Fight 18

37.6K 2.4K 30
                                    

“Kamu ingin memakan sesuatu?” tanya Starla sok perhatian.

“Tidak usah, aku punya beberapa makanan di kontrakan,” saut Alarie memelas.

“Tuh, kan, sungkan lagi. Aku akan ke supermarket membeli makanan. Kamu tidak apa ditinggal sebentar?”

“Umh… baiklah. Terimakasih Starla. Kamu memang sahabat terbaik ku.”

Starla tersenyum singkat kemudian beranjak. Hingga kakinya melewati pintu tiba-tiba senyumnya sirna. Matanya memandang datar sambil berjalan santai. “Terbaik? Bulshit!”

Ia berjalan ke arah supermarket yang terdapat di depan rumah sakit. Berniat membeli beberapa makanan ringan dan suplemen. Bukankah tindakan Starla terlalu baik? ia seperti memberi makan tumbuhan parasit yang sedang tumbuh di dahannya.

Barisan makanan ringan tersaji di etalase. Keranjang Starla pun sudah dipenuhi berbagai makanan lainnya. Anggap saja tindakannya ini adalah aksi kemanusiaan yang iba terhadap orang kurang kasih sayang.

Kaki Starla berhenti sejenak ketika melihat Theo sedang mengantre di kasir sambil membawa keranjang penuh berisi pocky. “Dia kan sekretarisnya Adam. Kenapa bisa di sini?” gumam Starla.

Sebenarnya Starla masih belum siap bertemu Adam. Jika ia menampakan diri depan Theo pasti ia akan melaporkannya ke Adam.

Tapi, mau tidak mau Starla harus mendekat. Ia pun sudah selesai belanja dan ingin membayar. Pertemuan dengan Theo ini entah sebuah takdir atau ujian dari semesta. Pasalnya baru semalam bosnya berhasil menjebak Starla hingga ia jatuh dalam rengkuhannya tanpa bisa berkelit.

"Hah... sudahlah. Menghindar pun orang itu pasti akan memburu ku seperti predator kelaparan," decak Starla. Ia mendekat dan baris di belakang Theo.

Awalnya Theo tidak sadar. Namun, dering ponsel Starla membuatnya menoleh dan mendapati Starla.

"Nona Starla?" ucap Theo tampak kaget. Sedangkan Starla tersenyum singkat dan mengangkat telepon yang ternyata dari Daniel.

"Kamu di mana?" tanya Daniel setelah mengangkat telepon.

"Aku sedang di supermarket membeli beberapa makanan untuk Alarie."

"Oh. Baiklah. Aku sudah selesai mengurus administrasi. Setelah ini kita akan segera pulang."

"Humm...." jawab Starla.

Panggilan diakhiri dan barulah Starla menanggapi tatapan Theo yang sejak tadi tidak sabar ingin menyapanya.

"Maaf... ada telepon. Kita bertemu lagi ya?" tanya Starla basa-basi.

"Iya.... ngomong-ngomong ada keperluan apa Nona kemari? Apa ada yang sakit?" tanya Theo sembari menengok keranjang Starla yang banyak dengan makanan.

"Humm.... teman ku kecelakaan. Dia sedang dirawat."

"Astaga. Apa dia baik-baik saja?"

"Yah.... tidak ada yang parah. Hanya lecet ringan."

"Syukurlah," ucap Theo setengah bergumam.

"Apa hari ini jadwal pengecekan Adam?" tanya Starla.

"Iya Nona."

"Silahkan Kak...." saut kasir kepada Theo.

"Emh.... Nona ini dulu Mbak," usul Theo. Ia kemudian beralih ke belakang Starla.

"Lho... kenapa? Bukannya--"

"Hehe.... ladys first," ucapnya membanggakan diri.

Starla pun menurut saja dan menaruh belanjaannya ke meja kasir. Kemudian senyumnya mengembang.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang