omega??

4.8K 413 84
                                    












Happy Reading














Sudah beberapa hari ini Gus Arshya tak nafsu makan bahkan setiap pagi Gus Arshya selalu memuntahkan cairan bening. Nafiya sendiri bahkan heran dengan suaminya itu.

"Mas kerumah sakit yuk, takutnya bentar lagi tiada kan bisa langsung ngurus surat wasiat. " ucap Nafiya sembari membopong tubuh gus Arshya ke arah kasur.

"Astagfirullah de. Gak boleh ngomong begitu sayang gak baik. "

"Oh apa jangan-jangan mas tuh omega. "

Gus Arshya semakin pusing dengan ucapan random Nafiya. "Omega apalagi toh de. "

"Omega tuh laki-laki pihak bawah yang punya rahim mas, tapi masalahnya itu kan cuman di novel yang Nafiya baca aja. Kok bisa sih mas jadi omega. "

"Astaghfirullah de, harusnya mas bakar semua buku novel kamu waktu itu. Pikiran kamu makin kisini makin kesana. "

"Bercanda mas jangan di bakar dong sayang uang mas. Mending sekarang mas istirahat aku mau kerumah umi dulu sebentar mau nitipin Meera disana. "

"Kenapa harus dititipin? "

"Nafiya kan harus jagain mas yang lagi sakit. kalo Meera disini takut gak ke urus mending di rumah umi Meera aman disana, jadi aku bisa leluasa ngurus mas. gak takut juga Meera bakal ketularan virus dari mas. "

"Padahal mas pengen main sama Meera. "

"Udah gak usah macem-macem. Mending sekarang mas istirahat, nanti aku beliin makanan dari luar mas mau nitip apa? "

"Mas lagi kepengen sayur sop buatan umi, sama telor gulung yang di persimpangan Jalan deket pesantren. "

Nafiya menatap tak percaya dengan permintaan gus Arshya. Bukannya sulit atau apa tapi permintaannya seperti seorang yang sedang ngidam muda. Nafiya mengerjapkan matanya beberapa kali dan menganggukkan kepalanya samar.

Nafiya mengambil kunci mobil dan dompet di atas nakas, menyalin tangan gus Arshya "Nafiya pamit yah mas, assalamu'alaikum. "

"Wa'alaikumsalam."

*****

Nafiya berjalan beriringan dengan Meera ke arah ndalem. Nafiya sengaja memikirkan mobilnya di luar pondok ia ingin mengajak Meera berjalan santai dan melihat-lihat pondok. Meera terus berceloteh ringan.

"Abba atit, nda isa ain ama meela. Meela ain ama eyang akung. "

"Iya sayang Meera mainnya sama eyang kakung dulu, tapi janji yah jadi anak yang patuh dan nurut sama eyang kakung. "

"Anji umma, meela adi anak aik. "

"Pinter anak umma. "

"Umma, meela au yoyah di inhi yah kaya umma. " ucap Meera sembari menunjuk ke arah pesantren nurul hikmah.

Nafiya melihat ke arah yang Meera tunjuk. "Iya sayang nanti kamu sekolah disini kayak umma. "

Tak selang beberapa menit Nafiya dan Meera sudah sampai di rumah pak kyai. Meera dengan senangnya ia langsung berlari ke arah pak kyai yang kebetulan sedang duduk di teras rumah.

"Eyang.... Assyamuayaithum eyang akung. " ucap Meera sembari menyalurkan tangan pak kyai.

"Assalamu'alaikum abi. " ucap Nafiya menyalim tangan pak kyai

peran pengganti (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang