Bab 70. Semua kapal telah berlabuh

445 26 5
                                    

Dua pasangan pengantin baru yang kemarin sehari penuh menjadi pasangan raja dan ratu, kini mengundur acara bulan madu mereka. Semua karena satu peristiwa yang terjadi di luar kendali.

"Sepertinya memang murni kecelakaan. Tidak ditemukan unsur kesengajaan."

Keterangan dari ayah Queen terdengar. Semua orang berdiri di koridor depan ruang bertulis ICU. Ya, Queen ada di sana pasca operasi yang ia jalani akibat kecelakaan subuh kemarin.

Ia masih belum bisa merespon banyak, meski begitu kondisinya dikabarkan cukup stabil.

"Dia ... Didiagnosis, Amnesia pasca trauma."

"Dia hilang ingatan?" tanya Nuansa.

"Setahuku, Amnesia pasca trauma adalah kondisi dimana seseorang kehilangan ingatan akibat cedera kepala yang tergolong parah. Salah satunya adalah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cedera di daerah kepala. Orang dengan kondisi ini biasanya akan mengalami kehilangan kesadaran singkat atau koma. Aku denger penjelasan dokter itu waktu aku baru bangun dari koma." Iqdam menjelaskan.

Alma tak kuasa menahan tangis kesedihan. Iqdam memeluk istrinya erat. "Ssst, sudah doakan saja. Allah pasti memberikan yang terbaik."

"Kasian Queen, Bang," isak Alma.

Egi dan Nuansa pun sama saja. Lengket seperti perangko.

"Alhamdulillah, kita berempat pindah ke sini juga. Memang jalan Allah yang terbaik. Kita jadi bisa sering-sering nengok Queen. Kalian bisa tetep bareng-bareng Queen." Egi berucap.

Nuansa memeluk suaminya. "Bener juga ya, Mas. Kita nggak LDR lagi sama Kak Uin."

Kecupan mesra mendarat dikening Nuansa. "Doakan terus ya. Mbak Queen pasti diberikan kesembuhan."

Nuansa mengangguki ucapan sang suami.

****

Sementara waktu, Alma tinggal di rumah kontrakan milik ayah tirinya yang berada tak jauh dari rumah kakak Queen. Ada tiga rumah kosong di deret cluster hunian istimewa milik Ed.

Egi dan Nuansa juga cuma-cuma meninggali rumah di seberang rumah yang ditempati Alma dan Iqdam.

"Aku nggak tahu Daddy sekaya ini," ucap Alma saat merebahkan tubuhnya di ranjang empuk yang sudah disiapkan oleh pembantu Ed yang diperbantukan sementara di sana.

"Mami beruntung ya?" Iqdam menimpali sembari terkekeh.

Keduanya tertawa sebentar sebelum kecanggungan terasa. Satu, dua, tiga menit keduanya terdiam. Entah mengapa rasanya sangat aneh, malu dan canggung. Padahal saat belum halal, keduanya sering duduk bersama, bercerita ngalor ngidul tak tau arah. Dan, melakukannya dengan santai.

"Mau minum?" tanya Iqdam.

"Hm?" Alma menatap suaminya.

Ia seketika ingat pesan ibunya.

"Kalau suamimu tanya kamu mau minum, mau makan, sudah minum, sudah makan, bisa jadi dia mengode kalau dia sedang haus atau lapar. Langsung ambilkan minum atau makanan."

Alma beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke dapur. Ia tadi sudah diberi tahu oleh pembantu dan ajudan sang ayah tiri jika kebutuhan dapur, snack, dan lain sebagainya sudah lengkap.

Ia membuka lemari es dan menemukan beberapa minuman segar di sana. Mulai dari susu, jus buah, teh, kopi, dan minuman isotonic ada di sana.

"Abang, mau jus atau susu?" tanya Alma sembari membawa dua kotak minuman dingin ke kamar.

"Mana yang kamu nggak suka?" tanya Iqdam.

Alma menatap dua benda di tangannya. "Ng ... aku lagi nggak pengen minum jus."

SelaksasmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang