Bab 28. Dating?

167 18 6
                                    

Laura yang tadinya keluar dari kamar untuk mengambil es krim di dapur, kini tertegun mendapati dua buah hatinya berpelukan.

"Kamu boleh peluk Koko sampai kapanpun kamu mau. Kalau di rumah."

Alma sesegukan di dalam dekapan sang kakak. Ia sejujurnya sangat merindukan sang ayah. Entah kenapa, ia merasa ayahnya tidak seperti biasanya.

"Eh, kenapa nangis?"

Laura jelas panik. Alma masih di pelukan kakak tirinya.

"Ini loh, Bun. Ada yang kangen sama ayahnya. Mewek." Nathan menjelaskan dengan nada gemas, tanpa menghentikan elusan di kepala Alma.

Laura segera meletakkan box eskrimnya di meja dan mendekati sang putri.

"Ya Allah, Sayang. Kan ada Bunda sama Koko. Kenapa nangis?"

Alma mengalihkan pelukannya ke sang ibu tiri.

"Ayah nggak biasanya kayak gini, Bun. Biasanya ayah pasti nyempetin telpon. Mantau aku terus. Tapi ini udah hampir 3 hari ayah bahkan nggak kirim chat. Chatku nggak dibaca. Nggak telpon juga. Ayah kenapa ya?"

Kekhawatiran itu membuat Nathan dan Laura ikut dalam haru.

"Mungkin ayah bener-bener sibuk. Dan ayah udah nitipin kamu ke bunda sama aku. Jadi, ya ayah pasti tenang aja ninggalin kamu. Kalau dulu kan kamu sendirian, ya meski dititipin ke anak buah ayah tapi kalau sekarang kan beda. Kita keluarga. Ada bunda, ada koko dan kamu, dedek cengeng anak papi."

Alma mengerucutkan bibirnya karena kesal diejek oleh Nathan.

"Udah, udah, bener kata Koko. Ayah udah percayain kamu ke bunda dan Koko. Jadi, ayah sekarang lebih fokus ke pekerjaannya."

"Daripada cemberut gitu mending sana cuci muka, Koko ajak ke mini market depan. Mau nggak? Nanti Koko jajanin permen kaki."

Alma mengusap air matanya. "Enak aja, emang aku anak kecil dikasih permen kaki. Aku maunya permen bola mata viral!"

Nathan berekspresi jijik. "Sama aja bocil! Itu juga makanan bocah kan?"

Kakak beradik ketemu gedhe itu akhiirnya saling tertawa.

"Koko mandi dulu. Kamu ganti baju panjang. Jangan pakai rok pendek gitu."

Laura mengamati gerak-gerik keduanya. Ia senang, Nathan berhasil memposisikan diri sebagai seorang kakak. Selama dua puluh tujuh tahun, dia tumbuh menjadi anak tunggal, dan kini, Nathan harus menerima jika dirinya memiliki seorang adik perempuan.

"Eh, ini bunda punya es krim loh. Kalian nggak mau?"

Nathan dan Alma menggeleng.

"Buat bunda sama dedek aja," jawab Nathan sembari melangkah ke luar, menuju kamarnya.

Alma pun berpamitan untuk kembali ke kamar yang Laura siapkan untuknya selama menginap di rumah milik sang ibu tiri.

Meski Nathan dan Laura mencoba menenangkannya, Alma masih saja merasa jika ada sesuatu hal yang aneh dengan sang ayah.

Ayah, kenapa ayah bisa tiga hari nggak tanya kabarku sama sekali? Siapa yang bisa bikin ayah sampai lupa sama aku? batin Alma.

****

Aroma harumnya tumisan sayur tercium. Beberapa makanan tersaji di atas meja.

"Duh, aku jadi pengen makan lagi. Padahal baru aja selesai makan," ucap Maura.

Bella terkekeh. "Ya udah makan lagi. Buruan. Abang, nasinya seberapa? Cukup nggak?"

Salman yang baru selesai mandi dan ikut bergabung dengan putri dan mantan istrinya itu mengangguki ucapan Bella.

SelaksasmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang