Fight 41

30K 1.7K 18
                                    

Rapat internal sedang terlaksana di ruang meeting bersama jajaran eksekutif. Pertemuan rutin akhir bulan sengaja Adam adakan untuk mempererat hubungan antara para petinggi perusahaan.

Yah, walaupun terkesan formalitas karena semua petinggi tahu, pemegang tahta tertinggi di perusahaan ini mutlak di genggam oleh Adamson. Namun, mereka harus memenuhi aturan dan datang secara rutin setiap akhir bulan.

Pembahasannya pun beragam. Tidak serta merta tentang bisnis. Mereka kadang membahas tempat liburan atau sekedar bersenda gurau membicarakan hal-hal pribadi seperti masalah percintaan atau rumah tangga bagi yang sudah menikah.

Mereka sangat menikmati bekerja di bawah kepemimpinan Adam. seperti halnya Fernand mengajarkan sosialisasi bisnis, Adam pun menerapkan ajaran itu dengan baik. Bahkan melampaui kejayaan Fernand pada masanya. Membuatnya dikenal sebagai pribadi yang royal. Walau isu negative sering menghantam. Hal itu tidak akan menyurutkan hati para kolega dan bawahan Adam. Karena Adam sudah membuat dinding pertahanan kokoh untuk membentuk karakternya di mata banyak orang.

"Theo, setelah ini apa jadwal ku?" tanya Adam.

"Emh... sepertinya tidak ada," jawab Theo sembari membolak-balikkan buku kecil.

"Tumben sekali."

"Entahlah, saya tidak mencatat apapun setelah ini. Ah, mungkin karena waktu itu Tuan sudah memajukkan beberapa agenda."

"Begitu rupanya."

Tidak lama pertemuan diakhiri. Jajaran petinggi itu keluar dan diikuti Adam yang berniat keluar terakhiran. Ia terlihat sibuk memainkan handphone nya sampai tidak mendengar panggilan Theo.

"Tuan!" seru Theo kesal. Entah sudah berapa kali ia memanggil.

"Kenapa?" sahut Adam datar.

"Tuan tidak berniat kembali ke ruangan?"

"...."

Adam tidak merespon. Fokusnya kembali pada layar handphone. Kesal karena diabaikan Theo pun mendekati Adam dan mengintip hal apa yang menyita fokus bosnya ini.

"Cara menyenangkan wanita," gumam Theo sembari membaca antar muka google di handphone Adam.

"Hei!" pekik Adam. ia menyembunyikan handphone seketika.

"Kenapa Tuan mencari hal seperti itu? bukankah Tuan sudah handal? Tuan bahkan bilang sendiri kalau wanita akan takluk hanya karena tatapan mata Tuan."

"Beda cerita kalau tipe kuda betina," dengus Adam.

Dari sini Theo paham siapa yang dimaksud kuda betina itu. Deretan giginya nampak eksis seiring niat untuk menjahili bosnya aktif.

"Oh. Nona Starla ya?" tebak Theo.

"....."

Lagi-lagi Adam diam. Ia memilih tidak menggubris.

Dengan bangganya Theo maju. "Kalau urusan kuda betina. Serahkan ke ahlinya," lontar Theo membusungkan dada. Lupa kalau dirinya saja zero pengalaman cinta.

"Tck! Apa yang bisa diandalkan dari perjaka tua seperti mu," cibir Adam datar.

Theo membeku seketika. Cibiran itu terasa rajam menembus dada. Memang sih ia tidak pernah menyentuh wanita mana pun. Tapi kan Theo punya gudang drama korea yang rata-rata membahas percintaan. Setidaknya Theo tahu teorinya!

"Saya pernah dengar. Orang yang mengejek perjaka besoknya akan mati mengenaskan," sindir Theo tajam.

"Hah?! Memangnya apa yang kamu tahu tentang wanita? Coba sebutkan!" tantang Adam tidak terima.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang