Fight 21

38.3K 2.4K 19
                                    

"Theo, batalkan pertemuan dengan CEO Awesome Group," titah Adam mutlak.

"Ha?" saut Theo spontan. Pasalnya ia sedang fokus mengemudi.

"Batalkan, aku akan mengurus renovasi interior ruangan ku," ucap Adam berubah pikiran.

"T-tapi aku sudah mengurus pertemuan ini jauh-jauh hari. Apalagi CEO Awesome group selalu mendesak untuk bertemu. Sebaiknya Tuan temui dulu sebentar. Masalah interior serahkan kepada--"

"Batalkan atau gaji mu ku potong!" potong Adam.

"Hais!" dengus Theo kesal. Bisa-bisanya dengan mudah Tuannya membatalkan janji temu dengan orang penting.

Theo yang terlihat cemberut dengan alis hampir bertaut itu tak digubris sedikit pun dengan Adam. Ia sibuk mengetik Ipad-nya.

Usut punya usut, ia sedang chat-an dengan Marie, arsitek langganannya sekaligus teman kuliahnya dulu.

"Jika aku di Indonesia. Akan ku pastikan melempar mu dengan kursi sekuat-kuatnya!" balas Marie terlihat emosi. Pasalnya Adam baru saja mengeluarkan titah gila yang menyuruhnya membuat design dalam waktu beberapa jam.

"Cepatlah! Aku tahu kamu bisa. Jangan lupakan label jenius mu itu saat kuliah. Oh ya, saran ku... lebih baik kamu gunakan waktu untuk mendesain dari pada mengomeli ku!"

Setelah mengirimi chat itu, Adam membuka akun Paypal-nya dan men-tranfer 5000 dollar sebagai uang muka ke rekening Marie. Sebagai info, akun Paypal adalah sarana transaksi online antar negara.

"Aku sudah men-tranfer uang muka. Aku ingin ruangan ku menjadi ruangan yang aesthetic. Yang punya unsur seninya. Warnanya dibuat kalem dan berkarisma. Bisa?"

"Kalau kamu memberi ku waktu sampai besok. Mungkin aku sanggup. Tapi ini?! Kamu benar-benar ingin membunuh ku?!"

"Kamu tidak perlu mengubah semuanya. Hanya renovasi ringan seperti wallpaper ruangan. Gunakan desain sebelumnya saja. Ah, aku akan menambahkan beberapa lukisan juga."

"Hah! Ternyata benar kata Theo. Kamu sedang menarik hati seorang gadis ya? Merepotkan sekali. Kamu yang suka kenapa aku yang kerepotan?!"

"Sudahlah tidak perlu banyak berkomentar. Lakukan saja!"

"Dasar lalat tak tau diri!" umpat Marie.

Adam tidak merespon. Ia memilih untuk ke galeri properti online. Memilih sofa dan beberapa properti lain. Merasa bingung, akhirnya Adam menyerahkan lagi kepada Marie.

"Hah! Aku benar-benar nol besar tentang desain," keluh Adam. Fokusnya beralih pada kemacetan di depan. "Ini kenapa bisa macet?"

"Entahlah, mungkin ada kecelakaan di depan," ucap Theo sembari memegang stir.

“Sepertinya bukan,” tilik Adam pada kaca mobil. Ia melihat mobil kuning terparkir di pinggir jalan yang ruasnya lumayan sempit. Tempat itu bukanlah tempat untuk parkir dan sudah jelas ada tanda dilarang parkir.

Detik itu Adam tidak peduli. Ia memilih untuk menghidupkan Ipad-nya lagi guna mengecek proposal anggaran.

Suara klakson saling bersautan. Orang-orang mulai keluar dari mobil untuk mengecek hal yang membuat macet di depan sana. Ternyata sebuah pemilik mobil Lamborgini kuning sedang asik selfi di depan mobilnya. Entah dengan maksud apa, namun perilakunya mampu menyulut pengendara lain untuk adu mulut.

“Hah… ada saja orang kurang kerjaan!” dengus Theo. Ia sudah tahu akar permasalahannya setelah menanyai orang lewat.

“Theo…” panggil Adam.

“Iya Tuan?”

“Sudah berapa lama kita di sini?”

“Hampir lima belas menit Tuan,” ucap Theo sembari mengecek arlogi-nya.

“Humm, begitu…” ucap Adam santai sambil memperhatikan layar Ipad. “Theo tolong buka bagasi belakang!” titah Adam dengan maksud tertentu.

“Ha? Untuk apa Tuan?”

“Sudahlah turuti saja…”

Theo pun membuka bagasi belakang. Dalam kemacetan ini, Adam meraih tongkat golf yang ada di dalamnya.

“Itu mau digunakan untuk apa Tuan?” tanya Theo gagal paham.

“Untuk bakti sosial.”

“Ap—“ belum selesai berbicara, Adam sudah melengos pergi.

“Hais! Mau apa lagi orang itu?!” cicit Theo yang frustasi dengan keanehan bosnya. Ia pun mengekori Adam lalu,

BRAK!

PYAR!

Seketika Theo dibuat terbelalak dengan aksi Adam yang gila. Bagaimana tidak? Ia memukul kaca mobil lamborgini hingga pecah!

“Minggir! Atau ku hancurkan mobil mu!”

“Argh sial*n! Mobil ku! baj*ngan! Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan hah?!” ucap pemilik mobil tersulut.

“Tentu saja,” jawab Adam santai. Spontan hal itu membuat pengendara lain merekam aksinya.

Pemilik mobil tampak akan melayangkan tinju pada Adam. Melihat Tuannya dalam bahaya, Theo langsung beraksi. Ia mengunci lengan pemilik mobil lalu menjatuhkannya hingga wajahnya menyentuh aspal.

“Lepas!” berontak si pemilik mobil. “Sekali kau menyentuh Tuan ku, akan ku pastikan pengadilan saja tidak cukup untuk menghukum mu!” ucap Theo dengan raut serius. Jika berurusan dengan keselamatan Adam. Ia tidak pernah main-main. Ini adalah bentuk balas jasanya pada Adam yang telah menyelamatkannya dari jurang keputusasaan kala itu.

Theo semakin menekan si pemilik mobil hingga ia lemas dan memohon ampun. Di situlah Adam berjongkok di hadapan pemilik mobil dan berkata, “Kau pikir hanya kamu yang punya lamborgini di dunia? Kuno sekali!”

“T-tolong… jangan seperti ini. Aku bisa kena marah Papa ku.”

“Hemm… anak Papa ternyata. Siapa nama Papa mu?”

“Sandi Wiradmaja! See? Aku bukan sembarang orang. Akan ku adukan pada Papa ku! Lihat saja!” ucapnya menyombongkan diri.

Perlu diperhatikan! Pada dasarnya Adam memilki kebanggaan atas dirinya sendiri sehingga memunculkan sifat sombong tanpa disadari. Dan jika orang sombong dipertemukan orang sombong, apa yang akan terjadi?

Tentu saja Adam merasa terhina! Hal yang paling Adam benci adalah melihat kesombongan orang. Padahal dirinya sendiri tidak sadar telah memilki sifat itu.

“Theo…” panggil Adam sebagai isyarat. Theo pun paham dan merogoh saku pemilik mobil. Mencari tahu nomor rekening melalui ponselnya dan ia kirimkan kepada Adam.

Sembari menunjukan bukti transaksi sebesar satu milyar, Adam berujar. “sudah ku ganti biaya perbaikannya ke rekening mu. Dan tolong katakan ini kepada Papa mu, rencana kerjasama pembangunan proyek City Mall dibatalkan!”

“A-apa maksud mu?”

Adam memberi isyarat untuk melepaskan si pemilik mobil. Theo pun melaksanakannya. Mereka sempat mendapatkan tepuk tangan meriah dari para penonton sebelum pergi. Namun, pekikan si pemilik mobil menginterupsi. “Siapa kamu sebenarnya?!"

Adam tetap lanjut berjalan sedangkan Theo merasa tersulut dan berbalik arah. “Kau salah memilih lawan! Dia Aldebara Adamson. Orang yang membuat Papa mu mengemis untuk bisa bekerjasama dengannya!” ucap Theo penuh penekanan. Ia kemudian melengos pergi menyusul Adam.

Si pemilik mobil tersungkur kembali. wajahnya terlihat pucat pasi setelah mengetahui ia telah membuat bencana pada keluarganya sendiri.

Adam adalah wujud bencana teriring kejayaan. Jika bisa bekerjasama dengannya, tidak dapat dipungkiri kejayaan akan menghampiri. Namun, sekali membuat hati seorang Adam tersentil, jangan harap bisa melewati hari dengan ketenangan.









Tbc

Mohon vote & komennya ya. Biar tambah semngat nih 😎

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang