Chapter 45 : Bantuan

428 88 2
                                    

Sehun menjelaskan ciri dan alasan ia berakhir diserang pendekar tahap master. Bukan hanya satu tapi dua orang sekaligus, pendekar wanita kembar yang rupanya bukan berasal dari kota Tanah Terbuka, bukan pula daerah-daerah kecil lain di sekitarnya.

Sehun meyakini, meskipun ia tidak begitu hapal semua karakter master di kota mereka, tetapi jenis bela diri yang dipakai kedua wanita itu jelas asalnya bukan dari Tanah Terbuka. Tebakannya pendekar-pendekar asing itu datang dari suatu daerah di seberang Gunung Berapi Kembar.

Chanyeol manggut-manggut, semua masuk akal setelah dijelaskan. Sehun anak kepala keluarga Oh dipukuli sampai semengenaskan itu, kalau bukan pelaku seorang pendatang mana mungkin keberanian gegabah itu berlaku.

"Aku bertanya-tanya, kenapa master bela diri bisa menyerang pendekar elit warrior sepertimu, lebih-lebih lagi kau masih bermarga Oh, ternyata itu alasannya," kata Chanyeol. "Wanita-wanita itu, apa yang mereka lihat darimu? Selain fakta kau masih berkulit susu remaja ingusan, tidak ada hal menarik lain yang bisa ditarik dari tubuhmu. Boleh bertaruh, milikmu di bawah sana juga belum tumbuh dengan baik," lanjut Chanyeol memberikan pandangan remeh.

Harga diri Sehun bak dipukul palu, hancur berkeping mendengar penilaian Chanyeol. Apa maksudnya berkulit susu? Apakah Chanyeol meremehkan kebesarannya? Sementara umur mereka hanya terpaut beberapa tahun, bukankah Chanyeol berbicara seolah umurnya jauh lebih dewasa.

Sehun bingung hendak memberi tanggapan, beruntung Baekhyun berucap mengalihkan fokus.

"Setahuku perkara sulit masuk dan keluar wilayah ini, apakah mereka begitu hebat?"

Chanyeol menggeleng tak setuju. "Sekalinya ada orang luar yang berniat besar datang kemari, mereka tidak terdiri dari satu atau dua orang, selalu berombongan. Paling sedikit enam kepala dan diantara mereka pasti ada ahli formasi transportasi."

"Aku sepemikiran dengan Saudara Chanyeol," sahut Sehun. "Harus ada transaksi besar-besaran menyertai kedatangan mereka, entah membawa alat sihir, jimat, elixir, atau benda penting lain yang berguna bagi pembudidaya."

Terlintas kemungkinan dalam otak Baekhyun, bertanya ia, "Katamu, mereka datang untuk berbisnis?"

"Kebiasan paling umum para pendatang semacam itu."

Baekhyun menemukan benang merah. "Dimana tempat terbaik melakukan transaksi di seluruh Kota Tanah Terbuka?"

Chanyeol menjawab, "Pelelangan rumah Oh, eh?" Ia terpana dengan jawabannya.

Baekhyun tersenyum simpul. "Benar sekali. Nah, Sehun?"

Sehun lebih lambat menangkap maksud Baekhyun, memberikan tatapan 'kenapa aku' membuat Chanyeol berdecak.

"Otak dengkul, sepasang kembar pendekar itu bisa jadi bertujuan mengunjungi keluargamu guna menukar barang bawaan mereka," kata Chanyeol.

Mata Sehun membola. "Benar juga," gumamnya.

Chanyeol sinis melirik.

"Tetapi ... apa keuntungannya mengetahui hal tersebut?"

Sehun belum benar-benar memahami maksud keduanya.

Chanyeol hampir melayangkan jitakan kesal, jika saja Baekhyun tak segera berucap.

"Kau tidak ingin membalaskan rasa sakit hati? Biar bagaimanapun kau sangat dirugikan, andaikan keberuntunganmu meleset boleh jadi kau berakhir meregang nyawa."

Mengabaikan tindakannya bisa dikategorikan sebagai hasutan balas dendam, Baekhyun sekurang-kurangnya beradaptasi dengan jalan hidup era barunya ini, menuntut balas bagian dari menegakkan keadilan. Di dunianya dulu yang namanya balas dendam toh bukan hal asing, tidak sedikit kalimat 'mata dibalas mata' masih digunakan, walau diartikan lebih halus menggunakan hukum yang sah, dan mencantumkan kekerasan sebagai jalan keluar paling akhir, paling tidak diharapkan terjadi.

CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang