itu.
"Sh*t. Jadi maksudnya anda hamil?! Terus apa hubungannya dengan saya?!" Devin pun menaikkan nada bicaranya. Ia tak percaya sekaligus bertanya tanya, apa maksud dari citra memberitahukan ini padanya.
"Jelas ada hubungannya Devin, kamu ayahnya. Kamu gak bisa menghindar sekarang, kamu harus tanggung jawab. Saya gak mau tau pokoknya kamu harus nikahin saya setelah lulus nanti." Desak citra seraya kembali meneteskan air mata.
Devin pun jengah, ia kesal karena terus terusan di fitnah oleh citra. Ia tak pernah sekalipun dekat dengan citra, apalagi melakukan hubungan tak senonoh dengannya. Tak sekalipun Devin melirik kearah citra walau sejengkal pun. Tapi seminggu terakhir, citra selalu mendesaknya, dan mengatakan sesuatu hal aneh padanya. Seolah ia dan citra pernah melakukan sesuatu yang serius.
"Bu, ibu ini kalau mau ngerjain orang jangan kelewatan buk. Saya gak ada ya ngelakuin apapun ke ibu. Jangankan ngelakuin itu, dekat pun saya gak pernah. Kita cuma ketemu di sekolah aja, itupun gak sering karena saya sering gak masuk. Dan sekarang tiba tiba ibu bilang ibu hamil anak saya, hadeh..Bu citra ada masalah apa sama saya, sampai tega fitnah saya kayak gini. Terus emang ayahnya kemana sih, sampai ibu tega tuduh saya kayak gini?!"
Citra tetap saja menangis, dan mulai sesenggukan.
"Kamu ayahnya, Vin kamu. Kenapa kamu gak ngerti ngerti sih! Semuanya udah jelas tapi kamu tetap aja ngelak. Sumpah mulut kamu buaya banget, kamu ngomong manis kesaya tapi setelah saya balas cinta kamu, justru kamu malah ngelak, sok Sokan gak ngerti semuanya. Bisa ya Vin kamu kayak gitu. Gak ngerti lagi saya sama kamu, tega kamu sama saya."
Devin semakin tak mengerti dengan semua ini. Ia menarik rambutnya emosi lantas mulai berpikir.
"Bu citra gak mungkin bohong sih, dia kan terkenal guru baik. Baik ke muridnya juga ke guru guru yang lain. Terus maksud dari ucapannya tadi apa ya? Dia hamil, dan ngiranya gue yang hamilin gitu? Yakali. Terus siapa dong, kalo orang lain, kok bisa Bu citra kekeh bilang gue pelakunya, gue gak mau buruk sangka sih tapi masa si Devan pelakunya, setau gua orang yang terlihat paling dekat ke Bu citra kan cuma dia, tapi masa dia sih, dia kan udah ada Carla, masa iya bu citra dia embat juga? Terus hamilin pula, tapi setau gue Devan orangnya gak gitu sih. Hm." Batinnya.
"Ntarlah gue tanyain dia." Sambungnya dalam hati.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...