Bab 27. Resek

156 18 1
                                    

Pemuda yang baru saja masuk ke dalam ruangannya itu mendadak dikejutkan oleh panggilan beberapa mahasiswinya.

"Ayank Nathan! Ayaaaaank!"

Poppy yang duduk di dekat pintu melongokkan kepala.

"Kenapa ini teriak-teriak?"

Tiga orang mahasiswi mendekati dosen termuda di jurusan Sastra Indonesia itu.

"Ini, ini mamanya Ayank kan?" tanya salah satu mahasiswi yang menjadi ketua perkumpulan fans Nathan Delvin.

Mata sipit itu semakin menyipit, menatap layar ponsel mahasiswinya.

"Iya, kenapa?"

"Ih, kok bisa sama si Alma? Kenapa ibu mertua kita bisa jalan sama Alma sih? Anak baru resek itu!"

Ucapan si gadis berkuncir kuda itu disambut dua rekannya.

Nathan terkekeh. "Itu artinya Alma pintar. Dekati mamanya, baru senggol anaknya. Bukan ngejar anaknya duluan. Caranya lebih elegan."

Poppy yang tadinya penasaran dan ingin tahu apa yang terjadi, kini melengos. Sejatinya, ia sudah terbiasa menghadapi para anak alay yang mengejar-ngejar Nathan. Juga dengan gaya flamboyan si pemuda blasteran itu. Namun, rasa jengah atas ketertarikannya pada pemuda itu tak serta merta hilang.

Nathan melihat ke arah Poppy. Ada sesuatu yang menggodanya di sana. Ia segera menyerobot minuman berperisa melon itu.

Poppy membiarkannya, seperti biasa. Nathan dengan santainya duduk di bilik paling ujung, bersebelahan dengan ruangan milik seniornya, Hijaz.

"Mbak Pop, Mbak tahu nggak sih rumah Ayank Nathan di mana?"

Poppy menaikkan pandangannya, menatap tiga gadis yang tengah menginterogasinya.

"Saya kan cuma sekertaris jurusan. Nggak paham kehidupan pribadi bapak-ibu di sini, Mbak-Mbak sekalian."

Jawaban itu membuat ketiga dara di sana kecewa. "Ih, seriusan Mbak Pop. Spill dong alamat rumahnya Ayank Nathan."

Dari kejauhan, Nathan ternyata melihat Poppy tengah diinterogasi fans-fansnya. Ia tersenyum sembari menyedot minuman yang dicurinya dari gadis itu.

Suara anak-anak itu masih cukup terdengar jelas karena di dalam ruangan hanya ada mereka berlima. Dosen lain masih sibuk di kelas masing-masing.

"Ih, jangan-jangan Mbak Pop nyembunyiin sesuatu ya? Mbak nggak nutupin data Ayank Nathan karena Mbak Pop suka sama Ayank kan?"

Netra Poppy membulat. "Ha? Saya? Astagfirullah. Gini-gini saya punya type. Dan yang jelas, Pak Nathan Delvin tidak masuk dalam kriteria itu."

Bohong, jelas. Namun, berkelit adalah jurus terjitu yang dipunya oleh Poppy.

"Serius? Emang type Mbak Poppy kayak apa?"

"Mbak bohong ya? Nggak mungkin loh orang se-good looking Pak Nathan nggak menarik, meski sedikit doang kadarnya?"

Poppy menggeleng. "Serius. Kalau saya suka sama Pak Nathan, udah dari dulu saya ganjenin beliau."

Tiga gadis itu terlihat saling berbisik, tetapi Poppy tak ambil pusing. Beruntung ia dianugerahi wajah polos yang memang tidak ada seorangpun bisa menebak apa yang ada di otak dan perasaannya sekarang.

"Emang tipe Mbak Poppy kayak apa?" telisik salah satu diantara mereka.

Poppy melepas kacamatanya sebelum menjawab. "Ya standar lah, Mas-Mas berseragam cokelat, bersepatu laras."

Asal saja ia mengucap. Toh, itu jawaban masuk akal. Tiga gadis tadi terkekeh sebelum menimpali ucapqn Poppy dan beranjak pergi.

Gadis yang bertugas sebagai sekertaris jurusan itu hanya menggelengkan kepala melihat mahasiswi labil, penggemar Nathan.

SelaksasmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang