Bab 57. Pilihan sulit

166 23 6
                                    

Pasca pulang dari rumah sakit dan mengetahui kehamilan istrinya yang sempat ia tolak, Salman kini berubah 180 derajat. Ia, begitu possesif dan sangat meratukan Laura.

"Poppy, kamu bantu Bunda ya? Ayah nggak mau Bunda kecapekan kerja. Ayah akan gaji kamu berapapun yang kamu minta."

Poppy tersenyum mendengar permintaan serius calon mertuanya. "Ayah, tanpa ayah minta, saya pasti bantu Bunda. Baik untuk pekerjaan kantor maupun pekerjaan di rumah. Ayah tenang saja."

Alma melirik sang ayah. "Yah, ayah ngerasa nggak sih kalau ayah jadi lebay kalau bucin?"

"Al, ini demi Bunda dan adik kamu. Lagi pula, mana ada suami yang tega melihat istrinya kelelahan."

Alma mengangguk-angguk.

"Aah! Aah! Aaaaak," jerit Jeno.

"Ish, ish, kenapa anak Ibu?"

"Aaaa!"

"Papa? Papa kerja, Nak."

Alma pada akhirnya membahasakan dirinya Ibu, bukan tante. Sesuai usul dari kedua orangtuanya. Mereka ingin Jeno memiliki keluarga yang utuh. Ada ibu, papa, papi Nathan, umi Poppy, kakek, nenek, oma, opa, dan mama Maura yang hanya ia kenal lewat foto saja.

Tak lama suara motor terdengar. "Eh, eh, itu papa pulang."

Alma segera berdiri menggendong keponakannya. Jeno terlihat bahagia meski ia masih belum paham.

"Papaaaaaaa!" teriak Alma.

Jendra yang baru saja melepas helm segera mampir mencuci tangan dan wajahnya kemudian melepas jaketnya.

"Assalamualaikum, Mas Jeno, Ibu. Rewel nggak hari ini?"

"Wa alaikumussalam, Papa. Enggak dong. Hebat banget loh hari ini minumnya banyak. Udah pinter nendang-nendang sama teriak-teriak."

Pria itu terkekeh. Ia mengulurkan tangan untuk menggendong sang putra. "Tenang, aku barusan mampir mandi di rumah Mas Mahen. Ini baju bersih."

Alma akhirnya menyerahkan sang keponakan. "Mas udah makan?"

"Belum. Tadi aku kebut kerjaannya biar cepet selesai jadi nggak sempat makan siang."

"Aku ambilin ya."

Jendra mengangguk. "Makasih, Ibu Jeno."

Alma tersenyum sebelum masuk ke dalam rumah. Jendra pun mengekor. Ia segera mengulurkan tangan menyalami mertuanya.

"Mas, pakai sambel nggak?" teriak Alma dari dapur.

"Dikit aja, Dek," jawab Jendra.

Salman menatap menantunya. "Jen, kamu ... kamu nggak mau cari mama buat Jeno?"

Jendra sontak membalas sorot mertuanya. "Yah, Jeno tidak butuh mama baru. Dia sudah punya keluarga lengkap. Dia punya ibu juga."

"Kamu masih sangat muda. Jalan hidupmu masih panjang. Biar Jeno kami yang rawat, kamu bisa lanjutkan hidupmu."

Ucapan Salman membuat Jendra malah tak enak hati. Ia paham jika maksud mertuanya baik.

SelaksasmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang