Tiga dara yang berniat untuk menghabiskan malam bersama itu kini duduk di dalam kamar Nuansa sembari menatap ke arah luar lewat jendela. Rinai hujan tak henti membasahi bumi sejak tadi.
"Al, kakak iparmu seru nggak orangnya?" Queen tiba-tiba bertanya.
"Hm? Mm ... Baik sih tapi tadi ribut sama Koko. Dia kira aku sama Koko pacaran. Dia marahin Koko gitu. Ya tau sendiri kan Koh Donat sukanya skinship. Sedang kakak iparku rada religius gitu."
"Religius? Oh ya?" Nuansa ikut berkomentar.
Alma mengangguk. "Dia kayaknya seserver sama ayah deh. Dan ... dia itu temennya Kak Maura dulu. Menurut cerita sih mereka bestie-an terus Mas Jen itu berinisiatif buat nikahin kakakku. Kan kondisi kakakku memang sakit sejak kecil."
"Tapi mereka saling cinta kan? Well, maksudku iparmu nggak nikahin kakakmu karena kasihan doang kan?" Queen tiba-tiba bertanya.
"Astagfirullah, Kak Uin. Jangan gitu dong. Ya pasti cinta. Mana mungkin enggak." Nuansa menyahut.
"Loh, Dek, bisa jadi. Kan rasa sayang itu bisa muncul karena beberapa hal. Ada yang karena memang tertarik satu sama lain, ada yang karena terbiasa, ada yang karena iba. Coba kamu pikir, misal nih aku kenal sama Mas Kala dari dulu. Kami udah deket, saling nyaman, Mas Kala paham banget soal aku dan begitu juga sebaliknya, dan kondisiku sebatang kara dan sakit parah. Pasti Mas Kala nggak akan tega ninggalin aku. Logikanya begitu."
Alma dan Nuansa terdiam, hanyut dalam pikiran masing-masing.
Iya, bener juga. Tapi apa iya Mas Jendra kayak gitu ke kakak? Bukannya dia kelihatan sayang banget sama kakak? batin Alma.
"Eh, Al, itu cowok namanya mirip sama cowok hacker yang kerja sama ayahmu ya? Yang chat kamu itu."
Mendadak Alma menelan ludah. Ia bingung diserang Queen tiba-tiba.
"Oh itu. Enggak. Beda Kok. Itu sih cuma orang iseng. Biasalah, Bang Egi ngerjain aku." Alma berdalih.
Queen berooo ria. "Oh kirain kakak iparmu beneran. Jadi ketebak kan, aslinya dia suka sama kamu tapi kasian sama kakakmu. Pada akhirnya dia nikah sama kakakmu tapi hatinya tetep buat kamu."
"Dih, kebanyakan nonton drakor deh kamu." Alma berusaha mengenyahkan pikiran aneh yang bercokol di kepalanya pasca dugaan-dugaan Queen dipaparkan.
"Nu, kamu gimana? Kamu beneran mau nikah habis umimu lahiran?"
Nuansa memejamkan mata sejenak. "Aku nggak punya pilihan lain. Yang aku harapkan semakin menjauh dan yang ini malah semakin mendekat. Mungkin memang ini jalanku."
Alma mengelus bahu Nuansa. "Nu, jangan khawatir, aku sama Queen akan selalu ada dipihakmu."
Nuansa memeluk kedua sahabatnya.
"Kenapa kita mengenaskan soal cinta ya? Padahal orang tua kita bucin semua. Apa iya jatah kita udah mereka ambil?" Queen menyeletuk.
Dua sahabatnya tertawa. Tanpa mereka sadari, ada sosok yang mendengarkan obrolan mereka di balik tembok samping jendela.
Kalandra ada di sana. Ia mengembus napas panjang. Benar juga omonganmu, Queen. Kenapa rasanya cari jodoh seberat ini.
Ketukan pintu terdengar, seorang santri memanggil Nuansa.
"Assalamualaikum, Ning Nuansa. Saya diminta Bu Nyai memanggilkan Mbak Alma. Ada ayah dan kakaknya menunggu di ruang tamu."
Mendengar hal itu Alma keluar. Ia tidak tahu jika kakak dan ayahnya menjemputnya. Padahal ia pikir ia bisa menginap malam ini di rumah Nuansa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksasmara
RomanceSetiap manusia pasti punya kisah asmara. Ada puluhan ribu kisah di luar sana. Kegagalan dalam satu hubungan, tak berarti penghakiman jika kita tak berhak bahagia. Setiap insan akan menjadi RATU dan RAJA dalam mahligai yang tepat. Kadang, kita harus...