0.9

32.9K 4K 39
                                    

Vote dulu sebelum baca! (maksa)
◇─◇──◇─◇

Duke memandangi putra keduanya. Ken, anak pertamanya juga ikut berkumpul. "Katakan, mengapa kau tidak segera pulang? Dan siapa anak yang kau bawa?" Ucap Duke memecah keheningan.

Kian tersenyum lebar. Ia mengusap pelan kepala Kiel. "Ini Kiel, dia merawatku saat aku terluka dihutan ilusi."

"Seberapa parah lukamu?" Tanya Ken. Walaupun ia yakin Kian bisa menanganinya, sebagai kakak, tetap saja ia khawatir.

"Tidak buruk, perut dan dada kiriku ditusuk, untungnya tidak mengenai jantung." Ucap Kian dengan santai.

"Pertanyaan kedua, siapa anak itu?"

Nox menggelengkan kepalanya. Sedari tadi, ia mendengar mendengar percakapan yang tidak normal di keluarga ini. Memang tidak aneh. Yah, tidak aneh. Ini normal. Bagi mereka.

Kian memiliki tatapan serius sekarang, ia menegakkan tubuhnya sebelum berbicara. "Ayah, tolong periksa Kiel. Aku yakin dia adikku."

Brak!

"Omong kosong apa yang kau katakan!?" Teriak Ken setelah memukul meja. Tindakannya berhasil membuat Kiel tersentak dan membuka matanya.

 Tindakannya berhasil membuat Kiel tersentak dan membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gambar nyomot di pin! Gatau karakter siapa.)

Baik Cedrik maupun Ken terdiam saat kedua lensa berwarna biru terang itu terlihat.

'Ibu.' Ken tanpa sadar bergumam pelan.

Warna mata itu, mengingatkannya pada sosok perempuan yang sangat ia sayangi.

Ibunya.

Kian memberi tatapan tajam pada kakaknya, ia kembali mengusap kepala Kiel, berharap anak itu kembali tidur. "Tidak apa Kiel, itu hanya serangga. Kau bisa kembali tidur." Ucap Kian yang melihat Kiel kembali memejamkan mata. Adiknya itu sepertinya tidak peduli dengan sekitar.

"Kian, darimana kau menemukannya?" Suara Cedrik sedikit bergetar. Bagaimanapun, ia mengenal Riana, mendiang istrinya sangat lama. Mereka berteman sejak kecil. Dan sekarang, setelah melihat dengan jelas anak yang dibawa Kian, ia berharap bahwa itu putra bungsunya. Peninggalan terakhir dari Riana.

Kian menceritakan semua yang ia dengar dari Kiel. Ekspresi ayahnya, Ken bahkan Nox menggelap setelah mendengarnya.

Setitik harapan muncul dihati Cedrik. Ia kembali menatap wajah Kiel yang trlihat sama persis dengan Riana, hanya saja yang ini lebih imut. Ia menghampiri Kiel yang tengah tertidur. Mengusap kepalanya lalu menggumamkan mantra tidur agar Kiel terlelap dalam waktu yang ditentukan.

Nox dengan cepat meninggalkan ruangan tanpa diperintah lalu kembali dengan membawa mangkuk yang berisi air bening serta sebuah jarum kecil. Ken mengambil jarum kecil itu dan menusuk jari telunjuk ayahnya dan anak yang dibawa Kian.

Dua tetes darah itu mewarnai air yang sebelumnya bening.

❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙

I Became Duke Son [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang