Fight 27

32.4K 1.9K 23
                                    

Suara TV tak bertuan menggelegar seisi ruangan. Starla sengaja melakukannya untuk mengusir sepi apartemen yang ia tinggali. Ini adalah kebiasaannya sejak kecil.

Urusan bisnis membuat Radit Faranggis mau tidak mau sering keluar kota. Saat itu umur Starla masih sangat muda. Walau ada ART sekali pun, mereka enggan bicara sebab Starla memang termasuk anak pendiam yang tidak akan bicara sebelum diajak.

Para ART yang bekerja pun enggan mengajak bicara sebab sosok Starla kecil yang terlihat tidak bersahabat dengan orang baru. Ya! Starla itu tidak mudah menerima orang baru. Itu sebabnya Starla kecil sering membuat ulah dan memecat ART sesuka hatinya.

Tentu saja hal itu adalah masa lalu. Sisi kelam yang ingin dilupakan. Starla sendiri menyesali sikap angkuhnya itu. Kini ia lebih terbuka dan menerima. Sayangnya hal itu dipicu oleh kehadiran Daniel. Si*l!

Merasa bosan, Starla membuka handphone. Keluaran terbaru Iphone itu menunjukan antar muka aplikasi Whatsapp.

Ada satu pesan yang sempat ia abaikan mengingat siapa yang mengirimnya tadi. Nomor baru dengan gambar profil mahkota. Sudah jelas itu milik Adam.

Starla terpaksa membukanya. Menampilkan tulisan pesan seperti ini,

"Kabari aku kalau sudah sampai apartemen."

"Sudah sampai?"

"Tolong balas pesan ku!"

"Aku mengkhawatirkan mu."

Kira-kira pesan itu sudah bertengger di whatsapp nya sejak empat jam yang lalu. Tepat saat Adam mempersilahkan Starla pulang setelah mengajaknya berkeliling kantor guna pengenalan lingkungan kerja. Itu pun Adam memaksa Starla untuk diantar pulang. Meninggalkan mobilnya terparkir di garasi kantor. Aneh memang!

Tidak ada sepeser pun niat untuk membalas. Starla memilih abai. Sejenak otaknya mengulas kembali perkenalan lingkungan kerja dengan Adam tadi.

Yah, untuk ke depannya Starla akan menjadi bawahan Adam. Entah untung atau buntung. Starla tidak tahu apa yang menanti di ujung perjalanan ini. Tapi yang jelas, untuk saat ini Starla harus menyimpan nomor Adam. Karena akan susah baginya yang harus terus terhubung dengannya.

"Kasih nama apa ya?" gumam Starla.

"Adam?"

"Tidak, tidak. Aku terlalu malas melihat namanya di handphone ku."

"Emh... pengganggu?"

"Yah, sepertinya itu cocok dengan karakternya."

Starla hendak mengetik. Sepintas tergerak otaknya dengan satu kata.

"Oh sepertinya aku tahu...."

Senyum tengil pun muncul menghiasi wajah cantik terawat yang sudah bersih oleh make up ringan. Tangannya kemudian mengetik sebuah nama di posel.

"Beban." seperi itu lah keputusan Starla.

"Ya! Di mana pun berada dia akan menjadi beban untuk ku. Ku pikir nama ini paling pas."

Masih berkutat dengan aplikasi pengantar pesan sejuta umat. Nama Daniel tertera pada urutan nomor tiga di whatsapp.

Pikiran Starla melalang buana pada praduga-praduga negatif. Tumben sekali dia tidak menghubungi ketika pulang telat? Padahal ini sudah jam tujuh malam.

Abaikan saja! Starla meninggalkan handphone nya teronggok di meja. Sedangkan dirinya beranjak ke dapur untuk menyantap makan malam. Tentu saja membuatnya terlebih dahulu.

Tentang Daniel? Starla tidak peduli sepeser pun padanya. Mau pulang pagi pun tidak masalah.

Dengan lihai Starla membumbui nasi goreng sosis. Ia taruh ke piring keramik ketika sudah jadi. Melihat deretan penjual nasi goreng kaki lima menyiapkan dagangannya tadi sore membuat Starla tergugah ingin membuatnya.

Sari apel melengkapi makan malam Starla. TV tak bertuan kini sudah memiliki penontonnya. Starla menduduki ruang tengah. Menyantap makan malam sambil menonton TV.

Tring!

Notifikasi mengalihkan fokus Starla. Ia meraih handphone nya dan mendapati pop up dari nomor asing. Lebih tepatnya nomor asing dari luar negeri.

"Siapa?" gumam Starla. Ia berpikir sejenak. "Tante kah?" simpulnya.

Membuang rasa penasaran Starla pun membuka pesan berupa dokumen itu. Ia membuka file dan mendapati sebuah foto di dalamnya.

Dengusan terdengar disela suara TV. "Apa-apaan ini?!"

Dokumen berisi foto itu menampakan Daniel dan Alarie yang sedang berc*mbu di kantor. Lebih parahnya lagi, itu terjadi hari ini dan di jam ini.

Bagaimana Starla tahu? Tentu saja dari baju Daniel yang terlihat sama dengan tadi pagi. Lalu, gambar yang Starla yakini didapat dari sceenshoot rekaman CCTV menunjukan waktu beberapa menit yang lalu.

Hell! Jadi di jam ini mereka sedang bersenang-senang? Br*ngsek sekali. Mencerminkan sikap binatang!

Starla tidak tahu siapa yang mengirim foto. Saat ini, itu bukan hal yang perlu di prioritaskan. Starla akan pergi ke kantor dan memergoki mereka.

Semirik Starla mengembang. "Kira-kira sandiwara apa ya yang bakal mereka tunjukan?"

Cardigan hitam motif garis menyampir di pundak Starla. Celana kulot putih dan kaos hitam menemani Starla menuju TKP perselingkuhan.

Sedih? Terpukul? Terkejut?

Hah! Apa itu? Buang-buang waktu!

Tidak memakan waktu lama Starla sudah sampai di garasi kantor FG Group. Dalih mengambil barang ketinggalan, Starla berhasil mengantongi izin dari satpam. Toh, kantor ini miliknya. Starla tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.

Garasi tampak gelap gulita. Hanya ada cahaya dari pintu kaca yang menghubungkan gedung utama. Starla bergegas kesana. Tidak sabar dengan raut terkejut mereka setelah kedatangan Starla.

Tibalah Starla di depan pintu ruangan Daniel. Tertera Eksekutif Room di depan pintu. Ruangan yang dulunya menjadi tempat singgah Starla ketika menunggu Papanya pulang rapat. Kini dengan bejatnya mereka menggunakannya untuk hal mesum!

"Lihat saja! Akan ku balas perbuatan kalian!" gumam Starla lalu bunyi ketukan terdengar nyaring.

Tok Tok Tok.

Daniel muncul di baliknya. Rautnya tampak terkejut sempurna. Percayalah! Jika boleh memotret, dengan senang hati Starla melakukannya. Wajahnya sangat menyedihkan!

"S-Starla?"

"Hah... syukurlah!" lirih Starla. Pura-pura lega.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Daniel yang mencoba tenang.

"Kenapa? Jelas lah karena aku khawatir! Kamu tidak menghubungi ku kalau pulang telat! Kamu tahu? Aku seperti orang gila di rumah. Membayangkan sesuatu terjadi pada mu! Hiks...."

Daniel terkesiap. Tubuh Starla dipeluk spontan oleh Daniel. Dengan jelas Starla dapat mencium aroma Alarie. Aroma bangkai menjijikan!

"Maaf... maaf ya sayang. Aku lupa memberitahu mu."

"Seharusnya kamu memberitahu istri mu! Jangan menghilang seenaknya!" dengus Starla sembari terisak. Air mata palsu yang ia buat.

"Iya... maaf ya."

Starla mendorong perlahan tubuh Daniel. Dua insan itu saling berhadapan. Diraihnya pipi Daniel. "Janji jangan ulangi lagi ya?"

"Iya sayang. Aku janji."

Senyuman Starla merekah. Ia sengaja menoleh ke dalam ruangan. Mencari keberadaan Alarie.

"Kamu sedang mengerjakan sesuatu?" pancing Starla.

"Ah... itu--"

Belum sempat Daniel menyelesaikan kalimatnya, Starla menyeruduk masuk. Membuat Daniel terhempas sedikit ke samping.

"Tung--" ucapan Daniel terjeda. Starla sudah berhasil masuk.







Tbc

Makasih yang udah baca dan komen. Jangan lupa vote & komen yah. Makasih 😍

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang