Fight 19

37.3K 2.2K 19
                                    

Mereka berjalan beriringan ke bagian perawatan ortopedi. Sepanjang jalan, Theo tak hentinya menghibur Starla dengan kejelekan-kejelekan Adam.

Hingga kaki mereka telah sampai di depan ruang ortopedi. Jujur Starla sungkan untuk masuk. Namun, ia berusaha mengendalikan kegugupannya.

Theo dan Starla tampak memasuki ruangan. Di sana ada empat brangkar kosong yang salah satunya ditempati Adam. Terlihat dokter sedang memeriksa lengan Adam.

"Selamat siang, saya ingin bicara sebentar dengan bos saya," ucap Theo meminta izin kepada dokter.

"Oh. Silahkan."

Theo mendekati Adam dan berbisik. Sejenak Starla tahu Adam meliriknya singkat kemudian tersenyum.

"Tunggulah sebentar," ucap Adam mengarah pada Starla tanpa suara. Oh jangan lupakan wajah mes*mnya itu.

"Nona... silahkan duduk," pinta Theo. Ia mempersilahkan Starla duduk di kursi konsultasi.

"Terimakasih," balas Starla.

Tidak lama pemeriksaan Adam pun selesai. Mereka beralih ke tempat lain.

Selama perjalanan Adam tak henti-hentinya melayangkan tatapan penuh nafsu. Membuat Starla risih. Terlebih ada Theo di sini.

"Emh... Theo?" ucap Starla sembari menghentikan langkahnya.

"Iya Nona?"

"Bisakah aku minta tolong?"

"Tentu."

"Tolong bilang ke suami ku yang berada di ruang umum untuk menunggu sebentar. Aku sedang ada perlu dengan Tuan Adamson. Jika kamu yang bilang pasti ia akan percaya," pinta Starla. Sebenarnya ia hanya ingin obrolannya dengan Adam tidak diketahui Theo. Pasalnya ini bukan sesuatu yang wajib diumbar mengingat syarat perjanjian ini adalah tubuhnya.

"Baik Nona," ucap Theo polos. Ia pun segera mendahului mereka.

"Pintar sekali...." saut Adam.

"Apanya?" ketus Starla.

"Cara mu menjauhkan Theo. Kamu tidak ingin Theo mendengar keputusan mu kan?"

"Hah.... sudah--"

"Itulah sebabnya aku menyukai mu Queen. Karena kamu wanita cerdik. Aku cukup heran kenapa wanita secerdik mu bisa jatuh ke tangan pengemis itu."

"Apa maksud mu?" ucap Starla tersulut. Pasalnya ia merasa Adam baru saja menghinanya secara tidak langsung.

"Hahaha. Bukan apa-apa."

Starla tidak mengendurkan sama sekali tatapan tajamnya. Namun, detik berikutnya ia memilih berpaling dan mengucapkan tujuannya kemari.

"Aku... akan--"

"Ssst... jangan diucapkan. Aku tahu kamu akan menerima tawaran ku. Jangan jatuhkan harga diri mu dengan mengucapkannya. Aku yakin kebencian mu pada ku akan semakin menjadi. Aku tidak ingin menciptakan hubungan seperti itu," jelas Adam.

Tanpa sadar kening Starla mengernyit. Sebenarnya apa yang diinginkan Adam dari Starla? Sekali waktu ia seolah hanya menginginkan tubuh Starla dan di waktu lainnya ia seperti orang tulus yang ingin menjalin hubungan baik. Sebenarnya sisi mana yang benar?

"Starla?" saut suara bariton. Tampak Daniel yang tengah mendorong kursi pasien yang diduduki Alarie.

Lebay sekali! Padahal hanya luka goresan!

"Sepertinya Theo lupa arah atau mereka yang sedang bersenang-senang di tempat lain," bisik Adam memprofokasi.

Starla tidak menggubris. Wajahnya tetap tampak seperti biasa. Tenang dan elegan. Membuat sudut bibir Adam terangkat. Ah. Dia benar-benar menggilai wanita ini. Begitu manipulatif dan pintar.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang