Fight 11

44.9K 2.8K 22
                                    

Barisan informasi tertera pada segenggam kotak yang saat ini dinamakan smartphone. Menjadi benda multiguna dan praktis.

Tinggal mengetikan satu kata di ranah pencarian maka semua informasi yang diminta akan terpampang rapih.

Itu yang sedang Alarie lakukan. Berkutat dengan ponsel sampai mengabaikan tugasnya sebagai anggota divisi administrasi.

"Wah, banyak sekali artikel mengangkat tentangnya." gumam Alarie. Menggerak-gerakan kaki. Salah satu kebiasaannya.

"Rata-rata persoalan wanita." Alarie menatap lekat profil Adamson di google, "wajahnya lumayan juga." Senyum Alarie mengembang. Memuja pemilik paras jantan di layar.

BRAK!

"Kerja guys! Kita akan mati ditangan Meneger kalau ketahuan leha-leha." seru salah satu karyawati. Sengaja menggebrak meja untuk menyindir seseorang.

Bukan sekali dua kali. Sikap Alarie yang seperti penguasa itu kerap membuat anggota yang lain kesal.

Sudah jadi rahasia umum hubungan gelapnya dengan Presedir. Tidak ada satu pun yang berani melaporkan sebab mereka takut kehilangan pekerjaan seperti karyawan yang sudah-sudah.

"Lho bukannya kita tim? Tim yang baik harus kompak dong. Masak hanya beberapa orang saja yang kerja!"

"Hus! Tidak perlu berkoar! Kamu mau dipanggil ke ruang Presedir untuk diceramahi?"

"Lebih baik diam saja dari pada hilang pekerjaan ulah orang tukang ngadu!"

Alarie melengos. Bola matanya memutar menanggapi celotehan teman satu tim yang memang tidak suka kehadiran Alarie sejak dulu.

"Hei yang di sana!" geram salah satu karyawati. Sebab sindirannya justru diabaikan.

Alarie bersih kukuh tidak merespon. Tangannya sibuk meng-scroll time line beranda instagram.

Hingga sentuhan terasa di pundak. Alarie jengkel dan membanting ponsel. Membuat semua orang di ruangan terkejut.

"Mau protes apa lagi?!"

"Sudah puas nyindir dengan mulut nyinyir mu itu?"

"Sama seperti apa yang dikatakan orang di sana...." tunjuk Alarie ke beberapa orang menonton, "jangan menggaggu singa yang sedang tertidur. Kamu akan tau akibatnya!"

"Anu..., maaf..., sa-saya tidak bermaksud mengganggu. Sa-saya dari divisi riset dan pengembangan ingin meminta akses data pelanggan tahun 2020-2021."

"I-ini juga atas perintah Meneger riset. Beliau dapat perintah langsung ketika rapat dengan Pak Presedir."

"Maaf..., sekali lagi saya minta maaf." ucap karyawan yang terlihat lebih muda.

Terdengar kekehan dari beberapa orang. Tatapan merendahkan memandang Alarie setelahnya.

Di posisi ini siapa yang tidak malu? Setebal apapun wajah Alarie ia tetap punya harga diri untuk tidak dipermalukan seperti ini.

"Saya akan menyerahkan langsung ke Pak Presedir!" sungut Alarie dengan wajah merah meninggalkan divisi Administrasi.

Gelak tawa renyah sialnya terdengar. Alarie semakin tersulut emosi.

Langkah Alarie jejak menuju Presedir Autority Room. Ia akan mengadukan ini semua dan memberi pelajaran pada karyawati itu!

****************


"Honey?" panggil Alarie. Melihat ruangan kosong ia segera mengetok kamar mandi namun nihil juga.

"Kemana dia?"

"Tsk! Di sini dulu deh. Dari pada makan hati di ruangan itu!" dengus Alarie. Ia merebahkan diri ke sofa. Mengangkat kakinya seperti di rumah sendiri.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang