"Gus Bara! " panggil Nafiya dengan lantang di koridor sekolah membuat semua murid menatap ke arahnya, Nafiya hanya tersenyum kaku dan langsung menghampiri gus Bara yang tengah mengerutkan keningnya.
"Gus Bara sekarang ngajar di kelasnya Nafiya kan? " tanya Nafiya sembari mengatur nafasnya
Gus Bara hanya mengangguk sembari melihat ke arah Nafiya yang sedang membungkukkan badannya. lututnya di jadikan tumpuan, tengah mengatur nafasnya.
"Buat calon suaminya Nafiya yang paling soleh, Nafiya mau ngasih tau kalo Nafiya udah bisa bahasa Arab. mau denger gak?"
"Silahkan."
Nafiya mengatur nafasnya terlebih dahulu "tsalju hadiyyatusy syitaa'i, wasy-syamsu hadiyyatush shayf, waz-zuhuuru, hadiyyatur-rabii’i,wa anta hadiyyatul 'umri."
(Matahari adalah kado musim panas. Bunga adalah kado musim semi. Dan kamu adalah kado terindah hidupku.)
Gus Bara langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, bibirnya berkedut ingin tersenyum lebar namun tertahan. Gus Bara memejamkan wajahnya dan mengatur mimik wajahnya untuk tetap tenang.
"Nafiya, jangan pernah berharap pada makhluk hidup,tapi berharap lah pada Allah, saya mohon jangan seperti ini. " jawab gus Bara
Senyuman manis Nafiya seketika luntur, ia menatap nanar waja gus Bara. "Maksudnya? Gus Bara gak suka Nafiya? "
"Bukan seperti itu maksudnya, saya hanya ingin menjaga hati, dan tidak berharap pada seseorang. Sebaiknya kamu lebih pokus pada pelajaran. "
"Gus Bara udah ada seseorang di hati gus? "
"Tidak, saya hanya akan mencintai gadis yang sudah menjadi istri saya. "
Nafiya tersenyum dengan bibir yang bergetar kecil ke arah Gus Bara "jadi selama ini Gus Bara ngehindar itu gara-gara ini? Gus kenapa gak langsung bilang? "
Gus Bara bingung mau menjelaskan nya bagaimana. "Saya-"
"Oke kalo gitu Nafiya bakal jaga hati sampai kita selesai akad, setelahnya nanti Nafiya bakal deketin Gus Bara lagi. " potong Nafiya
Gus Bara menghembuskan napasnya dalam, melihat ke arah Nafiya sembari tersenyum. "Lebih baik sekarang kamu fukos sama pelajaran, jika tentang jodoh biar jadi urusan Allah saja. "
Nafiya mengangguk cepat. "Iya Gus, tapi inget yah masa depannya Gus Bara itu Nafiya paling cantik ini. " Nafiya mengingati. "Assalamu'alaikum gus. "
"Wa'alaikumsalam."
Sepertinya saya salah bicara dan mungkin sedikit melukai perasaan nya, ya Allah maafkan hamba. Batin gus Bara sembari melihat arah Nafiya yang menghilang di pandangan gus Bara.
********
Kia menatap Nafiya heran, biasanya Nafiya akan bercerita tentang hal random. Sekarang dia hanya diam menatap ke arah luar jendela tanpa suara hanya helaan nafasnya yang terdengar.
Kia merapatkan duduknya ke sisi Nafiya sembari mengetuk meja di hadapannya, "kenapa?" tanya Nafiya berbisik karna sekarang gus Arshya tengah menjelaskan di depan
Nafiya menggeleng samar dengan bibir yang tertekuk kebawah."gue ngerasa ada yang kurang kalo bang Hafiz gak ada disini, gue belum ngejailin dia hari ini, " Nafiya menghela napas pelan "Sugar daddy gue kapan balik ya? Gue kan belum minta duit ke dia udah beberapa hari ini. " ucap Nafiya pelan
Kia berdecak pelan, kia tau yang di maksud sugar daddy adalah abangnya sendiri. Kia sudah hatam dengan panggilan random Nafiya untuk orang-orang "lo kan di kasih bokap kenapa harus sedih, jangan sok miskin lo. " tekan Kia dengan suara pelan
"Masalahnya prinsip gue tuh ngabisin uang bokap, and morotin uang abang. " jelas Nafiya
"Serah lo aja Fi, gue pusing. " ucap kia sembari memegangi kepalanya
Nafiya langsung mengangkat tangannya dan berdiri dari duduknya, membuat semuanya menatap ke arah Nafiya. Begitu pun kia yang terkejut tiba-tiba Nafiya bangun sembari mengangkat tangannya.
"Ngapain lo? " tanya kia pelan
Nafiya memberi kode kia untuk diam, gus Arshya ya g tengah menjelaskan pun terhenti melihat ke arah Nafiya bingung. "Ada apa? Kamu mau menjelaskan pelajaran saya di depan? "
Nafiya menggeleng cepat. "Enggak gus, saya cuma mau minta izin buat nganterin kia ke UKS soalnya dia pusing. "
Kia melotot tak percaya, namanya dibawa-bawa oleh Nafiya.
"Benar begitu kia? " tanya gus Arshya pada kia
Kia langsung menoleh ke arah gus Arshya, "iya gus. " dengan gugup kia menjawab pertanyaan gus Arshya
Gus Arshya menganggukkan kepalanya. "Baik kalo begitu silahkan. "
Nafiya tersenyum lebar. "Makasih gus, yuk kia aku bawa ke UKS. " ucap Nafiya sembari memegangi lengan Kia
Kia hanya mengangguk samar dan ikut berdiri di samping Nafiya. Setelahnya keluar dari kelas dibopong oleh Nafiya.
Di luar kelas kia langsung menatap sengit Nafiya. "Kalo mau bolos gak usah bawa-bawa nama gue Fi. "
Nafiya hanya tersenyum. "Kan lo sendiri yang bilang pusing. " balas Nafiya
Kia mengeram marah tapi ia pasrah saja di bawa Nafiya ke UKS. "Serah lo fi. " jawab kia pasrah
********
Nafiya menyenggol lengan Ella yang tengah memakan nasi goreng nya, Ella melirik Nafiya kesal. "Apa? "
Nafiya menunjuk seseorang dengan dagunya, Ella mengerutkan keningnya dan langsung melihat ke arah tunjuk Nafiya.
"Aisyah? "
Nafiya mengangguk pelan sembari mengatupkan bibir nya kebawah, matanya terus melihat ke arah Aisyah.
"Kenapa sama dia? "
Nafiya berdecak kesal. Menatap Ella sembari menoyor kepala Ella. "Lo gak liat itu si muka ular, lagi deketin ustadz Awan. "
Ella melotot kaget, dan langsung menatap ke arah Aisyah kembali, "si babi emang, harus di beri pelajaran. "
Nafiya tersenyum tipis melihat sahabatnya yang menggebu-gebu marah pada Aisyah. "Lo suka sama ustadz Awan? " tanya Nafiya
Ella langsung melihat ke arah Nafiya. "Iya." jawab Ella
"Kok lo jujur sih Ella. " ujar Rara
"Harus, gue bukan kayak lo cuman suka diem-diem, kelamaan keburu di ambil orang. Ya gak Fi? "
"Hah? Oh iya gue aja suka sama gus Bara langsung pepet terus sebelum official. "
"Nih baru temen gue. " ujar Ella sembari merangkul Nafiya
"Jadi lo mau ngapain ke Aisyah? "
"Gue punya rencana, "
Ketiganya melihat ke arah kia secara bersamaan. "Apa? " tanya mereka kompak
"Nanti gue jelasin sekarang lo pada makan dulu, "
Semuanya mengangguk cepat dan langsung kembali pada makanan mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
peran pengganti (End)
Randomtransmigrasi karna sebuah kecelakaan seorang gadis harus ber transmigrasi ke dalam tubuh seorang gadis antagonis yang di penuhi masalah yang mengancam keharmonisan keluarga nya. Membuat nya bertekad untuk merubah semua alur cerita nya. Perlahan cer...