figuran tampan

8.2K 725 20
                                    

Esok paginya, Nafiya tengah bermalas-malasan di ruang keluarga. Cemilan sudah tersusun di atas meja dengan rapih. Hanya satu yang kurang TV, di rumah ini tak ada TV sama sekali itu yang membuat Nafiya bosan. Terlebih ponselnya sedang di sita oleh pihak keamanan kemarin.

Nafiya menghela napas, sembari membuka snack yang baru. "Bang nanti beli TV yah... Soalnya kayak aneh kalo rumah tanpa TV tuh. " ucap Nafiya

"Abang gak bisa janji, lagian gak ada gunanya TV di sini. "

Nafiya menegakkan tubuhnya. "Ada loh abang. "

"Apa? "

"Biar Nafiya gak bosen kalo kesini, soalnya abang juga suka sibuk sama laptopnya. " jelas Nafiya

Nafiya menyamankan duduknya dan setelah itu menyandarkan kepalanya di bahu Hafiz. Hafiz hanya pasrah saja.

Bau vanila, strawberry menyapa di indra penciuman Hafiz. "Lain kali kalo keluar kamar biasain pake hijab dek. "

Nafiya mengangkat bahunya acuh tanpa menjawab. Ia lebih memilih sibuk dengan makanannya.

Hafiz menutup laptopnya, mengelus lembut kepala adiknya. "Nanti kalo kamu punya suami dia bakal cemburu loh liat istrinya memperlihatkan haknya pada orang lain. "

"Tinggal ceraikan, gampang. "

"Hutss..... Jangan ngomong ke gitu Allah saja sangat membenci perceraian, terus nanti pas kamu ajukan perceraian di pengadilan agama dengan bilang dia cemburu kan yang ada hakim nya ketawa. " jelas Hafiz sembari terkekeh pelan.

"Gini deh, abang bilang ke gitu pasti mau ngusir Nafiya yah? " tuduh Nafiya sembari Memincingkan matanya.

"Bukan begitu dek, abang cuman ngasih tau kan takdir gak ada yang tau. siapa tau kamu nikah dengan orang yang sedikit pencemburu. Terlebih lagi rumah abang bukan rumah papah yang gak ada tamu laki-laki yang datang kerumah selain teman-teman kamu dek. Terkadang abang suka menerima tamu laki-laki kalo tiba-tiba mereka datang disaat adek abang tidak mengenakan hijab. Dan mereka melihat aurat kamu. demi Allah abang gak akan ridho aurat adek abang di lihat orang lain selain keluarga, suami dan anaknya. "

"Tapi kan bang, adek juga masih belajar jadi wajar dong. "

"Maka dari itu harus di biasakan. "

"Tapi-"

"Gak ada kata tapi dek. " potong Hafiz saat Nafiya akan berargumen lagi "udah yah abang mau siap-siap dulu. "

Nafiya mengerucut sebal. "Adeknya disini juga tetep gak di perhatikan. "

Hafiz terkekeh pelan sembari menepuk bibir Nafiya pelan. "Abang ada urusan dek di pondok, kamu masih mau ada disini atau mau ke pondok juga?" tanya Hafiz pada Nafiya

"Mau ke asrama juga deh udah janji mau ngasih cemilan juga, "

Hafiz mengangguk paham. "Kalo gitu abang mau kekamar dulu, " ucap Hafiz sembari merapihkan laptopnya.

Nafiya mengangguk dan kembali merebahkan dirinya di sofa, Hafiz yang melihat itu hanya menggeleng sembari tersenyum tipis ada-ada saja katanya ada janji tapi ia malah rebahan lagi.

Baru saja Hafiz ingin melangkahkan kakinya ke dalam kamar namun urun saat mendengar suara ketukan pintu.

Tok..... Tok......

Hafiz melihat Nafiya yang masih asik makan sembari rebahan tanpa memperdulikan suara ketukan pintu di luar. "Dek! " panggil Hafiz

Nafiya mendongakkan kepalanya melihat ke arah Hafiz. Menatap seperti bertanya kenapa?.

"Masuk kamar dulu sana, kayaknya ada tamu. "

Nafiya mengangguk lalu bangun dari rebahan nya. Dan pergi ke arah kamarnya.

peran pengganti (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang