Gus Arshya terus meneteskan air matanya sembari bergumam memanggil nama Nafiya dengan nada lirih terus menerus, keringat sudah bercucuran di dahinya. Gus Arshya bergerak gelisah dalam tidur nya, Sampai Nafiya sendiri heran dengan suaminya itu.
Nafiya menggoyang-goyangkan tubuh gus Arshya menepuk-nepuk pelan pipi Gus Arshya agar bangun dari tidurnya.
"Mas... Mas bangun, " Gus Arshya membuka matanya secara perlahan, menatap Nafiya dengan tatapan sendu di hadapannya.
Tanpa di duga Gus Arshya langsung bangun terduduk dan memeluk Nafiya dengan erat. Gus Arshya menangis didalam pelukan Nafiya, Nafiya heran dengan tingkah Gus Arshya yang baru bangun tidur tiba-tiba saja menangis di pelukan nya.
Nafiya mengusap lembut punggung Gus Arshya mencoba menenangkan Gus Arshya agar tak menangis lagi.
"Mas kenapa? Mimpi buruk yah? " Gus Arshya mengangguk samar di dalam pelukan Nafiya.
"Udah yah jangan nangis kan cuman mimpi aja. " ucap Nafiya lembut sembari mengusap air mata Gus Arshya dengan lembut, dan mencoum kening Gus Arshya.
"T-tapi mas takut...... Mas takut kamu pergi. " ucap Gus Arshya lirih dan bukannya berhenti menangis Gus Arshya malah semakin menjadi membuat Nafiya kelabakan.
"Enggak loh, aku masih disini mas. Disisinya mas. " ucap Nafiya meyakinkan Gus Arshya
"Udah yah jangan nangis lagi mas, malu ih di denger sama anaknya. Ternyata Abba cengeng. " gus Arshya melihat perut Nafiya yang buncit sebentar lalu kembali memeluk Nafiya dan menangis sesegukan.
Oke seperti nya gue salah ngomong, lagian ngapain nangis sih bangun tidur Herman gue. Gerutu Nafiya dalam hati
"Mas udah ih jangan nangis aku beneran tinggal nih. " ancam Nafiya seketika Gus Arshya langsung terdiam meski sesegukan dengan tubuh yang sedikit gemetar.
"Nah gini ke dari tadi, udah jangan nangis mulu. udah mau jadi Abba juga masih aja cengeng. " gerutu Nafiya melepaskan pelukan Gus Arshya.
"Jangan tinggalin mas. " cicit Gus Arshya dengan lirih,
Nafiya tak mendengar Gus Arshya bicara, ia malah pokus menyiapkan baju untuk dirinya sendiri. Gus Arshya terus menatap Nafiya yang tengah sibuk sendiri.
Pandangan Gus Arshya kembali buram saat Nafiya menghiraukan nya, bibirnya mengerucut kebawah sedikit gemetar, air matanya sudah tak bisa di bendung lagi. Gus Arshya bangun dari duduknya menghampiri Nafiya dan memeluk kaki Nafiya sembari menangis histeris.
Nafiya terkejut saat tiba-tiba kakinya di peluk oleh Gus Arshya dengan tangisan Gus Arshya yang memenuhi ruangan. "Kenapa lagi mas? Astagfirullah. "
Gus Arshya memeluk Nafiya menyembunyikan wajahnya di perut buncit Nafiya. Nafiya menghela napas panjang hari ini suaminya benar-benar aneh, tidur nangis sembari memanggil namanya, bangun tidur nangis seperti anak kecil yang tak mau di tinggal ibunya.
Nafiya mengusap lembut rambut Gus Arshya yang sudah lumayan panjang. Menengkup pipi Gus Arshya dan mencubitnya. "Udah Gus jangan nangis lagi, Nafiya mau kebawah dulu kasian mbak icha nemenin Meera sendirian. "
"Icha? " gumam Gus Arshya lirih.
"Iya mbak icha temen Gus Arshya yang waktu empat bulanan dateng itu, masa lupa. " jelas Nafiya bingung, Gus Arshya yang mendengar itu langsung bangkit dari berlari ke arah luar kamar.
Nafiya mengerjapkan matanya heran, tadi nangis sekarang ngibrit. "Herman gue sama tingkah suami sendiri. " gumamnya pelan dan lanjutkan aktivitas nya.
******

KAMU SEDANG MEMBACA
peran pengganti (End)
Diversostransmigrasi karna sebuah kecelakaan seorang gadis harus ber transmigrasi ke dalam tubuh seorang gadis antagonis yang di penuhi masalah yang mengancam keharmonisan keluarga nya. Membuat nya bertekad untuk merubah semua alur cerita nya. Perlahan cer...