Fight 23

37.2K 2.3K 25
                                    

Interior memukau tersaji di depan Starla. Logo DIB Group terpampang epik di dinding marmer. Setiap sudutnya ada tanaman hias sehingga bisa menyejukan mata yang memandang.

Ada TV berukuran besar yang menampilkan visi dan misi perusahaan. Berbagai prestasi pun turut di tampilkan sebagai kebanggaan.

Sofa memanjang yang terletak di samping front office sebagai tempat tunggu. Di sampingnya lagi, Starla melihat cafe yang dibatasi oleh kaca pembatas. Sepertinya itu cafe pribadi milik gedung ini. Rest area lainnya pun turut mengundang rasa penasaran Starla.

Ternyata benar seperti rumor yang beredar. DIB Group sangat mengayomi karyawannya. Namun, Starla juga penasaran dengan rumor lain yang katanya butuh tenaga ekstra untuk bekerja di perusahaan ini.

Hingga sebuah peristiwa kecil menjawab rasa penasaran Starla. Di depannya, Starla melihat dua pria dengan wajah layu hendak keluar gedung dengan mencangking jas dan tas laptopnya.

Pertanyaan lain pun muncul. Apa mereka bekerja semalaman di sini?

Sekilas ingatan tentang ucapan Adam yang sudah-sudah pun terlintas. Jika tidak salah ingat, Adam pernah mengatakan tentang ketidakadilan jam kerja dan mengatakan bahwa Theo sudah biasa bekerja 24 jam.

Sudahlah, itu dipikirkan nanti saja. Starla harus tahu dulu ruangan Adam. Selagi masih pagi, otak masih fresh untuk memikirkan ide meloloskan diri dari genggaman Adam.

Starla menghampiri front office. Di sana ada satu gadis berpawakan kecil dengan wajah imut menyambut Starla.

“Selamat pagi,” sapa Starla terlebih dahulu.

“Pagi, ada yang bisa dibantu?”

“Emh… saya Starla Faranggis. Saya kesini untu—“

“Ah! Asisten baru Tuan Adamson ya?” seruduk gadis front office. Dia sangat semangat sekali.

“Iya,” saut Starla. Tidak sengaja ia melihat name tag-nya. Ada tulisan magang di sana. ‘ah, pantas saja dia sangat semangat’ batin Starla.

Rata-rata karyawan magang memang seperti itu. Sangat antusias di awal kerja. Karena ia belum tahu seluk beluk perusahaan yang ia tempati.

“Tuan Adamson bilang pada ku kemarin sore. Jika ada wanita bernama Starla Faranggis datang kemari, aku harus menyambutnya dengan hangat,” ucapnya ceria. Dibanding hangat sepertinya Starla dibuat terpesona dengan semangat gadis magang ini. Pembawaannya itu membuat Starla kembali mengingat dirinya yang berusia belasan tahun.

“Terimakasih atas sambutannya,” ucap Starla ramah. "Apa Tuan Adamson sudah datang?" tanya Starla.

"Emh... kemarin aku tidak melihat Tuan Adamson keluar. Kemungkinan Tuan tidur di ruangannya. Mungkin sekarang sedang menikmati sarapan."

"Ah, begitu. Emh... kalau gitu, aku tunggu di sini saja."

"Lho kenapa?" tanya gadis itu kebingungan.

"Aku tidak ingin mengganggu aktivitas pribadi Tuan Adamson."

"Emh... ku pikir Tuan Adam tidak akan terganggu kalau itu Nona Starla. Karena Tuan ku sangat menanti kedatangan Nona. Hehe," cengirnya ceria.

"Oh benarkah. Aku sangat tersanjung," ucap Starla sumringah. Aslinya bohong total! Apanya yang tersanjung! Jantung Starla dibuat berhenti berdetak sedetik saat gadis ini mengucapkan kata barusan.

"Kalau begitu, ayo... aku akan menandu Nona sampai ke ruangan Tuan Adam. For Information saja, seharusnya ini tidak termasuk dalam job desk ku. Tapi... tidak apa lah. Kak Rara belum datang soalnya," oceh gadis ini semakin akrab. Membuat ketegangan Starla berkurang.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang