Nafiya menghela napas lega setidaknya sebagian masalahnya sudah bisa ia atasi, tinggal masalahnya dengan agus curut saja yang susah untuk di atasi.
Nafiya berjalan ke arah ndalem bersama mamah dan papah, rasanya agak aneh setelah pergi secara diam-diam sekarang malah kembali bersama orang tua. Tapi ia pergi juga karna satu alasan bukan jadi ia sedikit tak masalah dengan itu.
Bu nyai dan pak kyai tersenyum hangat menyambut kedatangan Ibra dan Nayla datang, Nafiya menatap bu nyai dengan perasaan yang campur aduk, ia merasa bersalah karna sudah lari dari pondok. Jika saja masalah itu tak hadir mungkin Nafiya akan tetap. Disini tanpa harus lari.
"Assalamu'alaikum, bu nyai, pak kyai. " ucap Ibra
"Wa'alaikumsalam, loh udah kesini lagi memangnya nak Nafiya sudah sembuh? " tanya bu nyai
Nafiya meringis mendengar itu, sebenarnya sakitnya tak seberapa. Nafiya merasa sudah berbohong pada bu nyai. "Sudah umi. " ucap Nafiya pelan
Bu nyai hanya mengangguk kecil sembari tersenyum hangat. "Alhamdulilah kalo begitu nduk, "
Tak lama seorang gadis hadir membawa nampan kecil berisi air minum dan kue dalam toples. Nafiya mengerutkan keningnya ia baru melihat gadis di hadapan nya ini.
Bu nyai seperti tau apa yang Nafiya pikirkan. "Ini anak dari adiknya abi nduk, namanya salma ia di pindahkan ke pondok ini supaya belajar mandiri saja nduk. " jelas bu nyai
Nafiya menatap bu nyai sembari mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu mengangguk paham dengan penjelasan bu nyai. "Usia berapa kamu? " tanya Nafiya masih memperhatikan gadis di hadapannya itu.
"Saya baru tujuh belas tahun mba. "
Nafiya mengangguk. "Sama kayak Rara usianya, kelas berapa? "
"Kelas dua belas mba, silahkan di cicipi saya permisi dulu. "
"Eh mau kemana? Disini aja kan lagian kamu masih satu keluarga sama umi dan abi "
Salma menatap bu nyai dan pak kyai meminta izin. Bu nyai mengangguk menyetujui. Salma tersenyum hangat lalu duduk di samping Nafiya.
"Mba kelas berapa? " tanya Salma
"Sama kok kita usiaku juga baru delapan belas tahun kok jadi gak udah panggil mbak. "
Nafiya mengangguk samar. "Kelas apa? IPA atau IPS? "
"IPA1."
"Wah kita sama mba, " ucap Salma dengan mata berbinar
Nafiya menepuk jidatnya pelan. "Masih aja bilang mbak, kan udah di bilang panggil nama aja. "
"Maaf mba Salma kurang terbiasa, "
Nafiya menghela napas panjang. "Serah kamu aja lah. " ketus Nafiya sembari mengambil toples yang berisi lue kesukaannya.
Salma tersenyum hangat. "Terimakasih mbak, "
Nafiya hanya mengangguk sebagai jawaban karna mulutnya penuh dengan makanan.
Pak kyai tersenyum kecil saat pipi Nafiya menggembung bulat. "Nduk kalo makan pelan-pelan, " peringat pak kyai
Nafiya menatap ke arah pak kyai sembari tersenyum saja sebagai jawaban dan mengangguk cepat.
Rasanya saya ingin menjodohkan nak Nafiya dengan Arshya, tapi sayang Arshya sudah memiliki calon sendiri. Batin pak kyai
Kalo saja anakku tak berniat meminang siapapun mungkin ta jodohin sama nduk Nafiya. Batin bu nyai
Nafiya menatap ke sekitar, dengan heran. Heh ngapain gue jadi bahan tontonan coba cuman gara-gara makan nih kue, bodo ah yang penting perut gue kenyang. Batin Nafiya
![](https://img.wattpad.com/cover/324336374-288-k357628.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
peran pengganti (End)
Randomtransmigrasi karna sebuah kecelakaan seorang gadis harus ber transmigrasi ke dalam tubuh seorang gadis antagonis yang di penuhi masalah yang mengancam keharmonisan keluarga nya. Membuat nya bertekad untuk merubah semua alur cerita nya. Perlahan cer...