Chapter 6 : Menuju Mansion Park

803 127 11
                                    

Min Seok duduk kaku mengendalikan kekang kuda yang membawa kereta, di sebelahnya sang tuan muda baru duduk santai dengan tatapan terpukau bak anak berumur dua tahun diberi benda yang baru pertama kali dilihatnya.

"Tuan Muda, ada baiknya menunggu di dalam kereta saja. Perjalanan kita masih sangat jauh, Anda silahkan bersitirahat dahulu."

Sekali lagi Min Seok membujuk Baekhyun. Pasalnya tuan muda yang ini menolak saat ia tawarkan menunggu di dalam kereta sementara ia mengantar mereka ke luar hutan, malah dengan antusiasnya duduk di tempat kusir mengendalikan kuda.

Baekhyun menoleh menatap Min Seok sekali, bibirnya mengerucut kesal sebelum memalingkan perhatian ke sekitar hutan yang luar biasa.

"Jangan bujuk aku, kau bilang tadi adalah pelayanku, jadi kau harus dengar kalau aku tidak mau menunggu seperti orang bodoh di dalam kereta," ujarnya.

Min Seok berkata penuh rasa bersalah, "M-maafkan kelancangan hamba, Tuan."

Baekhyun tidak memperdulikan Min Seok sama sekali. Selain mengagumi hutan, ia juga memperhatikan pakaian yang diberikan Min Seok untuk ia kenakan. Bertanya-tanya, pakaian dalam masa kerajaan apa ini? Tetapi, jelas sekali pakaian yang ia kenakan ini bukan jenis Hanbok rumit nan berat yang sering dipakai keluarga kerajaan.

"Min Seok, Hanbok macam apa ini? Terasa lebih ringan dan cara pakainya juga tidak serumit yang aku kira. Belum lagi kainnya jauh lebih halus seperti sutra saja," tanya Baekhyun tiba-tiba.

Min Seok segera menjawab, "Pakaian saat ini sudah sangat disesuikan dengan keperluan para pembudidaya bela diri, Tuan. Tidak seperti jaman kepemimpinan empat keluarga dulu, sekarang semua pakaian dibuat seringan mungkin namun tetap menunjukkan kemewahan dan keindahan sesuai harga dan kualitasnya. Gunanha agar pergerakan setiap pembudidaya bisa lebih ringan dan bebas saat menghadapi pertempuran."

Baekhyun mengangguk mengerti. Meraba pakaian yang ia pakai dari dada ke pundak, sampai tangannya naik menyentuh rambut panjang sepinggangnya yang diikat satu menggunakan sebuah selendang biru muda. Ini pilihan Min Seok tadi, katanya diikat tinggi seperti ekor kuda ini cocok dengan kontur wajahnya, belum lagi warna selendang senada dengan beberapa helain warna rambutnya yang berwarna biru muda di antara lautan hitam arang.

Baekhyun juga sempat terpukau dengan sebagian warna rambut biru langitnya. Apalagi warna birunya terlihat berkilau diterpa cahaya, bak karakter di film-film fantasi.

"Berapa lama lagi kita akan sampai di kota tempat tinggalmu?"

"Perjalanan kembali ini akan berlangsung sekitar setengah bulan, Tuan."

.

.

.

"Ada apa Paman dan Bibi datang mengunjungiku?" tanya Chanyeol yang sedang duduk menikmati teh hijaunya.

"Persilahkan seniormu duduk lalu setelah itu beri pertanyaan dengan sopan, begitu seharusnya sebuah tata krama, Chanyeol," kata Min Young.

Chanyeol meletakkan gelas tehnya, memandang paman dan bibinya sebentar lalu berucap, "Paman dan Bibi memasuki kediamanaku tanpa permisi, begitu saja mendobrak pintu dan masuk seolah tempat ini tanpa penghuni. Apakah itu sebuah tata krama juga, Bibi?"

"Chanyeol, jaga sikapmu!"

"Sikapku adalah hak ku sendiri untuk dijaga."

"Kau ...." Min Young menatap saudaranya meminta bantuan.

Sik Hyung menghela napas sekali sebelum masuk ke dalam pembicaraan. "Chanyeol, Bibimu dan aku datang dengan tujuan yang baik. Kalau kami memang menganggu ketenanganmu, maka tidak akan ada yang kedua kali."

"Memang seperti itu," balas Chanyeol, "Silahkan Paman dan Bibi memilih tempat duduk sendiri."

Setelah ketiganya duduk tenang, Sik Hyung memulai percakapan yang berisi tujuan kedatangan mereka.

"Keluarga Gyuk akan datang atas undangan dari keluarga kita. Bertujuan untuk mendekatkan hubungan dua keluarga lewat tali pernikahan. Dan Chanyeol, aku telah melamar putri bungsu keluarga Gyuk sebagai calon istrimu."

Chanyeol mengangkat alisnya. "Kenapa aku tidak pernah merasa dilibatkan dalam lamaran ini?"

Min Young berkata, "Sebagai penganti orang tuamu, sudah hak kami memikirkan masa depanmu. Chanyeol, Penatua Kedua sendiri bisa dikatakan adalah Kakekmu, meski tiada hubungan darah, dia adalah keluarga tertua yang kau miliki saat ini. Atas restunya kami mencarikanmu seorang pendamping demi mengisi hari-harimu."

Langsung membawa nama Penatua Kedua dalam pembicaraan ini, Chanyeol tahu kemana arah mereka ingin menuju. Bermaksud menekannya dengan posisi penatua, berpikir Chanyeol tak akan bisa memberikan banyak penolakan.

Chanyeol menghela napas sekali, ekspresinya murung dibuat-buat. "Sayang sekali Paman dan Bibi terlambat terlalu jauh. Ibuku sudah membuat ikatan perjodohan untukku terlebih dahulu."

Min Young menyabut dengan tak suka, "Omong kosong apa itu, Chanyeol. Jangan membuat alasan dengan perjodohan palsu, apalagi membawa-bawa Ibumu yang tak tahu apa-apa."

Chanyeol tersenyum simpul. "Bukan omong kosong Bibi, apakah Bibi sudah lupa dengan wasiat Ibuku sebelum pergi hari itu? Bahwa suatu hari nanti, calon istriku akan datang ke keluarga Park?"

Sik Hyung mengerutkan keningnya, mengingat-ingat lagi apa bagian dari kenangan masa lalu yang ia lupakan. Saat menemukan poin yang dikatakan Chanyeol, wajahnya berkerut tak senang.

Min Young menatap saudaranya, mendapati perubahan ekspresi di wajah itu ia bertanya, "Saudara, apa itu benar?"

Sik Hyung berkata, "Itu hanya wasiat masa lalu, sampai hari ini kita belum tahu siapa gerangan sosok atau keluarga mana yang dijodohkan untukmu itu. Aku kira perjodohan itu sudah batal seiring kepergian Ibumu yang tak pernah kembali lagi."

Gelengan tak setuju Chanyeol keluarkan. "Wasiat tetap wasiat, perjodohan telah terjadi, aku masih menantikan calonku itu datang suatu hari nanti."

"Jangan delusi Chanyeol, siapa tahu orang yang dulu menjadi jodohmu itu masih hidup? Ataupun jika iya, apakah perempuan itu akan menerima kondisimu yang menyedihkan seperti ini?" geram Min Young.

"Bibi tidak perlu khawatir, biarkan itu menjadi urusan nanti saat calon istri pilihan Ibuku datang."

Min Young memukul meja di tengah-tengah mereka.

"Lupakan perjodohan itu, kau harus terima bahwa kami telah melamar putri keluarga Gyuk untukmu. Jangan membuat kami malu."

Mengabaikan kemarahan bibinya, Chanyeol meraih gelas teh hijaunya. Dengan tenang menyeruput tanpa rasa keperdulian terukir di wajahnya.

----------o0o----------


04 Oktober 2022

CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang