kisah dan batal Q&A

5.6K 559 10
                                    

Nafiya, Ella, kia, dan Rara sudah ada di masjid utama pondok krna akan di adakan kajian mingguan yang di gabung dengan ikhwan. Mereka berempat duduk di bagian paling depan lagi pula masjid utama pondok memiliki banyak ac di setiap sudut ruangan jadi tak ada drama rebutan duduk di dekat kipas.

"Sekarang emang jadwalnya ngapain? " tanya Nafiya ketika mereka selesai shalat, dzikir, tadarus dan lain sebagainya namun dari sekian banyaknya santriwati tak ada satu pun yang keluar dari masjid.

"Hari ini kita akan story time QandA sama ustadz Awan. " kata Ella

"Oh ustadz yang lo suka itu yah el? " tanya Nafiya menggoda

"Bisa diem gak fansnya banyak nih nanti gue kana ulti. "

"Lo kan gak takut sama apapun el. "

"Ssstt... Jangan berisik kalian berdua sadar gak di liatin sama keamanan nya tuh. " ucap kia berbisik, Rara hanya menganggukan kepalanya menyetujui ucapan Kia barusan.

Baru saja Nafiya dan Ella akan kembali protes hijab pembatas terbuka lebar. Disana sudah ada kursi single dan meja berukuran kecil mic, air minum dan makanan ringan tersedia di atas meja.

Mata Nafiya berbinar saat melihat makanan itu, dari bentuknya kemungkinan rasanya sangat enak. Sebenarnya Nafiya ingin berbisik kepada Ella tapi pak kyai sudah datang dan duduk di kursi single itu membuat niat Nafiya urun.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. " ucap pak kyai penuh semangat meski usianya sudah tak muda lagi.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. " ucap semua santri dengan penuh semangat. Nafiya memegang dadanya sendiri karna kaget.

Bayangin aja ratusan santriwati dan santriwan bergabung di satu masjid dan menjawab salam seperti anak kecil bilang amiin pas shalat berjamaah.

"Masyallah masih tetap semangat ternyata, memang tadi makan apa? "

"Ayam goreng. " ucap para santri serempak

Sedangkan Nafiya berteriak berbeda. "Nafiya belum makan abi. " ucap Nafiya dengan Nada yang tak jauh beda dengan santri lain.

Santriwati seketika langsung menengok ke arah Nafiya dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Dari samping Nafiya satu santriwati menatap tajam Nafiya. "Jaga bicara kamu dia pak kyai, jangan asal panggil. "

"Emang gue salah manggil abi? Kan yang penting gue gak manggil bro atau aki-aki. "

Santriwati itu geram dengan Nafiya ingin rasanya melakban mulutnya itu, ia baru saja mau membalas ucapan Nafiya namun urun saat pak kyai lebih dulu berbicara.

Pak kyai melirik ke arah Nafiya sejenak. "Kenapa tidak makan? " tanya pak kyai dengan lembut

"Nafiya gak nafsu. " jawab Nafiya

Pak kyai mengangkat piring yang ada di atas meja dan menyuruh santri putra untuk mengambilnya dan memberikan pada Nafiya. Nafiya justru kaget saat pak kyai langsung sigap memeberikan makanannya pada Nafiya.

"Kalo begitu makan itu sebelum acaranya di mulai kebetulan ustadz Awan masih ada di luar sedang ada urusan sebentar. " ucap pak kyai

Nafiya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya dengan senang hati menerima kue itu dan memakannya tanpa peduli santri yang lain membicarakan tentang Nafiya. Toh emang benar Nafiya belum makan karna yak nafsu. Nafiya juga menjulurkan lidahnya pada santriwati di sebelah nya dan tersenyum kemenangan.

Tangan Nafiya di senggol oleh Ella memberi kode pada Nafiya kalo keamanan sedang memantau keadaan masjid. Dengan perlahan Nafiya menengok ke belakang keamanan sudah menatap nya dengan tajam. Salah apa coba Nafiya kan dia makan karna dikasih bukan bawa sendiri, memang peraturan nya tidak boleh makan atau membawa minuman berwarna ke dalam masjid. Tapi ini murni bukan salah Nafiya.

peran pengganti (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang