2.9

20.3K 2.8K 4
                                    

Vote dulu sebelum baca! (maksa)
◇─◇──◇─◇
Demi alek sebel bgt sama ni ch. Jadi gajadi mulu.

Dua hari berlalu dan Cedrik kini membuka mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari berlalu dan Cedrik kini membuka mata. Setelah menyesuaikan cahaya yang masuk, ia mengedarkan pandangan kesekitar. Mata sayunya menangkap Kiel yang tertidur kemudian mengusap kepalanya.

Gerald yang menyadari bahwa Cedrik sudah sadar segera memeriksanya. Penyihir agung itu berada disini sejak sehari yang lalu bergiliran dengan Kian untuk mencegah penyebaran mana gelap dalam tubuh Cedrik.

"Kondisimu semakin memburuk." Ucap Gerald yang dibalas anggukan pelan.
Tanpa pemeriksaanpun Cedrik sadar bahwa dirinya tidak sekuat dulu.

"Aku tahu." Suaranya begitu pelan namun masih terdengar.

Cedrik berusaha mengubah posisinya menjadi duduk namun terhenti karena ia tiba-tiba meringis. Gerald yang melihat itu mau tidak mau membantu Cedrik.

"Seharusnya kau tetap berbaring, dasar bodoh." Gerald menggeram kesal pada suami mendiang sepupunya.

Cedrik masih berusaha terlihat baik dihadapan Gerald walaupun ia tahu bahwa itu sia-sia. "Aku harus segera memberikan posisiku pada Ken."

"Kenapa? Sudah menyadari bahwa kau tidak mampu melakukan tugasmu lagi?" Sarkas Gerald sementara Cedrik tidak memperdulikannya. Seharusnya sudah sejak lama Cedrik memberikan posisinya pada Ken lalu fokus pada kesehatannya.

Kiel sebenarnya tidak tidur, ia hanya memejamkan mata dan mendengarkan  semuanya. Tangannya mengepal menyadari ketidakmampuannya untuk menemukan penghilang mana gelap.

'Tiga tahun aku berada disini tapi aku tidak bisa menemukan penawar mana gelap. Bagaimana jika ayah pergi sebelum aku menemuman penawar itu?' Ucap Kiel dalam batinnya.

Kiel menyudahi kepura-puraannya. Ia bangun dan memeluk Cedrik dengan mata berkaca-kaca. "Ayah." Panggilnya.

Cedrik jelas terkejut dengan tindakan Kiel, itu berarti putranya mendengar apa yang dikatakan Gerald. "Kiel, kau tidak dengar apapun kan?" Tanya Cedrik yang terdengar seperti berbisik.

"Aku tidak tuli ayah. Aku juga tahu kau terkena mana gelap." Jawab Kiel yang membuat Cedrik tidak tahu harus berkata apa.

"Maaf mengganggumu keponakan, tapi kau lebih baik keluar karena aku perlu bucara dengan ayahmu." Gerald menyela percakapan keduanya.

"Tidak mau! Ayahku baru sadar. Aku tidak ingin ia kembali pingsan karena mendengar ocehanmu."

Tak!

Kiel mengaduh karena kepalanya dipukul Gerald. "Selain gila, paman juga kasar. Bagaimana mungkin aku meninggalkan ayahku bersamamu?"

"Selama dua hari ini, aku yang merawat ayahmu, bocah!"

"Kak Kian juga merawat ayah! Jangan mengatakan bahwa kau merawat ayah sendirian."

"Kapan aku mengatakannya?" Gerald memijat pelan pelipisnya. Keponakan bungsunya ini sama menyebalkannya seperti Cedrik.

Kiel baru saja membuka mulutnya untuk membalas perkataan Gerald namun suara Cedrik menghentikannya. "Kiel, berhenti berdebat." Ucapnya yang langsung dituruti Kiel.

❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙

I Became Duke Son [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang