Apartemen Labour City Residence
Hunian paling diincar oleh orang-orang elit Indonesia. Hanya tersedia dua puluh unit. Fasilitas lengkap dan yang paling penting member id card multiguna yang terhubung oleh seluruh fasilitas VVIP ibu kota. Orang yang tinggal di Labour City otomatis memiliki id card itu.
Tempat impian bagi siapa saja. Starla pun pernah terbesit niat ingin membeli salah satu unit. Tapi ia urungkan mengingat ia sudah punya rumah utama.
"Aku penasaran bagaimana cara Adam memiliki satu dari dua puluh unit apartemen ini. Bukankah persaingannya ketat?" tutur Starla. Memecah keheningan sekaligus kegugupan ketika mereka hendak menuju tempat Adam di lantai tujuh.
"Tuan kenal dengan pengusaha real estate. Dan ini adalah salah satu miliknya. Oh, dan Tuan tidak memiliki satu tapi dua," ucap Theo yang langsung direspon terkejut oleh Starla. "Hal paling mengejutkannya lagi, Tuan membeli satu unit dengan alasan tidak ingin memiliki tetangga. Satu lantai berisi dua unit. Bayangkan saja bagaimana introvertnya dia," sambung Theo. Bergumam di akhir kalimat.
"Sepertinya bukan karena introvert tapi cara berpikirnya yang aneh. Dia memang sesuatu," komentar Starla tidak habis pikir.
"Haha. Ya aku setuju dengan itu."
Ting!
Lift terbuka, lantai yang dituju kini ditapaki oleh Starla. Enggan rasanya beranjak. Namun ia harus tetap maju!
Ia menutupi gemetar langkahnya dengan senyum. Theo menggiring Starla tanpa tahu apapun.
"Silahkan Nona," ucap Theo membukakan pintu apartemen yang sudah menerapkan sistem pasword untuk mengunci.
"Sebelumnya, maaf merepotkan...." sambung Theo ketika Starla berada di ambang pintu.
Kening Starla mengerut dengan ungkapan itu. Merepotkan apa?
"Tidak masalah," jawab Starla pada akhirnya.
Theo tidak mengikutinya. Setelah Starla berhasil masuk ia segera menutup pintu dan melengos pergi. Ah, kini Starla benar-benar tak sanggup berdiri. Ia meraih apapun untuk berpegangan namun sialnya dari banyaknya benda ia justru meraih pengharum ruangan elektrik hingga benda itu jatuh tak berbentuk di lantai.
"Siapa?" sahut suara bariton. Itu pasti Adam.
Tak lama sosoknya muncul. Kaos santai putih dan celana training. Rambut berantakan. Dan apa itu? Benda yang menempel di keningnya. Seperti plester kompres. Lalu ada yang aneh dari wajah Adam. Ia tampak redup dengan mata layu. Apa dia sakit?
"Hais!" desis Adam seraya berbalik. Ia sempat menyembunyikan wajah dengan lengannya.
Adam malu! Ya, dia malu! Di samping wajahnya merah karena demam. Starla yakin ia juga malu dengan penampilan yang jauh dari kata rapih.
"Kamu sakit?" tanya Starla.
Adam tak bergeming. Menjawab pun tidak. Ia masih berdiri di tempat yang sama.
Sejenak ketegangan Starla melunak. Ternyata Adam bisa bersikap malu juga. Padahal ia sangat narsis kelewat percaya diri.
"Apa Theo yang membawa mu?" tanyanya setelah lama diam.
"Humm... dia bilang aku harus kemari."
"Tck! Si brengsek itu!" dengusnya kemudian.
Hal itu memunculkan pertanyaan sendiri di benak Starla. Apa kehadirannya di sini tanpa persetujuan Adam? Lalu bagaimana dengan perjanjian itu? Oh rupanya Theo membawa Starla kesini tanpa persetujuan Adam. Mungkin Theo bermaksud meminta Starla mengurus Adam yang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lipstik Merah Starla (END)
ChickLitStarla Faranggis dan Adiputra Daniel memutuskan menikah setelah menjalin kasih selama dua tahun. Siapa yang menyangka di malam pertama Starla memergoki Daniel tengah bermain api bersama Alarie, teman terdekatnya. Kejanggalan aneh pun satu persatu...