wanita pertama?

4.1K 388 65
                                    

Kehidupan berumah tangga tak selamanya indah dan bahagia terkadang  kehidupan rumah tangga menyedihkan dan menyakitkan. Terlebih jika tak ada kepercayaan dan saling menghargai di dalamnya.

Dan mungkin Nafiya sudah cukup menerima kebahagiaan dalam keluarga nya sampai akhirnya ia menerima kenyataan pahit saat ini. Bahkan di hari empat bulanan kandungannya ia harus menahan sesaknya kenyataan yang menghampiri nya.

Awalnya semua baik-baik saja, acara selametan pun berjalan dengan lancar banyak yang datang memberi selamat dan mendoakan kebaikan untuk Nafiya dan sang calon bayi. Namun semuanya berubah ketika tiba-tiba seorang wanita cantik datang menghampiri gus Arshya dan keluarga.

Wanita itu langsung menghampiri gus Arshya dan berdekatan dengan gus Arshya meski terlihat jelas jika gus Arshya sedikit risih dan tak suka namun wanita itu terus mendekati gus Arshya.

"Mas." panggil Nafiya pada gus Arshya. Gus Arshya diam tak menyahut atau melihat ke arah Nafiya. Membuat perasaan Nafiya tak enak.

Nafiya bangun dari duduknya berjalan ke arah kamar tanpa mengucapkan apapun membuat semua orang merasa heran dengan tingkah Nafiya saat ini.

Tapi tidak dengan gus Arshya yang masih sibuk berbincang-bincang dengan kerabatnya. Itu membuat Nafiya semakin merasa sedih.

"Sal dia siapa? " lirih Nafiya pada Salma

Salma terdiam sejenak. "Dia cuman temennya gus Arshya pas kuliah di al azhar fi. " jelasnya sembari mengusap-usap lembut punggung Nafiya.

Entahlah semenjak hamil Nafiya selalu merasa minder bahkan merasa gus Arshya sudah tak mencintai nya lagi, Nafiya terus berpikir ia sudah tak semenarik dulu.

"Sal. apa gus Arshya udah gak sayang sama gue yah? "

"Hussstt... Gak boleh ngomong gitu, gus Arshya tuh sayang banget sama kamu tau. "

"Tapi di bandingkan gue dia jauh tipe gus Arshya kemana-mana. Anggun, lembut, baik, murah senyum. "

"Tapi yang gus Arshya pilih untuk jadi istri dan ibu bagi anak-anaknya kan kamu fi. Udah yah jangan mikir yang macem-macem kasian sama dede bayinya. "

"Aku cuman takut sal. "

"Gak usah takut gus Arshya sekali pilih kamu ya tetep kamu. "

Nafiya perlahan mulai tersenyum meski wajahnya masih mencerminkan kecemasan, namun ia berusaha untuk berpikiran positif.

******

Nafiya kira semuanya akan berakhir setelah acara selametan itu selesai, tapi nyatanya tidak wanita itu terus mengikuti gus Arshya bahkan ia mendaftar menjadi ustadzah di pondok pesantren tempat gus Arshya mengajar.

Bahkan ia sering kerumah dengan alasan macam-macam yang tidak masuk akal menurut Nafiya. Nafiya benar-benar muak dengan semua ini, ia bahkan sering beradu argumen dengan gus Arshya hanya karna masalah kecil.

Geng Alaska yang sudah jarang ke rumah karna banyaknya tugas kuliah dan Nafiya yang selalu pulang lambat hanya karna tak ingin melihat gus Arshya berduaan dengan wanita itu.

Contoh nya saat ini Nafiya masih duduk di caffe sendirian, sembari menatap ke arah luar jendela. Ia baru saja menyelesaikan kerja kelompok yang akan di kumpulkan besok, teman-temannya sudah berpamitan untuk pulang tinggal dirinya yang masih tetap di tempatnya tak bergerak sedikit pun.

Awan gelap mulai menyelimuti langit suara germicik air mulai terdengar. Namun Nafiya masih dalam lamunannya sesekali ia mengusap perutnya.

peran pengganti (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang