Yang direncanakan tahu-tahu datang sendiri. Ketika Chanyeol dan Baekhyun baru beranjak kepembahasan berikutnya, Yee Dam dengan sendirinya datang menghampiri mereka.
"Tuan-tuan, aku beruntung menemui kalian disini, aku pikir kalian telah meninggalkan Alun-alun," kata Yee Dam sembari tersenyum ramah.
Baekhyun bertanya, "Anda, Cah Yee Dam, bukan?"
Yee Dam mengangguk. "Yah, itu namaku."
"Kalimatmu barusan mengatakan telah mencari kami, apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?"
"Sebenarnya ini bukan hal penting," kata Yee Dam. "Hanya sekedar menuntaskan dorongan bertemu kalian berdua sejak permasalahan kelompok kami dan keluarga Oh. Belum lagi, berita yang menyebar mengenai kalian semakin menambah beban rasa penasaranku."
Chanyeol menyambut, "Kebetulan sekali, aku dan kekasihku juga memiliki niat bertemu kelompokmu."
"Benarkah demikian? Kalau begitu waktu memang memberi kita kesempatan bertemu di sini."
"Sayangnya, aku tidak melihat kau bisa menuntaskan keingintahuanku," ujar Chanyeol.
Senyum Yee Dam lebih tulus saat membalas, "Tuan Chanyeol boleh percaya, meski aku tidak terlihat berpengatahuan luas, tapi sesungguhnya aku cukup mempuni dijadikan penuntun ketidaktahuan. Mari, kita berpindah ke tempat yang lebih tenang untuk saling bertukar cerita," ajaknya di akhir kalimat.
Chanyeol dan Baekhyun saling pandang, sejenak bertukar pikiran lewat telepati lalu mengangguk bersamaan.
Ketiganya kemudian kembali ke bangunan disebelah menara. Menempati salah satu meja di lantai dasar, dan memesan tiga gelas minuman serta cemilan ringan yang disediakan.
Melihat makanan Baekhyun mencicipinya dengan raut menilai. Saat rasa hambar sedikit asin menyebar keluar dari cemilan kering itu, Baekhyun mendesah kecewa tapi tetap lanjut menelannya.
Kala tukar kalimat dimulai, berbanding dengan kesannya yang anggun dan pendiam, Yee Dam ternyata pencerita yang fasih. Untuk ukuran kenalan baru Yee Dam tak segan mengekspresikan banyak kata melalui mimik wajah. Bahkan Chanyeol yang kebiasaanya berkata sebelum menyaring kalimat lebih halus, tidak ia masukkan ke hati.
Yee Dam pula berpengetahuan luas, tanya jawab yang berlangsung berhasil membantu Chanyeol menyusun pola kasar mengenai wilayah dibalik Gunung Berapi Kembar. Keterangan Yee Dam memperjelas ciri-ciri yang terlebih dahulu diceritakan kakek dan ibunya dahulu. Walaupun hanya disampaikan lewat penggambaran umum, setidaknya itu masih lebih baik dibandingkan tanpa pengetahuan sama sekali.
Garis besar perbincangan dapat diringkas seperti berikut :
Di Benua Timur terdapat puluhan kota, dan wilayah suku pedalam. Akan tetapi berdiri sepuluh kota besar yang memiliki jumlah penduduk dan wilayah terbanyak. Di antara sepuluh kota, Kota Angin Timur adalah kota utama yang menjadi sentral benua. Di sanalah pusat budidaya, perdagangan, dan ekonomi paling unggul berkembang. Yee Dam dan rombongannya berasal dari kota tersebut. Di luar, tak hanya kotanya yang ramai, pegunungan menjulang-julang tinggi dan hutan lebat tersebar diseluruh penjuru. Keluarga besar, klan terkenal, sekte, dan perguruan tersebar dimana-mana. Kemuliaan ada dimana-mana, bersamaan persaingan yang tak ada habisnya. Dibandingkan itu, Kota Tanah Terbuka dikategorikan kota kecil dan barbar, sebab letaknya yang terisolasi dari dunia luar sehingga hanya sedikit orang--selain pedagang--yang pernah mendengar mengenai kota ini.
"Kalian serius benar menanyakan ini dan itu, aku berpikir kalian merencanakan akan pergi suatu hari nanti. Adakah aku benar?" tebak Yee Dam.
Chanyeol atau Baekhyun tak mengatakan iya ataupun tidak. Yang keluar dari mulut Chanyeol hanya satu kalimat berbunyi : "Tidak penting bagimu mengetahui apakah kami pergi atau tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK]
FanfictionApi bertemu cahayanya, di dunia spiritual mereka saling menjaga. Malam ketika hujan, angin, petir, serta gunturnya bekerja sama menimbulkan badai yang menganggu. Pada saat ledakan cahaya menimpa tubuhnya, Baekhyun sadar tak lagi berada di dunia temp...