"Bagaimana kau menjelaskannya? Cermin butut ini tidak berarti apa-apa selain fakta bahwa kau mengintip kegiatanku, bahkan berani mengklaim tahu semua tentang diriku. Itu tidak terlihat seperti kau ingin mengenalku lebih jauh," tuntut Baekhyun lalu meletakkan kembali cermin retak yang Chanyeol perlihatkan.
Menatap Baekhyun sambil tersenyum, Chanyeol berkata, "Aku masih kecil dan pendek, bahkan lebih pendek darimu saat Ibuku memberitahukan tentang perjodohan kita. Giat benar ia menyemangatiku untuk terus mempelajari seni bela diri dengan maksud, agar saat kau datang nanti aku bisa menjagamu. Lalu, ketika Ibu pergi ia memberikan cermin tersebut. Itu bukan cermin biasa, berguna sebagai media komunikasi dua arah antara dua orang yang memiliki ikatan, seperti kita berdua."
"Lalu, kenapa aku tidak memiliki hal yang sama?" potong Baekhyun.
"Sayangnya, Ibuku berkata cermin itu pernah rusak parah dan tak bisa diperbaiki seperti sediakala, sehingga komunikasi dua arah hanya bisa dilakukan satu arah saja. Maka beralasankan hal itu, aku seorang yang tahu tentangmu. Memantau dari jauh dan melihat tidak kurang sampai kerahasia tersembunyi yang kau simpan," jawab Chanyeol.
Baekhyun bergidik ngeri tanpa sadar. "Apa kau benar-benar melihat semuanya? Apapun?"
"Hm, apapun." Angguk Chanyeol.
"Kenapa kau melihatnya? Maksudku, bisa saja kau menahan diri dan tidak melihat privasiku, itu melanggar peraturan," kata Baekhyun.
Giliran Chanyeol yang bertingkah malu-malu. "Itu ... kau paham sendiri, aku juga laki-laki yang penuh rasa penasaran tinggi, kan?"
Masuk akal, mereka seumuran, remaja yang baru menginjak umur tujuh belas dan penuh akan perasaan mengebu-gebu serta rasa ingin tahu tinggi. Kalau pun itu Baekhyun, ia kurang lebih akan melakukan hal sama apabila memantau laki-laki bertubuh gagah seperti Chanyeol.
Baekhyun menggelinjang terasadar akan pikiran mesumnya.
"Dengan kata lain kau tahu semua tindakanku kan?"
Chanyeol mengangguk sigap. "Aku juga bisa bilang akrab dengan duniamu, karna apa yang kau ketahui secara otomatis aku tahu."
"Bisa begitu? Jadi kau tahu tentang musik, film, negara tempat tinggalku, bumi, handphone, tv, artis?"
"Aku tahu itu."
"Kau tahu tentang pesawat terbang? Mobil, motor, sepeda, kapal laut? Katakan apa lagi yang kau tahu?"
"Apapun yang kau ketahui maka aku ketahui," jelas Chanyeol singkat.
Baekhyun termenung sejenak, memikirkan tentang Chanyeol, cermin, dan dunianya. Tiba-tiba ia meraih cermin retak dengan semangat.
"Kalau kegunaan cermin ini seperti katamu, apa aku bisa melihat Nenekku juga? Aku sangat mengkhawatirkannya, dia tinggal seorang diri tanpa aku di sisinya."
Tapi yang Baekhyun dapat gelengan tak berdaya dari Chanyeol.
"Cermin itu hanya berlaku untuk kita berdua saja. Lagi pun, cermin itu telah rusak sebab kita tidak memerlukannya lagi."
Ucapan Chanyeol meruntuhkan harapan Baekhyun, binar matanya meredup, merosot sedih seraya meletakkan cermin kembali ke meja.
Tak kuasa melihat kesedihan calon pendampingnya, Chanyeol berinisiatif meraih jemari lentik sang calon.
Baekhyun tersentak. "C-chanyeol ...."
"Jangan bersedih, aku mungkin terlihat tidak bisa diandalkan saat ini. Namun, suatu hari nanti ketika aku menjadi jauh lebih hebat, aku akan membuat alat sihir serupa agar kau bisa menghubungi Nenekmu, ini janjiku sebagai pria terhormat dan calon suamimu," ucapnya tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK]
Fiksi PenggemarApi bertemu cahayanya, di dunia spiritual mereka saling menjaga. Malam ketika hujan, angin, petir, serta gunturnya bekerja sama menimbulkan badai yang menganggu. Pada saat ledakan cahaya menimpa tubuhnya, Baekhyun sadar tak lagi berada di dunia temp...