Tiga wanita beda usia kini duduk di atas sofa yang sama. Nathan menatap satu persatu lawan bicaranya.
"Gadis, pernah gadis, dan dipertanyakan kegadisannya," celetuk Nathan tanpa berpikir.
"Astagfirullah!" Poppy seketika memelotot karena tangan Nathan menunjuk padanya saat mengatakan mempertanyakan kegadisan.
"Gitu aja ngamuk," sahut Nathan sembari mengambil keripik kentang yang dibawa oleh Alma.
"Ih, Pak! Jangan ngerebut dong! Minta yang baik! Bunda, ini loh anakmu, main serobot!" adu Alma.
Nathan mencebik. "Aku yang beli semua ini. Kamu yang nyuri."
"Koko! Adek! Udah dong, perkara kripik aja loh pake ribut segala. Ko, sana kamu temenin itu yang jaga di luar. Kasian dia sendirian."
Baru saja Nathan berdiri dari kursinya, muncul seorang gadis berjilbab dari arah pintu belakang, mengucap salam.
"Assalamualaikum, Alma?"
Alma langsung tahu siapa pemilik suara lembut itu. Nuansa. Si gadis solihah yang akhir-akhir ini sibuk mengurus ibu tirinya yang tengah hamil muda dan mengalami morning sickness yang cukup berat.
"Wa alaikumsalaam. Kamu beneran ke sini, Nu? Sama siapa?"
Nuansa segera memberi salam takdimnya pada Laura dan Poppy. Namun, ia hanya mengatupkan tangan di depan Nathan meski sembari tersenyum.
"Sama Mas Kala. Tadi Bang Iqdam telpon Mas Kala, minta ditemenin katanya. Itu mereka di luar. Lagian, aku nggak mungkin keluar tanpa mahramku, Al."
Sosok Nuansa memikat hati Laura. Ia menatap takjub pada sahabat putrinya tersebut.
"Masyaaallah, soliha. Namamu siapa?" tanya Laura.
"Nuan, Tante. Nuansa Bening."
"Ya Allah, cantiknya."
Alma mengerucutkan bibir. "Bunda, aku cemburu."
Laura terkikik, ia memeluk Alma sembari menggeser tempat duduk agar Nuansa bisa ikut bergabung di sana.
"Kamu kan tetep anak kesayangan Bunda." Laura mengecup pipi Alma.
"Hmm.. Terus-terusin aja. Mentang-mentang udah ada anak perempuan terus aku dibuang. Dahlah, Bunda nggak seru. Aku jadi anak ayah aja." Kini Nathan yang kesal. Tentu, ia hanya berpura-pura karena tidak mungkin dirinya cemburu pada sang adik tiri.
Semua yang ada di sana tertawa melihat keributan kecil yang dipantik oleh dua bersaudara itu. Suasana kembali kondusif saar Nathan pergi ke luar bergabung dengan para pemuda di kamar petak, tempat jaga.
"Tante, Nuan punya ini buat Tante. Ummi-nya Nuan juga minum ini tiap hari. Biar sehat terus. Insyaallah, bisa membantu menjaga stamina."
Gadis berkerudung itu menyerahkan buah tangannya pada Laura. Ucapan terima kasih segera diucap oleh si wanita.
"Kalian ngobrol dulu ya, Bunda bikinin minum cowok-cowok di depan dulu."
"Eh, Bun. Aku aja," tukas Alma.
Laura menggeleng. "Nggak usah, kalian ngobrol aja dulu."
Pada akhirnya, gadis-gadis itu pun larut dalam pembucaraan.
"Gimana, udah ketemu belum itu cowok yang katanya pengagum rahasiamu?"
Pertanyaan Poppy membuat Alma menggeleng. "Aku belum tahu. Tadi sih dia chat lagi. Tapi alay banget."
Alma menunjukkan ponselnya pada dua rekan curhat malam itu.
[Maaf Cantikku, hari ini aku sibuk banget. Apa kabar Bunda sama Dedek bayi? Sehat kan? Nggak sabar ya pengen ketemu. Sehat-sehat ya. Aku akan berjuang. Sehebat ayah Salman memperjuangkan kebahagiaanmu dulu, meski mungkin aku nggak sesempurna beliau tapi akan aku coba semampuku.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksasmara
RomanceSetiap manusia pasti punya kisah asmara. Ada puluhan ribu kisah di luar sana. Kegagalan dalam satu hubungan, tak berarti penghakiman jika kita tak berhak bahagia. Setiap insan akan menjadi RATU dan RAJA dalam mahligai yang tepat. Kadang, kita harus...