bertemu

6.6K 570 2
                                    

Sudah hampir empat bulan Alezira berada di dunia novel, menjalani hari-harinya menjadi Nafiya. Seorang gadis yang dibenci oleh kakak keduanya tanpa tau sebab kenapa.

Dan terlebih lagi sekarang ia terjebak di pondok pesantren. Ini benar-benar diluar logikanya, tapi mau bagaimana lagi ini semua sudah terjadi. Tidak bisa menyalahkan atau disalahkan semuanya terjadi begitu saja. Tak ada lagi Alezira yang cuek dan anti sosial, saat ini hanya ada Nafiya si biang rusuh dengan kelakuannya yang random.

Nafiya menghela napas panjang membaringkan tubuhnya di kasur miliknya, menatap langit-langit kamar asramanya dan perlahan ia mulai memasuki dunia mimpi nya.

Nafiya menatap sekeliling nya, bukankah ia baru tertidur kenapa sekarang ia sudah ada di sebuah taman. Nafiya mengerutkan keningnya saat melihat seorang gadis yang tengah tersenyum menatap nya.

Nafiya mengerjapkan matanya beberapa kali saat gadis itu berada di depannya. "Hay Alezira. " sapanya dengan lembut

Nafiya tertegun sebentar, "Nafiya? "

Gadis itu mengangguk pelan sembari tersenyum manis. "Iya ini aku Nafiya, gimana sama keadaan kamu? Jadi sekarang aku harus memanggilmu apa? Nafiya atau Alezira?. "

"Gue udah nyaman sama sebutan Nafiya. " jujur Alezira

Nafiya mengangguk paham. "Kalo begitu panggil aku nana, aku hanya mau mengingatkan mu untuk hati-hati dengan Aisyah. "

Nafiya menatap nana dengan heran "maksudnya? "

"Kamu akan tau semuanya nanti. tapi untuk sekarang ku mohon berhati-hati dan buat Adzriel menyesal sudah menuduh ku Nafiya. "

"Menuduh? "

"Dia selalu menyalahkan ku atas semuanya Nafiya, dia sudah termakan wajah lugunya. Dan Galen dia benar-benar butuh kamu saat ini, dia tak ada siapapun selain mu Nafiya. "

"Tapi gue masih bingung maksudnya apa."

Tubuh nana bergetar hebat ia menangis histeris membuat Nafiya kelabakan. "Eh jangan nangis, gue butuh penjelasan bukan tangisan lo. "

"Nafiya, maaf sudah memasukkan mu kedalam masalahku ini. Tapi ku mohon jangan pernah kau terbuai oleh siapapun. Orang terdekat pun bisa menjadi lawan kapan saja, berhati-hati semua orang musuhmu bahkan terkadang ragamu sendiri musuh terberat mu. "

Nafiya memeluk tubuh nana dengan erat, sembari mengusap punggungnya sebagai penenang. "Gak usah minta maaf ini semuanya udah takdir. "

"Aku gak bisa lama-lama, setelah ini aku akan menghilang tapi sebelum aku pergi aku ingin melihat Galen dan Adzriel meminta maaf dengan tulus padaku. Dan satu lagi jika kamu memiliki pertanyaan semua jawabannya ada dideary ku cobalah untuk menyelesaikan semuanya. " nana melepas pelukan nya dan menatap Nafiya dengan dalam. "Aku percaya padamu, ku mohon jangan pernah menolak apapun yang sudah menjadi milikmu. " sambung Nana setelah mengatakan itu Nana menghilang























"Fi... Fi... Bangun shalat tahajud. " ujar Rara sembari mengoyang-goyang tubuh Nafiya.

Nafiya terbangun dari tidurnya dengan keringat yang bercucuran. Rara menatap ke arah Nafiya bingung, pasalnya saat ini sedang hujan tapi Nafiya berkeringat. "Fi lo sakit? " tanya Rara mampu membuat kedua sahabat nya yang sudah berdiri di depan pintu langsung masuk kembali

Dengan tergesa-gesa kia menghampiri Nafiya dan mengecek suhu tubuh Nafiya. "Lo demam Fi sebaiknya lo istrahat aja. " ujar kia sembari menidurkan Nafiya kembali

"Nanti gue bikinin bubur ya Fi, " ujar Ella yang di angguki Nafiya

Rara mengusap lembut kepala Nafiya. "Jangan banyak pikiran Fi nanti cepet keriput terus gus Arshya malah mendua. "

Nafiya memukul lengan Rara pelan. "Bisa-bisanya lo nyebutin nama si agus curut di depan gue yang lagi sakit kegini, bangke emang. "

"Udah-udah kalian berangkat ke masjid nanti kena hukuman sekalian izinin kita. "

" Wait wait maksud lo kita tuh Nafiya sama lo?" tanya Ella

Kia mengangguk "gue shalat di kamar soalnya gak mungkin kita tinggalin Nafiya sendirian di kamar. "

"Oke kalo gitu gue sama si Rara ke masjid dulu. " Ella menghela napas "Bye semuanya inces pergi dulu. " sambung Ella sembari melambaikan tangannya ke arah Nafiya dan kia

"Salam woy! Anak babi emang gak ngucapin salam. " pekik Nafiya.

"Udah mending sekarang lo istirahat lagi, gue mau shalat tahajud dulu. " ucap kia

Nafiya melihat ke arah kia dan mengangguk pelan sembari merebahkan kembali tubuhnya di kasur.

**********

Nafiya menatap ke arah jendela kamarnya, ia benar-benar bosan saat ini. Kamarnya saat ini sepi ketiga sahabatnya ke sekolah hanya dia yang tak masuk awalnya Nafiya memaksa untuk sekolah tapi kia, dan Ella terus mengocehi nya untuk tetap istirahat sampai benar-benar sembuh.

Nafiya menghela napas panjang, ia bangkit dari tidurnya. Memakai hijabnya dan keluar asrama dengan diam-diam, Nafiya berniat untuk pergi ke belakang ndalem kerumah abangnya.

Tubuh Nafiya kecil jadi ia bisa bersembunyi dengan mudah terlebih ia sangat lincah meski sedang sakit, setelah keluar dari pondok ia merasa lega setidaknya satu rintangan sudah terlewati. Sekarang tinggal melewati rumah bu nyai yang selalu ramai di siang hari. entah karna apa, Nafiya berjalan memindik-mindik melewati rumah bunya dengan selamat.

Nafiya berjalan dengan santai sembari bersenandung kecil, plester penurun panas masih menempel di keningnya. Setelah sampai Nafiya langsung membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia bawa tadi, Hafiz menang memberinya satu kunci cadangan untuk berjaga-jaga saja.

Tanpa Nafiya sadari ada mengikuti dan terus memperhatikan gerak-geriknya, baru saja Nafiya ingin masuk bahu Nafiya di tepuk membuat Nafiya terlonjak kaget dan langsung berbalik ke arah belakang.

Nafiya berdecak kesal saat tau yang menepuk bahunya ialah Hafiz abangnya. "Isstt ngagetin. " kesal Nafiya

Hafiz terkekeh pelan. "Tadi kata Ella kamu sakit de, tapi kenapa sekarang ada disini? "

"Bosen di kamar terus gak ada orang, jadi kesini sekalian mau nginep. "

Hafiz mengangguk samar dan langsung mengangkat tubuh Nafiya Menggendongnya dengan satu tangan seperti anak kecil di gendong oleh ayahnya.

"Aaaaaa inces cantik mau di culik sama gorila. " pekik Nafiya tapi ia malah menyamankan kepalanya di dada bidang Hafiz

Hafiz menoyor kepala Nafiya pelan. "Bisa-bisanya abang sendiri disamain sama gorila. "

"Emang mirip gorila kok sama-sama besar dan tinggi. "

"Sakarepmu dek. " ucap Hafiz sembari melangkah masuk kedalam rumah

Hafiz membawa Nafiya ke kamar Nafiya dan merebahkan Nafiya disana, Nafiya berdecak pelan saat ketenangan nya malah usai ia benar-benar suka saat kepalanya ada di dada bidang Hafiz terasa nyaman dan empuk.

"Bang laper buatin nasi goreng dong. " ucap Nafiya dengan santai

Hafiz melebarkan matanya lalu menghela napas. "Iya ini abang mau buat jangan kemana-mana diem disini. " setelah mengucapkan itu Hafiz langsung pergi ke arah dapur

Nafiya mengangguk paham dan langsung membuka hijabnya dan menaruhnya di punggung kursi. Setelah nya langsung mengambil guling dan ber ancang-ancang untuk tidmas (tidur manis).

peran pengganti (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang