Fight 63

28K 1.9K 32
                                    

Dua manik hitam itu terus menatap layu. Pancaran khawatir tercetak jelas. Bibirnya tak sekali pun menunjukkan lengkungan mempesona seperti yang biasa ia lakukan.

"Starla, kamu yakin dengan ini?"

Aktivitas Starla terhenti. Ia menaruh beberapa barang miliknya yang beberapa bulan ini menghuni meja kerjanya di gedung TC.

"Humm. Aku akan fokus ke acara aniversary FG Group. Aku tidak bisa membagi waktu jika aku masih di sini sebagai asisten mu."

"Kamu bisa mengerjakannya di sini. Aku punya tim kreatif yang bisa membantu. Jadi...."

"Adam...." sela Starla lembut. "Aku ingin melakukannya sendiri. Jika aku butuh bantuan. Aku pasti akan menghubungi mu."

Adam menunduk pasrah. Seperti anak anjing yang tak bisa berkutik melawan titah majikannya.

Melihat itu Starla langsung tersenyum simpul. Ah, rupanya sisi menggemaskan Adam seperti ini lah yang Starla sukai.

"Aku akan baik-baik saja. Memang apa yang kamu khawatirkan?"

Bibir Adam mengerucut. "Tentu saja aku khawatir. Kamu akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama pengemis itu!"

Tatapannya berubah layu, "aku khawatir dia melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai."

"Tenanglah, aku sudah menempatkan nomor mu di panggilan cepat. Saat terjadi sesuatu pada ku. Aku akan menelepon mu."

Starla mengulurkan tangan. Menunggu salamannya dijabah oleh Adam. Melihat itu, bukannya disambut dengan salaman biasa, Adam justru menggiring ke depan bibirnya kemudian mengecup singkat.

"A-Adam? Tidak bisakah kamu bersikap normal sedikit?" sungut Starla. Namun dibalik wajah kesal itu ada perasaan kikuk.

"Hehe, tidak bisa. Aku tidak bisa menahannya jika bersama Queen."

Hah! Terserahlah! Karakter Adam kan memang seperti itu. Batin Starla. Dibanding itu, bukankah ada hal yang harus Starla ucapkan?

"Adam.... terimakasih ya. Kamu adalah orang ketiga yang ku percaya setelah Papa dan Shia," ucap tulus Starla.

"Tidak bisakah aku jadi yang kedua saja?" sahut manja Adam.

Starla terkekeh. "Ada-ada saja. Masih terlalu cepat beberapa tahun untuk mu," goda Starla. Ia hendak menarik tangannya dari kuasa Adam. Tapi sayang Adam tidak membolehkannya dan justru menarik tangan Starla hingga jarak mengikis di antara mereka.

"Aku pasti akan mengalahkan Shia. Aku akan menjadi nomor dua. Dan mungkin suatu saat aku akan menjadi nomor satu," ucap Adam serius.

"Hehe, ba-baiklah terserah kamu saja. Tapi.... bisakah kamu melepas ini dulu?" lirik Starla pada tangannya.

"Oh! Ma-maaf. Hehe," cengir Adam tanpa dosa. Padahal ia mengakui baru saja hilang kendali dan terbayang akan memeluk Starla saat ini juga.

"Starla.... kamu harus mengundang ku di acara itu."

"Tentu. Mana mungkin aku tidak mengundang mu."

"Emh.... apa perasaan mu sudah baik?" tanya Adam lagi. Seolah ia mengulur waktu untuk Starla pergi.

"Not bad."

Hari ini Starla resmi keluar dari gedung TC. Kontrak kerjasama antara dirinya dan Adam karena insiden patah tulang tempo lalu telah berakhir. Yah, walaupun dengan segala drama salah paham menyapa. Untung lah dua sejoli itu kini menemui titik akur di mana kepercayaan di antara keduanya mulai dipupuk.

Adam tidak akan memaksa Starla tetap di sini di saat gadis itu meminta keluar untuk mengurusi aniversary perusahaannya. Di samping itu, Adam tahu. Ada rencana besar yang sedang Starla susun.

Lipstik Merah Starla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang