Hutan terdekat dari kota, letaknya bersebelahan dengan sungai yang menghidupi seluruh kota Tanah Terbuka. Hutan tersebut luasnya tidak seberapa, pohon-pohon yang tumbuh hanya setinggi sepuluh sampai dua belas meter.
Sejak awal pembangunan kota, hutan sengaja dipertahankan warga sekitar demi menjaga kualitas air sungai tetap terjamin. Maka dari itu aktifitas yang berpotensi merusak kondisi hutan dilarang, baik pembudidaya atau bukan, jarang memasuki hutan apabila tak ada kepentingan yang mendesak.
Mengikuti aliran sungai mereka memasuki hutan, selama perjalanan Baekhyun tak lepas mematai-matai ikan-ikan segar yang berenang kesana-kemari.
"Tuan, saya bisa turun menangkap ikan-ikan itu jika Anda menginginkannya," tawar Min Seok menyadari tatapan Baekhyun.
"Kau sangat pengertian, tapi nanti saja. Aku tidak memiliki bumbu yang pas untuk memasak ikan-ikan itu," jawab Baekhyun.
Hari sebelumnya Baekhyun sudah menceritakan pada Min Seok tentang niatnya ingin membuat makananya sendiri. Sempat ditanya apakah ia tahu cara memasak seperti koki spiritual, jawaban Baekhyun sangat angkuh, "Kalau kau bandingkan dengan koki spiritual keluarga ini, maka dia bukan levelku. Masakannya hari itu mengerikan, kalau aku Tuan rumah ini, sepertinya koki spiritual itu harus dipecat."
Min Seok menggaruk pipinya dan berkata. "Tetapi, dalam daftar masakan Tuan, Anda hanya mengisi semua jenis hewan biasa. Sebagai calon pembudidaya, bukankah seharusnya Anda banyak mengkonsumsi daging hewan magis."
Baekhyun bergidik. "Lupakan hewan magis, aku lebih peduli pada selera lidahku."
"Tidak apa-apa juga pilihan Baekhyun," sahut Chanyeol. "Yang pembudidaya sebut hewan biasa sebenarnya hewan magis tingkat rendah. Hewan magis tingkat sedang dan tinggi memiliki empat titik energi dalam struktur mereka, yaitu kecerdasan, kemampuan, kehidupan, dan intuisi. Sedangkan hewan magis rendah hanya memiliki dua titik energi, yaitu kehidupan dan intuisi. Sebab itu, pembudidaya tidak terlalu tertarik mengkonsumsi hewan biasa yang sering disebut hewan bodoh, hanya mengandalkan insting pendek mereka guna bertahan hidup. Kadang, insting itu juga tidak berguna sama sekali."
"Chanyeol, kau tahu banyak," ujar Baekhyun.
"Memang, aku yang hebat ini sudah dikarunia kepintaran sejak kecil. Kau tidak akan malu memiliki calon suami sepertiku," katanya memuji diri sendiri.
Sekitar dua puluh menit memasuki hutan, tepat menemukan area terluas sungai di mana banyak batu hitam berbagai ukuran dan bentuk, burung bennu yang dicari bertengger mematuk bulunya di salah satu batu terbesar.
"Benben! Kami datang!" panggil Baekhyun.
Burung di atas batu berceloteh ribut, Baekhyun memandangnya tak senang.
"Itu panggilan sayang untukmu, lebih baik dari pada nama 'Dewa Burung Api' yang kau tawarkan. Nama apa itu? Ketinggalan zaman sekali."
Burung bennu mencicit sekali lalu membuat gerakan seolah melempar wajah.
"Sudahlah, jangan terus merajuk. Aku datang bersama Chanyeol seperti permintaanmu."
Kepala burung bennu langsung membuat gerakan mengangguk-angguk, melebarkan sayap orangenya dan terbang dari batu besar di tengah sungai menghampiri ketiga pengunjung.
Ia mendarat di depan Chanyeol, memperhatikan sebentar kemudian tanpa peringatan bersuara yang bukan cuitan burung.
"Phoenix yang malang," katanya. Dan berbalik menaiki batu setinggi pinggang anak-anak di belakangnya.
Min Seok terperanjat, baru pertama kali mendengar hewan magis berbicara secara langsung. Padahal selama ini, hewan magis hanya akan berbicara pada manusia yang melakukan kontrak janji tuan dan pengikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK]
FanfictionApi bertemu cahayanya, di dunia spiritual mereka saling menjaga. Malam ketika hujan, angin, petir, serta gunturnya bekerja sama menimbulkan badai yang menganggu. Pada saat ledakan cahaya menimpa tubuhnya, Baekhyun sadar tak lagi berada di dunia temp...