Benben menatap Chanyeol dan Baekhyun bergantian. "Kalian serius?" tanyanya.
Jawab Chanyeol, "Ini keinginanku sejak lama. Setelah menyelesaikan kewajiban terakhirku sebagai anak kepala keluarga sebelumnya, aku bisa pergi tanpa membawa beban."
Benben berkata, "Sudahkah kalian memperhitungkan semuanya matang-matang? Permasalahan disini mungkin selesai, tetapi diluar sana kehidupan dua kali lebih berat dari kehidupan Kota Tanah Terbuka."
"Apa yang terjadi di masa depan biarkan itu menunggu. Saat ini, tekatku sudah bulat," tukas Chanyeol.
Benben melirik Baekhyun, "Bagaimana denganmu?"
"Aku ikut kemana pun Chanyeol pergi," ucapnya. "Selain itu, kami pergi bukan semata-mata sekedar penasaran, tapi keyakinan bahwa disuatu tempat orang tua kami masih hidup. Aku dan Chanyeol perlu menemui mereka."
"Dengar, andaikata mereka masih hidup pun Benua Timur terlalu luas. Hanya mengandalkan kalian berdua, bak mencari benang yang jatuh di lautan lepas. Artinya sangat mustahil, besar kemungkinan sampai mati pun kalian tidak pernah berhasil."
"Ucapanmu ada benarnya seandainya aku tidak menerima perkamen peninggalan Ibuku," kata Chanyeol. "Di perkamen itu seluruh catatan perjalanan orang tua kami tertulis, yang teramat membantu meringkas dimana saja tempat yang perlu dituju diperjalanan."
"Perkamen? Seberapa berguna catatan tangan itu. Sangat mungkin ditulis bertahun-tahun lalu, mana tahu petunjuk di dalamnya telah berubah seiring waktu."
"Sangat mungkin itu berlaku. Namun, setidaknya masih ada cukup bantuan sehingga arah kami tak begitu luntang-lantung nantinya."
Benben diam.
"Ada satu lagi benda peninggalan Ibuku yang perlu kami tanyakan padamu," ujar Chanyeol.
"Apa itu?"
"Disamping perkamen, Ibuku meninggalkan aku bilah pedang ini." Chanyeol mengeluarkan bilah pedang terbungkus kain. Meletakkan disebelah api unggun dan membuka balutan kain lusuh yang menutup.
Benben mendekat. Pedang tua berkarat mengisi penglihatan tajamnya.
"Luar biasa, Pedang Sang Penghancur!" kata Benben dengan antusias.
Chanyeol bertanya penuh harap, "Kau mengenal bilah pedang ini?"
"Tentu saja, meski ditutupi karat tua, esensi api gelap di dalamnya tidak bisa lepas dari mataku." Tatapan Benben berubah aneh, ia melirik Chanyeol. "Ibumu pasti telah bertemu pembudidaya api gelap terakhir sebelum kemunculanmu," katanya.
"Kenapa kau memperkirakan demikian?" kata Baekhyun.
"Sederhana, bilah Pedang Sang Penghancur terbiasa menghilang tanpa jejak setelah pembudidaya api yang menjadi tuannya menemui akhir. Melihat bilah sang penghancur sempat berada ditangan Ibu Chanyeol, berarti dia menyaksikan detik-detik kematian pembudidaya api gelap dan menghentikan menghilangnya bilah ini," jelas Benben. "Wanita itu terkenal dengan petualangannya, siapa bisa menebak seragam apa orang-orang yang ia pernah temui."
"Benben, benarkah Chanyeol harus memakai bilah pedang ini dan bukan mencari bilah pedang lain?"
Ujung sayap Benben meraba permukaan kasar bilah pedang. "Menurut kesimpulan tetua burung api, apa yang menjadi milik api gelap harus tetap menjadi milik api gelap. Tidak dibenarkan pembudidaya spirit api gelap mengganti-ganti senjata sesuka hati, sebab dikhawatirkan memicu kehancuran baru. Namun, itu biasanya berlaku pada pembudidaya api gelap tanpa nyala api." Benben menjeda sebentar. "Pernah aku jelaskan, nyala api gelap artinya penawar dan penyeimbang jiwa si pembudidaya. Adanya sang nyala, pantangan yang selama ini dipercaya bisa dilanggar selama si nyala ini juga mempuni dalam hal kekuatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK]
FanficApi bertemu cahayanya, di dunia spiritual mereka saling menjaga. Malam ketika hujan, angin, petir, serta gunturnya bekerja sama menimbulkan badai yang menganggu. Pada saat ledakan cahaya menimpa tubuhnya, Baekhyun sadar tak lagi berada di dunia temp...