Meja makan aesthetic lengkap dengan set peralatan makan tersaji apik di depan Starla. Tak lupa balutan taplak meja putih yang menutupi keseluruhan meja dengan ukiran indah di setiap sisi kakinya membuat restoran ini tampak berkelas.
Serbet yang dibentuk cantik itu menarik minat Starla untuk menyentuhnya. Garis bibirnya tertarik samar. Bukti bahwa Starla puas dengan penataan meja di restoran bintang lima ini.
"Kamu suka?" tebak Adam.
"Hum, interiornya menarik. Biasanya restoran yang ku temui tidak mengindahkan fungsi setiap peralatan yang diletakkan pada meja. Mereka asal menaruhnya. Yang penting terlihat aesthetic di mata pelanggan. Tapi di sini aku melihat peralatan makan ini tertata dengan baik berdasarkan fase penggunaannya."
"Aku tidak seberapa mengerti hal seperti ini. Sepertinya tepat membawa mu kemari. Perwakilan DIB Group cabang Kanada pasti akan puas setelah berkunjung kemari."
"Ah iya, bukankah Kanada adalah pusat DIB Group? Lantas kamu sebagai Direktur Utama kenapa memilih di sini? Kamu tidak khawatir dengan pergerakan bisnis mu di sana?"
"Tenang saja. Aku mempercayakan DIB Group pusat pada orang yang tepat...." Adam melirik laki-laki dengan pakaian pelayan menghampiri. Ia memberi tahu bahwa makanan tester sudah bisa disiapkan.
"Baiklah. Bawa kemari," ujar Adam.
Di sini Adam sengaja membawa Starla untuk menilai hidangan yang akan disajikan nanti untuk teman karibnya yang dipercayai memegang kendali gedung TC pusat.
Setelah berujar ingin berlibur ke Bali. Thommy mengaku akan mampir ke Jakarta guna bertemu tatap dengan atasannya yang tidak lain adalah Adam.
"Orang seperti apa wakil direktur yang kamu percayai itu?" tanya Starla. Jujur saja, jika menjadi Adam, Starla tidak akan begitu mudahnya meninggalkan perusahaan. Apalagi mempercayakan kepada seseorang. Kepercayaan Starla terlanjur dipatahkan oleh seseorang. Untuk membangunnya lagi butuh waktu lama.
"Buat apa kamu bertanya tentangnya?" selidik Adam curiga.
"Hah, ada apa dengan raut curiga mu? Kamu pikir aku bertanya seperti itu untuk menarik perhatiannya?"
"Hehe, kamu tahu kalau aku tipe lelaki cemburuan kan?"
"Ugh! Kamu membuat ku ilfeel!" sarkas Starla.
Obrolan mereka diinterupsi oleh kedatangan pramusaji yang membawa tester beberapa makanan. Berbagai menu di hidangkan.
Hidangan pertama makanan pembuka. Dari lima pilihan Starla memilih martabak telur. Agar bisa menunjukkan kerorisinilan indonesia.
Hidangan kedua adalah main course alias makanan utama. Starla memilih rendang dan ikan asap bambu yang dilumuri dengan rempah tradisional Indonesia. Nasi tak elak memenuhi menu makan utama.
Hidangan ketiga adalah dessert sekaligus makanan penutup. Starla memilih klepon isian gula aren.
Yah, kira-kira begitulah sajian yang akan dinikmati orang asing yang akan berkunjung ke Indonesia. Negara ini terkenal dengan ragam budayanya. Menarik minat tersendiri di kalangan turiS. Itu sebabnya Starla tidak memilih masakan barat karena mereka pasti sudah biasa memakannya.
Sibuk menikmati makanan yang terisisa. Kegiatan Starla diinterupsi oleh bunyi notifikasi. Tidak hanya Starla, Adam pun ikut menoleh ke handphone Starla di meja
Sialnya terpampang nama Daniel. Dengan malas Starla menyahut handphone itu sebelum kalah cepat dengan tangan Adam.
"Hei!" pekik Starla.
"Kembalikan!"
"Cobalah priksa konsep acara aniversart FG Group dari tim perencana ini. Aku ingin kamu menilai kelayakannya," ucap Adam membaca pesan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lipstik Merah Starla (END)
Chick-LitStarla Faranggis dan Adiputra Daniel memutuskan menikah setelah menjalin kasih selama dua tahun. Siapa yang menyangka di malam pertama Starla memergoki Daniel tengah bermain api bersama Alarie, teman terdekatnya. Kejanggalan aneh pun satu persatu...