Awalnya Nafiya ingin menyetor hapalannya pada abangnya, tapi si agus curut sudah memperingati nya untuk datang ke ruangan setelah pulang sekolah. Dan disini lah Nafiya sekarang duduk sendiri di ruangan agus curut, dia sendiri entah kemana ia hanya menyuruh Nafiya untuk menunggu.
Satu jam sudah berlalu, sekarang Nafiya benar-benar bosan perutnya sudah berbunyi, cacing-cacingnya sudah mulai berdemo tak karuan di dalam perutnya tapi ia tahan.
Nafiya mendengus sebal ia bangun dari duduknya berjalan ke arah pintu.
Mending ke asrama kalo di marahin bilang aja siapa suruh lama. Pinter nih otak. Batin NafiyaBaru saja Nafiya ingin membuka pintu, tapi pintu lebih dulu terbuka membuat Nafiya terlonjak kaget.
"Aaaaaa setann!! " pekik Nafiya kaget
Orang yang membuka pintu pun ikut kaget mendengar pekikan Nafiya. "Astaghfirullah."
Nafiya mendongakkan kepalanya melihat orang yang membuat nya kaget itu. Matanya langsung berbinar saat yang ia lihat adalah calon masa depan nya. Gus bara, iya betul yang ada di hadapan Nafiya saat ini Gus Bara. Jangan lupakan juga si pemilik ruangan yang berada di samping Gus Bara, Gus Arshya.
"Eh calon suami, " ucap Nafiya cengengesan "maaf ya, tadi Nafiya kaget . " sambung Nafiya sembari tersenyum manis
Dua orang di depannya sedikit tertegun saat melihat senyuman manis Nafiya. Gus Arshya langsung memalingkan wajahnya ke arah kanan dengan wajah datarnya tapi kupingnya sudah memerah.
"Sedang apa kamu di ruangan gus Arshya? " tanya gus Bara
"Mau setor hapalan Gus. " jawab Nafiya
"Bukannya setoran itu sama ustadzah? "
"Oh ini hukuman kata Gus Arshya harus langsung ke beliau. "
Gus Bara menganggukkan kepalanya paham. "Tapi biasanya mau hukuman atau bukan akan tetap di setor ke ustadzah. " ucap Gus Bara sembari menatap ke arah Gus Arshya
Nafiya juga ikut menatap Gus Arshya dengan raut wajah yang bingung seperti meminta penjelasan. Gus Arshya hanya berdehem pelan. "Dia sudah sering terkena hukuman para ustadzah sudah bosan menangani nya mangka dari itu saya yang langsung menangani nya. "
Nafiya tercengang dengan jawaban yang di berikan Gus Arshya. Hey dia baru beberapa kali di hukum tidak setiap menit terkena pelanggaran, Nafiya berdecak kesal. "Kalo tau gini, mending setoran ke ustadz Hafiz aja. " gumam Nafiya yang masih terdengar oleh Gus Bara dan Gus Arshya
Gus Bara menatap Nafiya sejenak setelah itu langsung menatap ke arah Gus Arshya. Gus Bara tersenyum kecil saat melihat wajah datar Gus Arshya benar-benar tsundere.
"Kalo begitu saya izin ke ruangan saya dulu gus. " ucap Gus Bara
Gus Arshya mengangguk samar, Nafiya yang melihat wajahnya yang datar rasanya ingin meninju nya. Benar-benar tanpa ekspresi sekali nih Gus pikir Nafiya.
"Semangat buat setorannya Nafiya, Assalamu'alaikum. " ucap Gus Bara memberi semangat kepada Nafiya
Nafiya langsung mengangguk cepat dengan senyuman manis nya "iya gus, makasih, wa'alaikumsalam. bismillah calon imam. " ucap Nafiya sembari menatap punggung Gus Bara
"Wa'alaikumsalam." ucap gus Arshya datar
Gus Arshya melihat Nafiya sejenak. "Masuk! " ucap Gus Arshya yang melangkah masuk keruangan nya mendahului Nafiya.
Nafiya menatap sinis punggung Gus Arshya Moga ni agus curut bukan pasangan gue dih amit-amit kalo jadi pasangan yang ada makan ati mulu gue. Batin Nafiya
"Nafiya, masuk! " perintah Gus Arshya.
Nafiya terlonjak kaget dan terburu-buru melangkah masuk.
********
Nafiya melangkah masuk ke adalam kamarnya dengan lesu, ia benar-benar lelah.
"Cieeee yang baru balik di ruangan Gus Arshya. " ucap Rara saat melihat Nafiya masuk kamar
"Salam neng baru masuk. " ucap kia yang melihat Nafiya langsung masuk tanpa salam
"Bacot, gue capek diem dulu lo pada. hati gue masih gondok banget sama si agus curut. " cerca Nafiya, dia benar-benar lemas untuk saat ini
"Emang kenapa sama Gus Arshya? " tanya Ella yang langsung mendekati Nafiya
"Kesel gue sama tuh orang rasanya pengen banget gue jadiin perkedel. Aaargghh agus curut ngeselin. " kesal Nafiya sembari meremas hijab yang sudah ia lepas dengan kasar membuat rambutnya sedikit berantakan.
"Weh.. Weh... Tenang bro, gitu-gitu guru lo. " ujar kia sembari mengambil buku dan mengipasi Nafiya
"Bodoamat pokoknya gue kesel banget sama tuh orang. " Nafiya benar-benar sudah di ambang batas kesabaran
"Ntar jodoh baru tau rasa lo. " ucap Rara
"Amit-amit cabang bayi gue jodoh sama tuh orang, Mending gue mati tragis aja kalo gitu. " Nafiya menatap sinis Rara dan berdecak sebal
"Maksud lo apa? " ucap kia dengan nada yang cukup tinggi
Kia benar-benar trauma dengan kehilangan orang yang ia sayang membuat kia marah saat mendengar perkataan Nafiya. Nafiya, Ella, dan Rara terlonjak kaget mendengar suara kia yang meninggi.
Nafiya melipat bibir nya rapat-rapat, mati gue malah keceplosan lagi ni gara-gara si agus curut nih gue kan jadi keceplosan, mana serem banget kalo kia lagi marah. Batin Nafiya
"Maksudnya gue mending jadi jomblo sampe tua gitu kan tragis banget hidup gue ampe mati masih jomblo. " mencoba menjelaskan dengan nada yang sedikit takut
Kia mengontrol emosi nya dan kembali tenang saat Nafiya menggengam tangan kia lembut sembari tersenyum lembut.
Rara dan Ella mengangguk paham. "Tapi gak boleh loh ngomong gitu, Rara do'ain fifi nikah sama Gus Arshya aja gimana? " ucap Rara mengompori
"Rara! Gue getok pala lo ya! " Nafiya kembali naik pitam
"Kan niat Rara baik loh, gimana amin gak? " jelas Ella santai
"Aamiin nin aja biar Ella bahagia. " ucap kia
"Aamiin." seru Rara
"Bangke lo semua malah nge aamiin in do'a nya si anak dugong lagi. "
Ketiganya ketawa lepas saat melihat Nafiya kesal, Nafiya membanting tasnya ke meja belajar dan langsung naik ke atas kasur nya.
Mode ngambek 🙄
********
KAMU SEDANG MEMBACA
peran pengganti (End)
Randomtransmigrasi karna sebuah kecelakaan seorang gadis harus ber transmigrasi ke dalam tubuh seorang gadis antagonis yang di penuhi masalah yang mengancam keharmonisan keluarga nya. Membuat nya bertekad untuk merubah semua alur cerita nya. Perlahan cer...