Bab 14. Halaram

221 23 2
                                        


Ke-overthinking-an Nathan dan Alma membuat keduanya menjadi pendiam. Ralat. Hanya Alma yang diam, Nathan tidak.

Ia tetap ceriwis bercerita tak henti dengan teman-teman barunya.

"Oh jadi kamu itu adiknya Shaquille?"

Queen mengangguk. "Koko satu angkatan sama Kak Shaquille?"

"Enggak, aku satu angkatan sama Samudra. Tapi dulu Samudra SMA-nya di Taruna kan?"

Queen mengangguk lagi. "Oh, Koko setua Mas Samu?"

"Iya, tapi mukanya tuaan dia. Kakakmu itu terlalu serius dan pintar. Kalau Sagara sih rada santai dikit."

Gadis itu mengangguk-angguk sembari menelan es krimnya. "Iya, kakakku yang santai tapi nyebelin kan emang cuma Kak Shaquille. Kalau Mas Satria, Bang Sakti, Bang Sagara, Mas Samudra, kan semua anteng, kaku-kaku gitu. Kalau Kak Shaquille itu mungkin harusnya lahir jadi cewek, jadi ya begitu, rombeng banget mulutnya."

Nuansa yang tak pernah berkata negatif pun terpancing. "Kayak kamu, Queen," celetuknya.

Gadis itu mencebik tetapi ia tak marah pada Nuansa. "Nah itu dia, makanya nama dia dimiripin sama namaku. Shaquille sama Shaqueena. Sedang yang tua-tua Sakti-Satria terus Sagara-Samudra. Ya apesku sih kembar ama dia, ampe ke selera baju sama juga. Pastel pinky."

Nuansa terkikik. Kala dan Nathan pun sama. Mereka tertawa mengingat bagaimana gaya berpakaian kakak kelima Queen yang memang nyentrik.

"Jujur ya, aku pikir dia ACDC," gurau Nathan.

"Emang, tuh pacarnya. Si Kala," celetuk Queen tanpa dosa.

"Astaghfirullah! Enak aja. Naudzubillah. Kami temenan woi!" Kala mendadak bereaksi.

Mereka semua tertawa kecuali Nuansa yang tak paham.

"ACDC apa?" tanya Nuansa.

Kala mendadak menggeleng. "Sst udah nggak usah nanya-nanya. Makan aja, diem. Oke?"

Bak anak kucing yang disodori cemilan ikan, Nuansa menangguk patuh, meski ia penasaran.

Diam-diam, Nuansa menggeser kursinya. Ia menyasar orang terdekat di sana.

"Boleh minta nomornya?" tanya Nuansa pada sosok yang tengah serius menatap ponsel itu.

Hiruk pikuk di lokasi Carfreeday membuat Kala luput perhatiannya atas sang adik.

"Nomer? Siniin hapemu," ucapnya santai tanpa mengalihkan mata dari layar.

Pemuda itu mengambil ponsel yang disodorkan padanya dan mengetikkan nomornya di sana.

Ia menuliskan nama aslinya. Sergio Isco.

"Makasih," ucap Nuansa setengah berbisik.

"Manis banget kayak Nuan, Mbak." Egi terkekeh.

Nuansa mengamati pemuda itu heran. "Aku emang Nuan," ucapnya polos.

Mendadak Egi mengangkat pandangan. Matanya mengerjap-ngerjap.

"I-itu hapemu?" tanya Egi.

Nuansa mengangguk dan tersenyum tipis. Egi baru saja akan bereaksi saat Iqdam berkata lantang. "Cuk! Ketembak Cuk! Mati kowe, Gi! Wkwkk, Egi Pekok! Malah ndomblong. Tuh, ketembak kan!"

Egi menatap nanar ke layar ponselnya. Aksi Mabar kali ini harus terganggu karena kekagetannya.

Hampir ia mengumpat, tetapi Nuansa masih berada di depannya.

"Kakak kalah?" tanya Nuansa.

Egi mengembus napas. Ia meletakkan ponselnya, berusaha meredam rasa kecewa.

SelaksasmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang