tanda-tanda

5.3K 420 52
                                    






Happy Reading











Nafiya menatap tak percaya dengan rumah di depannya saat ini. Rumah sederhana tapi masih kekinian ukurannya minimalis namun sangat nyaman tempat nya juga strategis.

Iya Nafiya dan Gus Arshya sudah kembali ke Jogja karna masa liburan nya sudah selesai. Dan yang mungkin tak masuk akal itu ketika Geng Alaska juga ikut pindah ke jogja dengan alasan tidak bisa jauh-jauh dari Meera. Mereka ingin menjaga little queen mereka dan selalu di sisi Meera melihat perkembangannya dari waktu ke waktu.

Mereka juga berniat kuliah di tempat dimana Nafiya akan kuliah untuk melindungi Nafiya. Gus Arshya? Dia bahkan jadi satu komplotan dengan geng Alaska benar-benar membuat Nafiya tak habis pikir bisa-bisanya mantan pacar dan suami akur ingin melindungi Nafiya.

Jika geng Alaska menjadi mahasiswa di sana beda cerita dengan Gus Arshya yang jadi dosen di tempat Nafiya kuliah. Padahal Gus Arshya juga punya perusahaan dan pesantren yang harus dia urus, tapi ia malah lari menjadi dosen dengan alasan tak bisa jauh dari sang istri.

Ketiga sahabat Nafiya memilih jalannya masing-masing. Ella dia Memutuskan menjadi penulis dan kuliah di Korea Selatan, Kia dia kuliah di jakarta karna neneknya yang sedang sakit jadi ia memutuskan untuk melanjutkan disana, Rara dia belajar di Australia karna mamah dan papahnya di tugaskan disana. Rara tak bisa jauh-jauh dari keluarga nya lagi cukup saat pesantren saja, dia anak tunggal yang benar-benar berharga bagi keluarga nya.

"Ayo sayang masuk. " ucap Gus Arshya sembari membukakan pintu untuk Nafiya.

Nafiya mengangguk pelan dan melangkah masuk sembari menggandeng tangan mungil Meera, dia sudah lancar berjalan akhir-akhir ini juga tak mau lagi di gendong.

"Kamar kita sebelah kanan, sebelahnya kamar Meera. Mas mau ambil barang-barang dulu di garasi. "

"Iya mas, butuh bantuan? "

Gus Arshya menggeleng samar. "Gak perlu sayang, kamu jaga anak kita aja yah. " ucap Gus Arshya lembut sembari mengusap lembut kepala Nafiya.

Pipi Nafiya seketika memerah di perlakuan seperti ini, sederhana tetapi membuat jantung tak aman. Nafiya mengalihkan pandangannya, Gus Arshya hanya terkekeh kecil melihat tingkah istrinya itu.

"Udah sana ngapain masih disini. " ketus Nafiya, oh ayolah dia masih sangat malu dengan Gus Arshya pipinya juga tak bisa di kontrol kenapa bisa semerah ini hanya karna hal kecil padahal dulu biasa saja.

"Iya sayang. " ucap Gus Arshya sembari mengecup pipi Nafiya setelahnya langsung lari ke luar menghindari amukan Nafiya.

"Yaaakk!... " teriak Nafiya melempar bantal sofa ke arah Gus Arshya yang sudah lebih dulu lari.

Meera sempat terkejut menatap Nafiya dengan bibir yang di tekuk ke bawah. "Ma.. Ma.. Aget Meela aget. " ucap Meera sembari mengusap-usap dadanya.

"Eh maaf sayang, umma gak maksud buat kagetin kamu. Maaf yah. " ucap Nafiya memangku Meera

"Umma... No malah-malah ummah.... No... No...ummah." ucap Meera sembari telunjuk tangan yang di goyangkan ke kanan dan ke kiri.

"Iya sayang ummah gak marah. " ucap Nafiya lembut

Meera tersenyum gemas memeluk leher Nafiya dan menciumi pipi Nafiya, Nafiya yang di perlakukan seperti itu hanya tertawa gemas dan mencium pipi anaknya dengan gemas.

Meera turun dari pangkuan Nafiya dan berjalan menghampiri Gus Arshya yang baru saja menaruh barang bawaan nya. "Ba... Abb... Ba... Abba.... " panggil Meera dengan tangan yang di rentangkan meminta di gendong.

peran pengganti (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang