Chapter 69 : Popularitas

422 90 8
                                    

Kecuali kedua asisten moderator yang bergegas membawa peramu yang terlempar agar mendapat perawatan, aktifitas lain terhenti untuk memahami kecelakaan yang terjadi. Dong Sil melihat sekeliling dengan perasaan rumit, apalagi jam pasir putihnya bahkan pecah terkena bongkahan tungku yang terlempar.

Seo Eun menghampiri sepupunya. "Hee Bin, kau baik-baik saja?"

Hee Bin menepuk-nepuk abu yang mengotori pakaian depannya. "Aku beruntung bisa cepat menghindar, tapi ...." Ia buru-buru mendekati meja ramuannya, menemukan botol elixirnya masih utuh ia menghela napas lega. "Dua kali untung, ramuanku tidak ikut rusak."

Sedangkan peramu yang bernasib sama dengan Hee Bin masih harus kecewa. Tiga botol ramuannya pecah tertimpa kuali.

Bunyi kepala sendok menyentuh kuali mengalihkan perhatian semua orang. Sumber suara adalah Baekhyun yang hati-hati mengambil elixir ketujuhnya yang terlanjur jadi.

"Tuan Baekhyun, apa sebenarnya yang kau lakukan?" tanya Dong Sil tak berdaya. Baekhyun masih bisa abai sementara kompetisi seberantakan ini.

Baekhyun mendongak. "Hehe ... sayang kalau tidak segera aku kemas, bisa-bisa khasiatnya tercemar," kata Baekhyun polos dibawah tatapan mata heran orang-orang.

Win Ah di kerumunan terdepan penonton keluar menyampaikan keberatan. "Baekhyun! Kau masih sempat-sempatnya memikirkan ramuanmu sedangkan peramu disebelahmu mengalami kemalangan. Sungguh ketidakpedulian yang tinggi."

Sebagai yang pertama berani berbicara, itu mengomandoi pandangan serupa disuarakan. "Itu benar sekali! Kita semua menyaksikan sesuatu yang tidak bisa dicegah seperti meledaknya tungku terjadi. Tapi yang lebih parahnya, Baekhyun membiarkan api spiritual menelan api spiritual peramu lain!"

"Masih bisa ditolerir api Baekhyun menelan ketiga api yang meledakkan tungku. Hanya saja api itu terlalu rakus, bahkan api Hye Il yang tenang bersembunyi di dalam tungku tetap ditelannya. Benar-benar memperkeruh kekacauan," sahut suara baru dari pojok ruangan.

Dong Sil melompat keluar dari posisinya. "Tenang saudara-saudaraku, ini semua kecelakaan!" serunya.

Win Ah membalas, "Mengenai tungku itu memang kecelakaan. Mengenai api spiritual yang diasuh Pamanku sedemikian baik namun dilahap begitu saja, itu bukan kecelakaan. Melainkan kesengajaan. Apalagi tersangka bersikap masa bodoh!"

Win Ah yang terbiasa bersikap lemah lembut, hanya perlu melantangkan suara tanpa memberi terlalu banyak amarah, cukup memberitahu orang-orang betapa ia tak terima.

"Api spiritual tidak memakai aturan dan tolak ukur manusia, bagi mereka selama mangsa ada di depan mata itu artinya makan," dari tempatnya berdiri Chanyeol berujar tak kalah lantang. "Bukankah kita semua tahu api spiritual semestinya memakan api spiritual lain yang lebih lemah? Mengapa mempermasalahkannya saat ini?"

Chanyeol menarik semua perhatian.

Win Ah berbalik, sebisanya menujukkan senyum bersahabat. "Yang kau katakan memang benar, tetapi tindakan Baekhyun tetap saja tak menunjukkan kepedulian terhadap kemalangan peserta lain."

"Berbicara seolah-olah kau pun perduli, padahal yang telah kau katakan hanya berpusat pada kerabatmu sendiri, apa artinya itu?" ucap Chanyeol.

"Anggapanmu terhadapku terlalu picik, Chanyeol."

Chanyeol melambaikan tangan malas. "Sudahlah, rugi menanggapimu yang berbelit-belit." Chanyeol mengalihkan muka menatap Dong Sil. "Hanya pastikan saja apa tindakan panitia selanjutnya. Kompetisi sudah kacau, seorang peserta terluka, tiga tungku meledak, dan empat api spiritual lenyap. Sulit untuk melanjutkan pertandingan."

Perkataan Chanyeol memang benar, terlebih kompensasi untuk kerusakan seperti ini ditanggung penyelenggara pertemuan. Dana keperluan kompetisi meramu digelontorkan cukup memenuhi kebutuhan lima hari acara berlangsung. Apabila terlalu banyak dipakai untuk keadaan lain seperti kecelakaan tak terduga, dikhawatirkan dana tak bakal mencukupi empat hari berikutnya.

CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang