memory

5.3K 501 9
                                    

Nafiya menatap sekitar rerumputan yang luas namun hanya ada ia seorang "Gue dimana? "

"Fifi! "

"Gue dimana? Dan kenapa ada lo? "

"Justru harusnya nana yang tanya kenapa fifi disini? Ayo balik sana kasian mamah nangis terus. "

Nafiya mengerutkan keningnya. "Bukannya ini kesempatan lo buat balik lagi kesana? "

"No nana udah bahagia disini om sekarang fifi balik sana. " ucap nana sembari mendorong tubuh Nafiya

"Gue-"

"Ayo cepetan, nanti kita ketemu lagi fi. " ucap nana sembari mendorong tubuh Nafiya ke arah cahaya putih di depannya. "Dan ingat untuk terus berjalan dan jangan percaya dengan apapun disini, ayo cepatlah kembali Nafiya kamu Nafiya bukan lagi Alezira ingat itu. "


















Nafiya terus berjalan di ruangan putih itu dengan bingung ruangan ini hanya berwarna putih tanpa ada apapun, namun langkah nya terhenti. Perlahan ruangan itu mulai memperlihatkan memori-memori masa lalunya.

Nafiya menatap wajah ayahnya yang tengah tertawa bersama dengannya di waktu kecil, ayahnya memandang Alezira penuh dengan kasih sayang.

"Ayah sayang sama kamu nak. " ucapnya sembari mencium pipi anaknya.

Alezira kecil tertawa saat pipinya tercium dan berlari ke arahnya, menatap wajahnya lalu berlari lagi ke melewatinya dan perlahan dirinya kecil menghilang.

"Alezira." panggil ayah sembari berjalan perlahan ke arahnya

Ia bingung saat ini ia merasa senang dan takut secara bersamaan. Ia ragu saat ini dirinya siapa? Nafiya atau Alezira? Ia perlahan berjalan mundur saat ayahnya mencoba mendekati nya.

"Nak ini ayah, " ucapnya dengan nada lembut. Nafiya menggeleng cepat tubuhnya bergetar matanya memanas. Ia ingin memeluk tubuh ayahnya yang selama ini ia rindukan tapi kenapa saat ini ia merasa takut saat ayahnya ada di hadapannya.

Ayahnya mencoba untuk mendekati nya lagi. "Jangan takut nak ini ayah, ayah yang selalu kamu sayangi nak. "

Ia menatap ayahnya dengan lamat air matanya sudah tak terbendung lagi, ia terisak berlari ke arah ayahnya dan memeluk tubuh yang selama ini ia rindukan. Ia dia Alezira bukan Nafiya, Nafiya hanya identitasnya yang baru. Ia tak akan lupa dengan identitas dirinya sebagai Alezira.

"Ayah." pangil Alezira dengan lirih

"Ayah disini nak, jangan takut ayah akan terus jaga putri ayah. " ucapnya dengan lembut

"Ayah zira rindu ayah, "

"Ayah juga rindu dengan princess nya ayah. " ucap ayahnya dengan lembut "nak tinggallah bersama ayah disini jangan tinggalin ayah sendiri ayah mohon nak. "

Zira menangis saat mendengar ayahnya memohon padanya. Tapi ingatan nana yang menyuruhnya untuk menghiraukan apapun dan dirinya yang lagi bukan Alezira tetapi Nafiya.

peran pengganti (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang