Fight 38

29K 1.8K 4
                                    

Café bergaya kekinian menjadi tempat Starla singgah di siang hari. Menghindari terik membakar di luar sana. Ia menunggu pesanan Ice greentea untuk menghilangkan haus dahaga.

Tak elak pikirannya masih berkelana pada peristiwa malam itu. Apa yang Adam ucapkan sampai membuat Daniel terbelalak? Starla khawatir Adam membocorkan syarat perjanjian kerjasamanya.

Tapi, sepertinya bukan itu. Karena Daniel bersikap seperti biasa setelah pulang dari gedung TC.

"Lalu apa?" tanpa sadar bibirnya bergumam hingga mengeluarkan suara kecil.

"Apanya yang apa?" saut suara wanita.

Ah, Starla lupa. Ia di sini tidak sendiri. Melainkan bersama tiga orang teman-temannya. Lebih tepatnya teman saat SMA. Mereka tiba-tiba memasukkan Starla ke group 'Panitia Reuni' yang hanya beranggotakan empat orang termasuk Starla.

Entah apa yang mereka pikirkan sampai memasukkan Starla menjadi panitia reuni. Jika mengingat rekam jejak pertemanan selama SMA, mereka bukan lah teman dekat. Hanya tegur sapa sesekali saja.

Masa SMA adalah masa di mana beban tidak seberat sekarang. Saat itu senyum Starla bisa terasa hangat dengan tatapan penuh binar keceriaan. Berbeda sekali dengan sekarang. Binar bahagia itu telah redup digantikan tatapan sayu.

"Starla, selamat ya atas pernikahan mu. Maaf aku tidak bisa datang waktu itu," sahut suara bariton. Dia satu-satunya lelaki sekaligus pemimpin di pertemuan ini. Namanya Deon. Dulu ia adalah ketua kelas. Sekarang ia menjadi pengacara publik yang sukses membela rakyat kecil.

Yah, pekerjaan itu memang cocok dengannya.

"Iya. Don't worry about it."

"Sebenarnya aku heran dengan satu hal," sambung Starla.

"Heran kenapa?" sahut Tia. Dia sekretaris kelas. Tipe yang mirip dengan Starla namun sangat blak-blak-an.

Starla memandangi ketiga temannya. Ada ketua kelas, sekretaris, dan bendahara. Sedangkan Starla?

"Aku heran kenapa kalian memasukkan ku ke panita reuni. Sedangkan aku tidak memiliki jabatan apapun di kelas. Apa alasan kalian?"

"Yah. Kalau itu... tentu saja karena kami ingin meminta referensi tempat yang pas. Lagi pula kamu kan anak konglomerat. Pasti punya banyak pengalaman tentang tempat yang bagus," ucap Fanya, dia bendahara kelas. Si tukang menagih uang kas.

"Hemm... begitu," ucap Starla.

"Kalau hanya itu mungkin aku bisa bantu. Tapi untuk teknisnya aku tidak bisa karena aku punya pekerjaan di hari biasa," lanjut Starla.

"Tidak apa. Kami hanya ingin minta rekomendasi saja," sahut Deon.

"Yah, kalau bisa sekalian menawar. Toh, kamu pasti kenal dengan salah satu pemilik hotel kan?" sahut ketus Rasta. Dulu ia menjabat sebagai sekretaris.

'Oh jadi ini maksud mereka?' batin Starla. Benar-benar tidak berubah. Itu sebabnya Starla tidak memiliki banyak teman saat SMA. Karena mereka hanya menganggap Starla sebagai anak konglomerat kaya raya dan memanfaatkannya.

"Begitu ya.... hemm sayang sekali sepertinya aku tidak bisa membantu," ucap Starla. Ia tidak ingin dimanfaatkan begini. Terlebih mereka tidak terlalu dekat sampai Starla harus menolong. Toh,starla juga tidak berniat datang ke reuni.

"Aku juga tidak yakin bisa datang karena ada banyak hal yang harus ku urus. Maaf," sambung Starla. Tubuhnya hendak berdiri namun dicegah oleh seseorang.

"Tunggu!" sahut suara wanita. Dia Rasta, sekretaris kelas.

"Apa kamu yakin? Dia juga akan datang...."

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang