Lima laki-laki dan empat gadis tengah berkumpul di sebuah kafe dengan latar pemandangan pegunungan perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Seger banget udaranya," ucap Alma.
Di sampingnya, sang calon suami diam-diam mencuri foto Alma dengan ponsel. Iqdam tersenyum-senyum sendiri melihat hasil fotonya.
"Abang kenapa?" telisik Alma.
Iqdam segera menyembunyikan ponselnya. Ia mengantonginya di saku.
"Nggak ada apa-apa."
Alma memicingkan mata. "Sini mana hapenya! Abang lagi chat siapa hm? Sampai senyum-senyum gitu?"
"Enggak Dek. Nggak ada." Iqdam menegaskan.
"Bohong!"
Iqdam reflek mengangkat kedua tangannya. "Sumpah, nggak ada chat siapa-siapa."
Alma dengan cepat merogoh saku calon suaminya dan mengambil ponsel itu. Ia tahu nomor pin dari kunci layar Iqdam.
"Dek! Heh, kok main ambil gitu."
Alma segera mengecek aplikasi terakhir yang digunakan Iqdam. Bukan chatroom, tetapi kamera. Dan, ia mendapati beberapa fotonya di sana.
"Ih, nyuri foto orang sembarangan!" Alma yang terlanjur kesal dan malu karena salah sangka, akhirnya menyerang Iqdam.
Iqdam mengembus napas. "Ternyata calon istriku cemburuan juga ya? Kirain cuma Nuansa yang cemburuan sama Bang Egi."
Alma mengembalikan ponsel Iqdam.
"Duh, yang bucin," Queen menyeletuk.
Jendra menimpali. "Iya, nggak punya perikejombloan. Sengaja nyiksa kita ya Queen."
Queen mengacungkan jempol. "Mas Jen, flying fox yuk?"
"Kamu nggak takut? Serem loh, meluncurnya di atas danau. Nanti kalau lepas talinya gimana?"
Queen terkekeh. "Ya Alhamdulillah, malah tunai sudah tugas hamba."
Baru saja Queen bicara seperti itu, seseorang menyerobot ponselnya dan berlari ke luar balai kafe menuju ke hutan pinus di sebelah selatan.
"Astagfirullah! Hei! Hei! Hapekuuuuuu!"
Queen sontak berlari mengejar Kalandra.
Nuansa, Egi, dan yang lain melongokkan kepala. Mereka melihat Kalandra tanpa dosa berlari ke arah atas bukit dan Queen mengejarnya.
"Tom and Jerry mulai lagi," ujar Nuansa.
"Kenapa mereka nggak kayak Alma sama Iqdam ya? Kan dari dulu udah kenal deket?"
Nathan memulai pergibahan siang itu.
"Nggak semua bisa segampang itu jodohnya, bahlul. Lagian, mohon maaf, ayahnya Queen kan sepertinya duniawi sekali sedang keluarga Gus Kala dan Ning Nuan kan agamis. Susah menyatukannya. Beda sama kasus Bang Egi sama Ning Nuan. Walau nggak jelas gini, Bang Egi hafidz Quran. Uminya juga saudara Umi Ilma, otomatis meski liar begundal tapi masih bau turunan wali," sahut Jendra.
Egi mengubah-ubah ekspresinya. "Sik, sik, Mas. Aku ndak tau harus seneng apa sedih. Kalimatmu mengandung pujian tapi kok ada bau-bau sengaknya?"
Lagi-lagi Egi mengundang tawa rekannya.
"Benteng keluarga Kak Uin itu tinggi banget. Dua kakaknya aja nikahnya nikah bisnis. Kakak ipar pertamanya dosen, ya kan Koh Nat? Yang kedua dokter spesialis, temennya dokter Mahen kalau nggak salah. Anak konglomerat semua. Dalam bayanganku, besok Kak Uin pasti nikah sama CEO super kaya, ganteng, mobilnya berderet," ucap Nuansa dengan mata berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksasmara
RomanceSetiap manusia pasti punya kisah asmara. Ada puluhan ribu kisah di luar sana. Kegagalan dalam satu hubungan, tak berarti penghakiman jika kita tak berhak bahagia. Setiap insan akan menjadi RATU dan RAJA dalam mahligai yang tepat. Kadang, kita harus...