Murid-murid yang memblokir jalan tiba-tiba ditemukan tergeletak kaku kala penglihatan yang sempat dibutakan ledakan cahaya membaik. Selain mata yang bergerak ketakutan mempertanyakan mengapa, tubuh mereka sekeras batu dan tak bisa digerakkan bahkan sekedar menggoyangkan ujung jari. Begitu pun Jung Hyun, jatuhnya telentang. Matanya berusaha mengarah menatap Baekhyun, jika bisa bicara ia akan meneriakkan trik licik apa yang dilakukan Baekhyun.
Yang berusaha meloloskan diri tunggang langgang berlari keluar. Peduli bodoh terhadap murid-murid bela diri ini.
Baekhyun melihat pistolnya sebentar. Turun lalu bertumpu pada sandaran kursi. Tenaganya terkuras banyak setelah memakai pistol pengunci cahaya. Lutut kedua kakinya tak stabil mempertahankan postur berdirinya.
Si kembar yang melihat seluruh kejadian maju menopang tubuh Baekhyun.
"Ipar Baekhyun tidak apa-apa?" tanya Yoo Rim.
Baekhyun menggeleng. "Ini jauh lebih baik dari terakhir kali. Chanyeol benar, sebaiknya kurangi penggunaan pistol sebelum menguasai sepenuhnya."
Saudari kembar itu tak seberapa mengerti maksud Baekhyun tapi mereka tetap mengangguk.
Tetap menahan Baekhyun mereka bersama-sama berjalan keluar. Akan tetapi, jalan yang terbuka tak lama kemudian terblokir lagi. Kali ini giliran senior-senior yang membantu penyerangan menggantikan tugas menghalangi. Yoong Song yang terlebih dahulu membantu anggota keluarganya keluar menyadari ia kembali tertahan. Seorang pria diantara pemblokir menghunuskan tombak mengancam Yoong Song agar menjauhi pintu keluar.
Wanita tua yang ikut ketinggalan menarik Yoong Song mundur.
Wanita tua bersanggul, bibir tipisnya lancar mencibir, "Nak, lain kali berlatih fisik dan bela diri. Respon tubuhmu terlalu buruk. Kau dua kali hampir terluka dengan cara yang memalukan."
Yoong Song mengangguk. "Terima kasih atas pengingatnya, Bibi."
Ketika Yoong Song melihat sekeliling, selain mereka yang berpihak pada Penatua Kedua. Tersisa ia dan wanita tua, istrinya yang bersama kakak dan iparnya, Baekhyun serta kedua anak kembar kakaknya, serta Jung Soo dan Chanyeol di atas panggung.
Sik Hyung yang bertahan duduk santai di kursinya sejak awal kericuhan pecah. Berdiri dan menatap Woo Song.
"Kenapa ingin melarikan diri? Sebagai pembudidaya pertarungan seperti ini sudah biasa," ujarnya. "Woo Song, katanya kau lebih baik dariku. Mari kita lihat apakah itu benar, diantara kita siapa yang paling berhak berada diposisi kepala keluarga. Aku kah yang seorang pendekar, atau kau yang hanya pembuat formasi."
Sik Hyung tidak membiarkan Woo Song berbicara. Maju dengan pedang terhunus siap menebas lawan. Woo Song melemparkan dua jimat mencegah langkah Sik Hyung. Hee Na pun membantu melemparkan jimat. Soo Hyun yang merasa tidak berguna apa-apa dan bisa saja menghalangi keduanya segera berpindah menghampiri suaminya.
Sik Hyung terang kesulitan maju dibawah halangan jimat peledak. Bergerak kanan kiri menghindari ledakan jimat, sesekali melemparkan bangku memicu ledakan terjadi di udara dan bukan di dekatnya.
Si kembar meradang, bermaksud maju membantu ayah ibunya. Tapi Baekhyun cepat-cepat menahan keduanya.
"Kalian hanya akan menghalangi ayah dan ibumu."
Jeong Hyun dan Jeong Bom tak kuasa melihat ayahnya kesulitan dihujani jimat. Keduanya maju dari arah yang berbeda menyerang Woo Song dan Hee Na. Tapi di tengah perjalanan, Jeong Hyun terhenti setelah hook menjerat kaki kirinya. Ia terjatuh, dagunya menghantam lantai. Belum sempat mengerang kesakitan badannya tertarik bak karung berisi barang bekas. Jeong Bom kehilangan fokus saat melihat kakaknya dilempar keluar jendela aula. Pelakunya Chanyeol yang sombong memutar-mutar hooknya di atas panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK]
FanfictionApi bertemu cahayanya, di dunia spiritual mereka saling menjaga. Malam ketika hujan, angin, petir, serta gunturnya bekerja sama menimbulkan badai yang menganggu. Pada saat ledakan cahaya menimpa tubuhnya, Baekhyun sadar tak lagi berada di dunia temp...