Epilog

5.8K 333 24
                                    

"Umma lihat Abba umma! " teriak Arsyad menggelegar. Nafiya menghela napas panjang anak bungsunya itu tak pernah akur dengan abbanya di banding dengan yang lain.

"Umma tadi Abba ngancem cad. " adu Arsyad menunjuk-nunjuk Gus Arshya di belakang nya.

"Ngancem apa? " tanya Nafiya yang masih sibuk membuat kue

"Katanya gak boleh deket umma. Umma milik Abba, tapi umma kan punya nya acad kan. " ucap Arsyad sambil memeluk Nafiya.

Nafiya menghentikan acara memasaknya membalas pelukan Arsyad. "Iya sayang umma milik Arsyad. " jawab Nafiya

"Harusnya dulu saya masukkan kamu lagi Arsyad. " ucap Gus Arshya mendekati Nafiya menariknya agar masuk kepelukan Gus Arshya

"Dia istri Abba, jadi Abba yang berhak atas umma. " ucap Gus Arshya tak mau kalah

"Kalian ini ga pernah akur, coba mending ngaca deh biar kalian tuh sadar wajah kalian itu sama umma istri Abba dan umma ibu Arsyad yang melahirkan Arsyad jadi umma milik kalian semua gak usah pake ribut. " jelas Nafiya melepaskan pelukan dari Gus Arshya dan Arsyad.

"Arkan sayang. Bantuin umma open kue nya nak. "

"Baik umma. " jawab Arkan cepat

"Arshan tolong umma kasih kue yang di atas meja itu ke rumah kakek dan nenek di ndalem dan panggil kakak mu Meera untuk pulang makan siang dulu. " jelas Nafiya setelah jadi seorang ibu Nafiya benar-benar sibuk mengurus semuanya.

Tapi hanya anak bungsu dan Abba nya yang terkadang tak pernah aku, heran juga kenapa dengan Arsyad Gus Arshya tak pernah mau mengalah.

"Arsyad bantu siapin  meja makan yah di bantu Abba. "

"Arsyad bisa sendiri umma. "

"Hati-hati yah sayang, dan kamu mas lebih baik kamu bantu siapin panggangan terus bakar ayam yang udah aku siapin  di kulkas. " ucap Nafiya yang langsung di angguki Gus Arshya

Nafiya menghela napas dalam, melihat anak-anak dan suaminya tengah melakukan aktivitas yang ia perintahkan.

Waktu berlalu begitu cepat semua masalah terlewati dengan mudah tanpa kata menyerah dalam diri Nafiya. Sekarang Nafiya sadar ber transmigrasi tak seburuk apa yang ia pikirkan tapi tak semudah yang dia harapkan.

Nafiya bersyukur setidaknya di kehidupan ini Nafiya memiliki warna dalam hidupnya bahkan sekarang Nafiya merasa bahagia memiliki keluarga kecil yang saling melindungi satu sama lain.

*******

"Umma kok bisa sih mau sama Abba. " celetuk Arsyad  dengan beraninya meski di hadapannya ada Gus Arshya sekalipun.

"Loh kenapa emangnya? " tanya Nafiya balik

"Ya masa umma mau sama orang yang terus-terusan ngehukum umma sih. kalo Arsyad jadi umma sih ya mending milih Gus Bara aja jadi suami umma. " jelas Arsyad  dan langsung mendapat lemparan buku tepat mengenai jidat kesayangannya.

"Tuh kan umma lihat sendiri Abba gimana. " bukannya takut Arsyad malah semakin jadi dan memeluk ummanya meminta perlindungan

Nafiya mengusap lembut kening anaknya dan memeluk Arsyad. "Iya yah kenapa juga umma mau sama Abba kalian. " ucap Nafiya

"Sayang! " rengek Gus Arshya menatap sendu Nafiya

"Abbanya siapa sih ini tolong dong di angkut mukanya enggak banget deh. " ucap Arsyad

"Enggak sadar diri muka kamu yang paling mirip Abba tau. " ucap Meera kesal acara melihat album keluarga menjadi berantakan

"Umma bisa gak sih aku renov aja mukannya pengen mirip Gus Bara aja umma. " ucap Arsyad memanas-manasi Abbanya

peran pengganti (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang