Fight 1

151K 4.5K 51
                                    

Hari pernikahan.

Gemerlap lampu hias dekorasi masih mentereng menghiasi ballroom sebuah hotel ternama.

Jajaran makanan ringan hingga berat tersaji pada masing-masing meja. Alunan musik lembut melengkapi suasana malam.

Wedding Organization masih dengan stamina terjaga menyambut para tamu yang terus berdatangan. Ini adalah acara super megah yang dilangsungkan dalam pernikahan putri tunggal meraka, Starla Faranggis.

"Oh My God, Honey. Your so beautifull. Apa kamu benar-benar Starla kecil kami?" guyon seorang paruh baya.

"Tentu saja Tante. Aku Starla kecil mu yang dulu suka menyiksa ikan-ikan kesayangan Om David."

"Hahaha. Benar-benar...." peluk paruh baya itu erat.

"Bagaimana kabar Om David? Aku tidak melihatnya." celinguk Starla mencari ke segala arah.

"Maaf honey, David ada keperluan bisnis di Swiss. Dia akan kembali lusa. Seharusnya tanda tangan kerjasama sudah terjalin dari jauh hari. Tapi, tiba-tiba keadaan koleganya memburuk sedangkan ada beberapa hal yang masih harus diurus." hela nafas wanita paruh baya itu.

"Hemm, aku kira Om David masih marah dengan Arwana Platinum yang ku buat mati dulu."

"Haha. Mana mungkin honey. David hanya mendumel beberapa hari saja. Setelah itu dia ikut acara lelang yang diselenggarakan komunutas pecinta ikan lalu mendapat pengganti yang baru. Kamu tidak perlu khawatir."

"Wah, aku semakin merasa berdosa. Sepertinya aku harus menggantinya." Sesal Starla.

"Tidak perlu sayang. Tindakan mu itu sudah benar. Sekarang justru tante yang ingin membunuh ikan pelakor itu. Bisa-bisanya David lebih sering ngobrol dengan ikan ketimbang tante." dengus paruh baya itu.

Gelak tawa terdengar memenuhi ballroom malam itu. Orang paling bahagia adalah Starla. Setelah banyak melewati ujian akhirnya ia bisa menikah dengan Daniel.

"Oh ya, di mana Daniel? Tante ingin berbicara padanya," cari tante itu menengok ke segala arah.

"Hemm, sepertinya tadi aku melihat dia sedang ngobrol dengan Pak Ginanjar di sana."

"Astaga, itu Pak Ginanjar? Bakal calon presiden itu?"

"Humm, Tante ngobrol saja dulu dengan beliau. Aku akan mencari Daniel."

Starla menyisir ke segala arah. Tak ditemui. Ia memilih berganti lokasi. Mungkin Daniel sedang istirahat di ruang tunggu.

Sapaan orang terpaksa Starla tanggapi singkat. Mengingat ia peran utama pada malam hari ini. Tidak mungkin ia mengabaikan begitu saja.

Setelah memasuki ruang tunggu. Ia tidak mendapatkan Daniel. Hilang kemana dia di saat acara penting seperti ini?

Helaan nafas terdengar berat, "kamu kemana sih?"

Ia mencoba men-dial nomor Daniel. Sebisa mungkin Starla tidak ingin menggunakan ponsel. Karena mungkin Daniel sedang berhadapan dengan orang penting sampai tidak bisa mengangkat telepon.

Dulu, Starla juga punya pengalaman buruk tentang ini. Di mana keuntungan milyaran dollar hangus hanya karena Daniel tidak men-silent ponsel ketika menjalin kerjasama dengan orang sensitif.

Dan panggilan itu milik Starla. Selepasnya Daniel mendiami Starla selama seminggu. Itu adalah kesalahan yang tidak ingin Starla ulangi.

"Semoga aja nggak ganggu."

Starla membulatkan tekad. Nada panggilan pun terdengar beberapa kali.

Bersamaan dengan itu ada suara langkah yang mendekat. Ketika bunyi pintu terdengar. Spontan Starla bersembunyi.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang